Hidupnya tak mudah, bahagia seperti enggan menghampirinya. Sejak kecil hidup dalam kemiskinan dan keluarga yang hancur berantakan.
Ayahnya seorang pemabuk berat dan penjudi.
Ibunya berselingkuh dan wanita simpanan seorang pengusaha. Bahkan kakaknya pun kurang lebih sama seperti orang tuanya.
Gita tetap bertahan dalam keluarga itu demi dua adiknya yang masih kecil.
Hingga malam itu menghancurkan semuanya. Keluarganya tercerai berai, Gita terpaksa berpisah dengan dua adik kesayangannya.
Usianya baru lima belas tahun, tapi harus menanggung akibat dari kesalahan yang tak dilakukannya.
Gita diusir dari kota itu dengan cacian dan hinaan dari warga. Arga, putra selingkuhan ibunya bahkan membakar rumah gubuknya.
Hingga dua belas tahun kemudian dia kembali dengan tujuan mencari kebenaran tentang kematian ibu dan selingkuhannya.
Apa benar ayahnya itu benar seorang pembunuh ataukah dia difitnah oleh seseorang yang berkuasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergilah Dan Jangan Kembali
Gita mendengar suara teriakan orang-orang dari luar rumahnya. Padahal hari sudah menjelang pukul sebelas malam.
Dengan perasaan cemas yang menyelimuti, Gita mengintip dari arah jendela. Diluar sana beberapa orang terlihat berdiri sambil berteriak.
Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Maka dari tadi pagi dia tak meninggalkan Gian di rumah. Padahal hari ini rencananya dia akan mulai bekerja di rumah makan.
Gita meremas bajunya, bohong jika dia tak merasa ketakutan. Dan bukannya tak ingin ikut kabur bersama Gilang, tapi lagi-lagi ada Gian yang harus dia jaga.
Jika mereka kabur bersama Gian, yang ada malah akan tertangkap.
Tapi jika hanya Gilang yang pergi, setidaknya salah satu adiknya akan aman.
"Keluar kalian anak-anak setan!!!Gita!!! Gilang!!!" pekikan orang di luar sana semakin kuat.
Gita menutup telinga Gian dengan kedua tangannya. Karena adiknya ikut histeris karena ketakutan.
"Kita bakar saja kalau mereka tak mau keluar!" kata salah satu dari mereka.
"Ayo bakar!"
"Bakar!! Bakar!!"
Teriakan orang-orang semakin menjadi. Gita tak bisa lagi membendung air matanya.
'Tuhan... Jika aku harus mati, aku rela... Tapi biarkan adik-adikku hidup dan bahagia.' ucap Gita dalam hatinya.
Gita melihat wajah Gian yang tak berdosa. Sejak lahir, Gita lah yang mengurus Gian.
Gita bukan hanya kakak tapi juga ibu dan ayah bagi Gian.
"Gian jangan nangis, tenang ya. Kakak keluar sebentar. Nanti Gian jangan rewel." kata Gita lalu mengecup kening adiknya sebelum pergi.
Suara teriakan Gian membuat Gita semakin menangis.
Tapi dia harus keluar dan menemui orang-orang itu sebelum mereka membakarnya dan Gian hidup-hidup.
"Nah ini dia, anak per*k akhirnya keluar juga." kata seorang wanita yang tinggal di ujung gang.
"Bawa dia... Tuan Arga mau dia dan adiknya itu dalam keadaan hidup!" kata seorang lelaki yang Gita kenal sebagai salah satu pejabat di RT nya.
Gita diseret ke jalan. Dan beberapa orang terlihat masuk dan menggeledah rumahnya.
"Mana adikmu.. Gilang?" tanya lelaki yang tadi masuk ke dalam rumahnya.
Gita menggelengkan kepalanya dan menjawab tak tau.
Plak!!
"Ngomong yang bener, jujur sebelum kami melakukan tindakan yang lebih parah dari ini!" kata salah satu lelaki yang menyeretnya.
Tapi Gita tak gentar, dia tetap menjawab tak tau. Hingga wajah dan rambutnya menjadi sasaran orang-orang itu.
"Seret saja adiknya yang cacat itu biar dia mau ngaku..."
Gian... Tidak
"Jangan... Biarkan adikku, jangan sentuh dia. Saya yang salah. Saya yang melukai nona Alana." kata Gita disela isakan tangisnya.
Tapi mereka tak menggubris dan tetap membawa Gian yang sedang sakit ke jalan tempatnya dihajar orang-orang itu.
Gita menatap satu persatu wajah orang dewasa yang mengelilinginya. Mereka semua adalah tetangganya. Walaupun ada beberapa wajah yang tak Gita kenali.
Hati Gita terasa sakit seperti teriris. Sebegitu benci kah mereka pada keluarganya. Tapi apa salahnya juga dua adiknya.
Bukannya mereka seharusnya membantu Gita dan adik-adiknya yang hidup tanpa orang tua.
Suara histeris Gian terdengar begitu nyaring saat melihat wajah kakaknya yang lebam karena dipukuli.
Mendengar teriakan Gian, beberapa orang maju dan hendak memukul anak itu.
"Anak haram!! Harusnya Lo gak usah lahir! Muka aja kayak setan" kata seorang lelaki bertubuh besar menoyor kepala Gian dengan cukup kuat dan membuat Gian oleng dan tersungkur.
"Gian!!"
"Jangan sentuh adikku!!! Aku mohon!!!" kata Gita mengemis sambil bersujud di depan orang-orang itu
Gian terlihat begitu menyedihkan, kepalanya berdarah karena terbentur ujung aspal yang tajam. Gita hendak menghampiri adiknya tapi ditahan oleh seorang lelaki asing.
"Diem!! Atau adek lo mati!! Tunggu tuan muda datang buat mengeksekusi lo, karena berani nyakitin adek kesayanganya." Gita membeku mendengar ancaman itu.
Gita tau lelaki itu bukan berasal dari lingkungannya. Dari wajah dan juga postur tubuh, Gita menyadari jika dia adalah orang suruhan Alana ataupun kakaknya.
Hingga sebuah mobil mewah masuk dan membelah kerumunan yang memenuhi jalan itu.
Gita tau siapa pemilik mobil mewah itu. Dia pernah beberapa kali melihat mobil itu terparkir di sekitar rumahnya. Termasuk di malam penangkapan ayahnya.
"Tuan." lelaki yang tadi menyeret Gita dan mendorong kepala Gian terlihat membungkuk hormat pada lelaki muda yang tampan bak dewa Yunani.
Perpaduan wajah asing dan lokal membuatnya terlihat begitu mempesona. Bahkan ibu-ibu yang tadinya bersikap garang langsung berubah sok imut di depannya.
Tapi tidak dengan Gita... Gadis itu justru menatapnya dengan tatapan datar.
"Kalian menghajarnya???" tanya Arga dengan nada tak suka. Alis indah lelaki itu menukik tajam dan menatap tajam ke arah orang-orang yang berada di depannya.
" Ma_maaf tuan, itu karena dia melawan dan tak mau memberi tahu dimana adiknya." kata lelaki yang menyeretnya tadi. Terlihat sorot ketakutan di wajah lelaki bertubuh kekar itu.
"Tapi apa aku memerintahkan untuk memukulinya?" tanya Arga dengan lamat-lamat
Arga membuka jas nya dan memakaikan ke tubuh Gita. Menutupi bahunya yang terlihat karena bajunya terkoyak saat dia diseret tadi.
" Ti_tidak tuan."
Lelaki itu menatap Gita, namun gadis itu memalingkan wajahnya dan menatap rumah jelek yang selama ini ditinggalinya.
"Bakar rumahnya! Hancurkan semua.. Aku tak mau melihat barang-barang yang berkaitan dengan wanita jal*ng itu!" perintah Arga.
"A_apa? Jangan..." Gita segera bangkit dan ingin melesak masuk ke dalam rumah.
Di sana ada ijazahnya, hasil kerja kerasnya selama ini. Setidaknya dengan ijazah SMP dia masih berharap memperoleh pekerjaan yang baik.
Lengan Gita ditahan oleh Arga. Lelaki itu mencengkeram kuat hingga membuat Gita meringis kesakitan.
"Kau tak boleh masuk ke dalam rumah itu. Aku pemilik rumahnya dan tak mengijinkan hal itu." kata Arga
"Lakukan sekarang!!"
Gita menatap rumah itu dengan tatapan putus asa. Dia tak bisa menangis lagi saat menyaksikan api yang mulai menyala dan menyambar rumah itu. Mungkin air matanya sudah mengering. Hatinya kini hanya diliputi kebencian dan kekecewaan pada orang-orang ini.
Tak lama api itu semakin membesar dan terlihat menakutkan. Habis sudah, Gita tak lagi memiliki apapun kecuali Gian.
Terdengar suara letusan kembang api yang menyertai kobaran api itu.
"Ups... Aku lupa.... Happy New Year!!!" katanya sambil tertawa saat melihat kembang api yang menghiasi langit malam.
Arga menatap Gita yang masih setia menatap kobaran api yang membakar rumah itu. Tak ada ekspresi apapun diwajah gadis itu.
Wajah cantiknya seperti patung lilin yang pucat dan dingin. Membuat Arga merasa sedikit bersalah pada gadis itu dan adiknya."
"Biarkan dia pergi!" perintah Arga tiba-tiba dan membuat semua orang cukup terkejut tapi tidak dengan Gita.
"Kau!!!" Arga terdengar geram karena Gita masih tetap pada ekspresi itu. Bagaimana mungkin gadis itu bisa mempertahankan wajah datarnya.
"Jangan tinggal di kota ini, pergilah sejauh mungkin dan jangan pernah kembali. Jika aku melihatmu maka aku akan berbuat sesuatu yang tak pernah kau inginkan." ancam Arga sebelum pergi dan masuk ke dalam mobilnya.
Setelah itu, Arga meninggalkan tempat itu.
"Kau dengar kata tuan Arga tadi. Pergilah!!! Pergi jauh dari kota kami. Makhluk seperti kalian tak pantas tinggal di sini." kata seorang ibu yang juga memiliki putri seusia Gita.
Sungguh tak berperikemanusiaan.
Gita bangkit dan menggendong Gian di punggungnya.
Dia berjalan meninggalkan tempat itu dengan membawa adiknya yang sudah tak berdaya. Tanpa alas kaki dia melangkah menyusuri jalan. Tanya membawa apapun Gita membawa adiknya pergi menjauhi kerumunan orang-orang jahat itu.
Sementara di ujung jalan sana, Arga menggenggam erat setir mobilnya. Dia tadinya hendak datang dan memberi hukuman pada Gita dan juga adiknya yang bernama Gilang.
Alana adik kesayangannya itu hampir saja cacat pada matanya jika luka itu tak segera ditangani oleh dokter terbaik.
Arga tak terima dan meminta anak buahnya untuk memberi pelajaran pada Gilang. Tapi ternyata, anak itu sudah kabur.
Jantungnya terasa ingin meledak saat melihat wajah Gita yang berdarah dan lebam. Arga hampir saja menghajar anak buahnya yang dia tugaskan untuk 'mengamankan' Gita sebelum dia datang.
Arga menatap Gita yang terseok-seok berjalan menyusuri trotoar. Jalanan terlihat lengang karena banyak orang yang masih berada di alun-alun kota.
Letusan kembang api mengiringi langkah gadis itu. Arga masih memperhatikan raut wajah Gita yang masih belum berubah seperti yang dilihatnya tadi.
Arga merubah rencananya, dia tak bisa melukai gadis itu lebih jauh setelah melihat ekspresi datarnya.
Tatapan kosong yang terlihat tak bernyawa.
Mata bulat bak rusa itu kehilangan cahayanya. Membuat Arga mundur dan tak berani menyentuhnya lebih jauh.
"Bodoh kau Agra... Apa yang akan kau katakan pada Alana nanti?"
Arga mengusap wajahnya dengan kasar, mengingat janjinya pada Alana. Dia berjanji akan membalas Gita dan adiknya yang membuatnya terluka.
Arga tak terima jika adiknya dilukai walaupun sebenarnya Alan juga salah karena menyerang rumah orang malam-malam.
"Hiduplah dengan baik di tempat lain. Dan jangan pernah kembali." ucap Arga pelan saat melihat tubuh Gita semakin menjauh dan menghilang dari pandangannya.
Arga atau Bara?
😘😙😙❤❤❤
siapa sih yg bakar ibu gita sebenarnya..
😘😍😙😗❤❤❤
❤❤❤😍😍😙😙
bisakah Gita benaekan Gilang..
❤❤❤❤😍😙😙
bunuh Arga jga fosa besar...
❤❤❤😘😍😙😙
😀😀😀
❤❤❤❤❤
❤❤❤😍😙😙😙
❤❤❤😘😙😗
Arga penolongnyaaa...
❤❤❤❤😘😍😙
lanjuttt torrr, sehatt, semangatttt, suksessss🙏🙏💪💪💪💪💪👍👍😍😍
❤❤❤😍😙😙
gilang tetap hidup..
❤❤❤😍😙😙
masih hidup..
kok gak hubungi tante lia..
bikin kuatir aja.
❤❤❤❤
bapaknya garong tau aja kw amna Gita pergi..
😀😀😀❤❤😘😙😗
jga takut ancaman Arga ya nurut2 aja ..
❤❤❤😘😍😙
❤❤❤❤😍😙😗
❤❤❤😍😙😙
❤❤❤😘😍😙🤦♂️
❤❤❤😘😍😙😙