NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 - PERJALANAN

Di tengah lamunan Aruni, telinganya mendengar sebuah percakapan antara Bella dan si bapak penjual itu.

"Maaf Pak, kalo boleh tau, nama almarhum adik dari Bapaknya itu, siapa ya?" tanya Bella kepada si bapak penjual.

Dan si bapak penjual itu menjawab,

"Namanya Kirman..."

Sontak Aruni yang mendengar nama itu, bertanya kepada si bapak penjual, dengan ekspresi serius dan penuh tanya...

"Siapa namanya Pak? Kirman?"

Si bapak mengangguk pelan tanpa keluar sepatah kata pun. Ia kembali menghisap rokoknya, dan asap pun mengepul. Bella dan Caca menatap Aruni dengan ekspresi keheranan.

"Kenapa Aruni? Kok, lo kayak kaget gitu sih?" Tanya Bella.

"Iya Ar, ada apa?" sambung Caca.

Aruni hanya terdiam. Sambil terus menatap si bapak yang masih bersikap santai sambil menikmati rokok dan kopinya, tak menyadari apa yang dirasakan oleh Aruni sebenarnya. Si bapak penjual itu malah memangku radio tuanya, dan seperti mengotak-atik untuk dinyalakan.

Bella dan Caca saling bertukar pandangan melihat sikap Aruni yang agak lain saat ini.

"Ar? Aruni?" Caca bertanya sambil melambaikan tangan kanannya di depan wajah Aruni, karena ia melihat sahabatnya itu tak berkedip sambil menatap si bapak penjual.

"Woy!" Bella menepuk bahu Aruni, dan Aruni pun terkaget dan menatap Bella, ia kembali sadar.

"Lo kenapa sih? Aneh banget." tanya Bella.

"Eh, gak kok, gue... gak apa-apa..." jawab Aruni dengan senyuman yang tertahan. Tertahan oleh perasaan dan pikiran anehnya sendiri saat mendengar nama Kirman disebutkan.

"Kita lanjut yuk, udah malem nih, takut kemaleman juga kan nanti..." pinta Aruni. Sebuah permintaan yang cukup membuat dua sahabatnya semakin keheranan. Aruni membereskan tas kecilnya, dan berjalan begitu saja keluar dari warung itu. Dan si bapak menatap Aruni yang berjalan keluar dengan wajah polosnya.

Akhirnya Caca dan Bella, mau tak mau, berpamitan kepada si bapak penjual. Membayar sejumlah uang sesuai dengan harga makanan dan minuman yang telah dihabiskan mereka bertiga. Dan berterima kasih atas jamuan dan kehangatan suasana yang diberikan.

Ketika Bella dan Caca sudah masuk ke dalam mobil, mereka mendapati Aruni duduk di kursi belakang, tampak seperti melamun. Dengan ekspresi wajah yang sedang memikirkan sesuatu. Caca yang duduk di kursi kemudi dan Bella yang akhirnya duduk di kursi depan sebelah Caca, menoleh ke belakang. Melihat Aruni bersamaan.

"Heh! Lo kenapa sih Ar? Sumpah lo aneh banget deh!" tegas Bella. Caca hanya diam, menunggu Aruni menjawab atau merespon Bella. Namun Aruni hanya tersenyum dan kembali menatap ke arah warung tersebut dari dalam mobil.

"Aruni! Yeeeh... gue ngomong malah didiemin aja!" Bella agak kesal.

"Eh, udah-udah... Mungkin dia lagi kecapean kali." akhirnya Caca menenangkan Bella. Dan mobil pun mulai berjalan pelan menyusuri jalan, menuju ke desa Lanjani.

30 menit berlalu. Mobil yang dikemudikan oleh Caca mengikuti arahan dari Google Map, mulai memasuki jalur aspal setapak, namun tetap cukup untuk mobil melintas. Kondisi jalan yang makin menanjak dan terkadang menurun, berbelok kanan dan kiri, di tengah suasana hutan kaki gunung Lanjani yang sepi. Hanya ada sumber cahaya dari lampu depan mobil, dibantu lampu penerangan jalan di beberapa titik. Membuat Caca harus ekstra hati-hati mengemudikan mobilnya, dan tak dipungkiri dirinya mulai merasa sedikit takut dan merinding. Bella yang menemaninya di sebelah pun merasakan hal yang sama.

Bella mencoba memecah keheningan dengan mengobrol bersama Caca. Supaya Caca tak terlalu tegang sambil mengemudikan mobil. Sementara Aruni masih saja terdiam di kursi belakang. Namun ekspresi wajahnya sudah normal kembali. Hanya saja, Aruni masih diam tak bersuara sedikitpun.

"Aruni..." Caca memanggilnya perlahan dengan nada suara lembut.

"Ya Ca? Kenapa?" Aruni malah bertanya.

"Gak ko, gak apa-apa." Caca agak lega saat sahabatnya itu akhirnya memberikan respon setelah 30 menit terdiam.

"Ar, lo kenapa sih? Cerita dong... Jangan diem aja..." Bella bertanya sambil terus menatap ke depan seperti Caca. "Gue minta maaf ya Ar, tadi... di warung, gue udah kesel sama lo." tambahnya dengan nada sedikit bersalah.

"Gak apa-apa Bella..." jawab Aruni dengan suara datarnya.

"Gue minta maaf beneran loh Aruni..." Bella coba meyakinkan Aruni bahwa dirinya memang meminta maaf, dan sadar bahwa dirinya mungkin sudah membuat mood sahabatnya itu sedikit tak baik.

"Aruni... Lo kenapa emang tadi pas di warung? Sumpah sih, gue juga ngerasa lo aneh tadi..." Caca menambahkan. Dirinya pun merasa jadi tak nyaman jika perjalanan menjadi canggung suasananya. Ingin semuanya dijelaskan oleh Aruni kepada dirinya dan Bella.

"Gak tau sih, cuma... gue kayak ngerasa ada yang aneh pas si bapak itu sebut nama Kirman." jawab Aruni.

"Iya sih, gue ngerasa aneh juga, soalnya kan orang yang diceritain sama si bapak itu matinya gak wajar." jelas Bella. Caca pun mengangguk pelan, tanda dirinya juga merasakan yang sama seperti Bella.

"Gak Bell, bukan itu... Tapi..." Aruni terhenti dari ucapannya, mulai menggigit kuku kanannya, sambil menatap ke arah depan.

"Tapi apa? Jangan setengah-setengah dong kalo ngomong... Gue jadi penasaran nih..." Caca menegaskan.

"Ah... Gue gak tau gimana jelasinnya Ca.... Udah, lo fokus aja ke jalan." jawaban Aruni itu malah membuat dua sahabatnya itu semakin tak nyaman pikirannya.

"Huft... Ya udah, lo tenangin dulu pikiran lo. Nanti aja kalo udah sampe di rumah kakek nenek lo, baru cerita ke kita..." ucap Bella dengan hembusan nafasnya.

Caca kembali fokus ke jalan sambil mengikuti arahan di Google Map. Bella pun akhirnya diam sambil memperhatikan jalan di depan. Sementara Aruni sibuk dengan apa yang dirasakan, dipikirkan.

Aruni tak bisa menghilangkan perasaan aneh itu dari dirinya. Ia terus saja bertanya-tanya dengan dirinya sendiri. Kenapa ketika nama Kirman disebut oleh si bapak penjual itu, terbersit bayangan dalam ingatannya. Namun ingatan itu terasa sangat aneh. Entah dari mana asalnya ingatan itu. Ada apa sebenarnya dengan dirinya itu?

Ingatan yang datang tiba-tiba.... Ingatan yang samar.... Ingatan yang berkelebat sesaat.... Lalu hilang....

Aruni menoleh ke sebelah kiri sambil terus melamun. Ia melihat hanya barisan pepohonan yang gelap dan sunyi. Terdengar cukup jelas dari dalam mobil suara jangkrik dan beberapa serangga hutan lainnya.

Namun...

Sedetik kemudian, ia dikejutkan dengan kembali melihat sosok lelaki tua. Sosok yang sama persis seperti yang ia lihat di pom bensin sore tadi.

Ia tertegun sambil matanya menatap sosok itu. Sosok lelaki tua itu pun menatap Aruni sambil melambaikan tangannya, seolah memberi isyarat...

"Jangan! Jangan!"

Aruni terus saja memperhatikan sosok itu, sampai mobil berlalu melewati sosok tersebut. Aruni menoleh ke belakang, melihat sosok itu dari dalam kaca belakang mobil. Dan... Semakin jauh mobil melaju, sosok itu pun menghilang perlahan dalam kegelapan. Seolah sosok itu melebur dengan suasana hutan.

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!