Seorang wanita bernama Tania dijodohkan dengan teman masa kecilnya bernama Ikrar Abraham. Mereka berdua sama - sama saling mencintai. Namun, mereka mulai terpisah saat Ikrar melanjutkan pendidikannya di luar negri.
Saudara tiri Tania yang menginginkan semua milik Tania termasuk Ikrar, lelaki yang dijodohkan Tania, berusaha memisahkan mereka berdua. Bahkan demi melancarkan niat jahatnya itu. Ia dan ibunya mengusir Tania dari Rumah besarnya.
Saat Ikrar kembali untuk menikahi Tania, ia sudah tidak mendapatkan Tania di rumah besar keluarga Tania. Demi perjodohan antar keluarga, Ikrar harus bertunangan dengan Belinda, saudara tiri Tania.
Sementara Tania kini hidup sebagai wanita miskin yang tidak punya apa - apa.
Untuk mendapatkan uang biaya hidupnya, ia harus bekerja apa saja bahkan ia rela mengubah penampilannya menjadi wanita culun saat mulai bekerja sebagai asisten Ikrar. Tidak sampai disitu saja, Ikrar bahkan sering menghina dirinya sebagai wanita bodoh, pengganggu dan wanita penggoda.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Tania sampai ia harus menyembunyikan jati dirinya dari semua orang?
Apa yang akan dilakukan Ikrar saat ia tahu kalau wanita yang sering ia hina adalah wanita yang sangat ia cintai?
Simak yuk.
IG: @dewimutiawitular922
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Mengunjungi makam Tania
Pukul 3:00 sore.
Ikrar baru saja naik ke dalam mobilnya untuk pergi mengunjungi makam Tania. Mobil yang di kendarai supir pribadinya melaju keluar dari Gedung Perusahaannya. Tanpa sengaja mobilnya melewati Tania yang tengah berdiri di depan Axel yang duduk di motor besarnya. Ia melihat pemandangan yang kembali membuat pikiran dan hatinya terganggu. Ia melihat Tania naik ke motor Axel sambil tersenyum pada sepupunya itu.
“Dasar wanita penggoda!” gumamnya sambil menatap mereka berdua dari dalam mobil. Ia menatap Tania dan Axel dengan tajam.
Melihat Axel mengantar Tania pulang, apalagi mereka berdua tertawa bersama membuat Ikrar semakin mengira kalau Tania memang wanita yang suka menggoda pria yang ia kenal. Kali ini Ikrar sudah dipenuhi pikiran jelek tentang Tania.
***
Dalam mobil tersebut, ia terlihat sangat kesal memikirkan Tania yang kini ia anggap sebagai wanita penggoda. Untuk mengusir rasa kesalnya itu, ia pun meraih bunga yang akan ia berikan pada makam Tania. Ia terus memegang bunga mawarnya itu sambil tersenyum bahagia.
“Tania suka sekali dengan bunga mawar. Dia pasti sangat senang kalau aku memberikannya ini!” kata Ikrar tersenyum sambil mencium bunganya.
30 menit kemudian, mobil Ikrar kini sampai di sebuah pemakaman Keluarga Gunawan. Ia turun dari mobilnya sambil memegang beberapa tangkai bunga mawar di tangannya.
Ia berdiri sejenak menatap depan pemakaman, kemudian masuk menghampiri makam Tania.
Ikrar langsung berjongkok meletakkan bunga di atas makam Tania yang berdampingan dengan makam ayah Tania.
Ia tersenyum sambil memegang batu nisan Tania, kemudian berkata: “An an, aku datang membawakan bunga kesukaanmu. Setiap kali aku memberikanmu bunga ini, kau pasti langsung mencium aromanya. Apa sekarang kau sedang menciumnya?”
Seketika wajah senyumnya berubah menjadi sedih. Dan tanpa sadar lelaki tampan itu menteskan air matanya di depan makam Tania. Ia menundukkan kepalanya sambil menangis. Begitu cintanya dia pada Tania, kekasih masa kecilnya itu sampai ia tidak bisa menahan air matanya.
Ia kembali mengangkat kepalanya, kemudian menghapus air mata yang jatuh di sudut matanya.
“Apa kau sudah bahagia disana? Kau itu tidak punya perasaan, Tania. Kenapa kau meninggalkanku dan membuatku tersiksa begini? Aku sangat merindukanmu sekarang. Aku ingin sekali memelukmu. Kau itu sudah membuatku seperti orang gila karena tidak bisa melupakanmu. Aku sampai melihat bayanganmu pada orang lain. Tania, ini sudah kedua kalinya aku menemuimu dan kedua kalinya juga aku mengatakan padamu, kalau aku mencintaimu. Meskipun kau menyuruhku menikahi saudaramu, tapi hatiku tetap untukmu. Tidak ada yang bisa menggantikanmu, sekalipun ada orang yang berusaha seperti dirimu!” kata Ikrar memandang sedih batu nisan Tania.
Sementara di tempat lain, tepatnya di depan jalan masuk ke Toko Bunga Galang.
Tania baru saja turun dari motor Axel. Ia diantar Axel pulang sampai ke depan jalan toko bunganya.
Ia berdiri sambil tersenyum menatap Axel yang masih duduk di atas motornya, kemudian berkata: “Terima kasih banyak kau sudah mengantarku pulang!”
“Dimana rumahmu? Kenapa kau tidak membiarkanku mengantarmu sampai depan rumahmu?” tanya Axel.
“Tidak usah. Rumahku dekat sini kok,” jawab Tania. Tania memang sengaja untuk tidak menyuruh Axel mengantarnya sampai di rumahnya atau pun di depan toko bunga Galang, karena ia tidak mau kalau Axel sampai tahu siapa ia sebenarnya?
Dari kejauhan, terlihat Galang yang mengendarai motornya ke arah Tania. Ia baru saja mengantar bunga pesanan pelanggannya.
“Tania, kau datang sama siapa?” tanya Galang saat motornya berhenti di samping Tania. Ia melihat Axel dengan tajam.
Tania menoleh. “Oh, ini teman kantorku kak!” kata Tania memperkenalkan Axel di depan kakak angkatnya.
Axel langsung turun dari motornya dan mengulurkan tangannya di depan Galang.
“Aku Axel, teman Tania!” sambil tersenyum di depan Galang.
Galang menatap sebentar tangan Axel dan penampilan Axel secara bergantian, kemudian membalas uluran tangan Axel sambil menatap Axel dengan dingin.
“Galang!” Tatapan Galang dan tingkahnya bisa terlihat jelas kalau ia tidak suka melihat Tania bersama dengan seorang pria yang baru ia kenal.
Axel kembali menarik tangannya ketika ia selesai berjabat tangan dengan Galang. Wajahnya terlihat canggung di hadapan Galang. Pertama kenalan, lelaki itu sudah tidak respect padanya. Ia bisa melihat itu semua dari tatapan dan cara Galang membalasnya tadi.
Axel kembali melihat Tania. “Tania, aku pulang ya!” pamitnya pada Tania. Ia tidak bisa tinggal lama – lama di sana, apalagi melihat Galang yang menatapnya dengan tatapan tak suka kepadanya.
“Baiklah, hati – hati dijalan ya!” kata Tania.
“Terima kasih!” balas Axel tersenyum menatap Tania, kemudian beralih memandang Galang. “Permisi!” Saat itu, Axel terdengar kaku dan canggung ketika pamitan pada Galang.
Galang hanya membalas Axel dengan tatapan tajamnya itu tanpa tersenyum kepadanya.
Axel kemudian naik ke atas motornya, dan melajukan motornya meninggalkan depan Toko Bunga Galang.
Saat Axel sudah pergi, Tania langsung menoleh melihat Galang dengan serius.
“Kak Galang kenapa tadi begitu sama Axel?” tanya Tania penasaran.
“Kau pikir dia benar – benar suka padamu. Dia pasti mendekatimu karena sesuatu!” kata Galang.
“Sesuatu apa? Kami hanya berteman. Dia pria yang tulus dan baik kok. Buktinya dia tidak memandang penampilanku yang seperti ini. Bahkan dia terlihat biasa saja dan tidak malu saat mengantarku pulang tadi!” jelas Tania serius.
“Terserah kau,” ucap Galang dengan kesal. Ia kembali menyalakan motornya untuk masuk ke dalam. “Naiklah, kita pulang!” pinta Galang.
Tania segera naik ke motor Galang. Dan Galang pun melajukan motornya untuk kembali ke Toko Bunganya.
Saat sampai di toko bunganya, Galang langsung turun dari motornya dan masuk ke dalam tanpa peduli dengan Tania.
Tania segera berlari menyusul Galang, kemudian langsung tersenyum manja di depan Galang ketika ia berhasil memegang lengan Galang. Ia bersikap manja pada lelaki yang selalu ia anggap sebagai kakaknya sendiri saat sadar kalau Galang sekarang tengah kesal padanya. Tania memang sering bersikap manja pada Galang jika lelaki itu marah padanya.
Dan Tania berpikir kalau Galang kesal karena Tania kembali mempercayai seseorang.
“Kak Galang!” panggil Tania dengan manja.
“Emm!”
“Dia benar – benar baik kok. Kak Galang tenang saja. Dia tidak akan mencelakaiku,” kata Tania.
Galang menghela nafasnya, kemudian berkata: “Ya sudahlah. Terserah kau, yang penting kau bisa menjaga dirimu dengan baik.”
“Terima kasih!” balas Tania sambil tersenyum. Tangannya masih memegang erat lengan Galang dengan sikap manjanya itu.
Galang langsung memegang atas kepala Tania dengan lembut sambil tersenyum menatap Tania.
“Adikku yang manis. Kau memang pintar membuatku tidak kesal lagi. Tapi, sampai kapan kau akan bekerja disana dengan penampilanmu seperti ini? Apa kau tidak bisa berhenti saja dari sana?” tanya Galang serius.
“Sebentar lagi kok. Aku Cuma bekerja selama satu bulan di sana. Setelah satu bulan, aku akan cari pekerjaan lain. Dan kita juga bisa pindah rumah!” kata Tania memberi penjelasan pada Galang.
“Baiklah. Terserah kau, selama kau baik – baik saja. Sekarang gantilah pakaianmu dan buka rambut jelekmu itu. Baru bantu aku mengatur bunga yang mau dikirim!” pinta Galang sambil tersenyum kembali melihat Tania.
“Oke bos!” balas Tania tersenyum senang melihat Galang.
Tania pun segera masuk ke dalam untuk berganti pakaian. Sementara Galang kembali mengirim bunga untuk di kirim kepada pelanggannya.
***
Tania kembali keluar untuk melakukan semua permintaan Galang setelah ia selesai berganti pakaian.
“Dimana Kak Galang? Apa dia sudah pergi mengirim pesanan bunganya?” gumamnya mencari keberadaan Galang.
Tania yang tidak menemukan Galang mulai mengatur beberapa bunga yang akan dikirim ke pelanggannya.
Saat Tania sibuk, tiba – tiba Axel masuk ke dalam toko bunganya. Axel terkejut ketika ia melihat Tania di depan matanya. Begitu juga dengan Tania yang seketika menoleh melihat Axel saat bunyi pintu tokonya terdengar.
“Tania!” Axel sangat terkejut melihat Tania.
.
.
.
Bersambung
.
.