Sri tidak menyangka jika rumah tangganya akan berakhir karena orang yang paling dia cintai dan hormati, entah bagaimana dia mendeskripsikan hati yang tidak akan pernah sembuh karena perselingkuhan suami dengan perempuan yang tak lain ibunya sendiri.
Dia berusaha untuk tabah dan melanjutkan hidup tapi bayangan penghianatan dan masalalu membuatnya seakan semakin tercekik.
mampu ka dia kembali bangkit setelah pengkhianatan itu diatas dia juga memiliki kewajiban berbakti pada orangtua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Tarjo mengusap wajahnya dengan kasar, dia jelas mengingat bagaimana Siti semakin keras padanya saat itu setelah mendapatkan perlakuan buruk dari sang ayah karena membelanya, dan egonya sebagai lelaki semakin membebani dan memaksa sang istri.
Dia memang memaksa berhubungan badan tapi dia hanya memintanya saat sedang ingin saja selebihnya dia hanya ingin dilayani seperti layaknya suami biasa tetapi Siti hanya melayaninya ketika dia dipaksa.
"Aku hanya mengingat masalalu dek, aku tahu betapa Siti begitu membenciku karena selalu memaksanya melayani ku sebagai mana suami istri semestinya padahal semua orang tahu dia sangat membenciku dan tidak menerimaku dalam kehidupannya".
Dia menarik nafasnya dalam-dalan, dadanya terasa sedak mengingat masa lalu itu.
"Bahkan kehadiran Sri tidak bisa membuka hatinya malah membuatnya semakin membenciku dan juga anaknya sendiri".
Niar hanya mengangguk kosong, dia teringat bagaimana kisah cinta dirinya dengan Tarjo saat masih berstatus suami Siti saat itu.
Tarjo yang telah lelah menghadapi sikap dingin dan kaku Siti akhirnya menjalin kisah dengannya saat Sri berusia 10 tahun, dan berkat hubungan itulah akhirnya Siti bisa terlepas dari pernikahan yang tak pernah dia inginkan itu dan keluarga besarnya tetap menyalahkannya saat itu tapi dia tidak peduli.
"Mau bagaimana lagi mas, semuanya sudah terjadi, sejujurnya aku juga kasihan pada Siti saat itu, pernikahan dan segala yang tidak dia inginkan selalu dipaksakan padanya, tanpa bisa menolak dan jika menolak akan mendapatkan perlakuan buruk, bahkan lebih parahnya kamu menambah lukanya dengan memaksanya melayani mu selama itu".
Tarjo menunduk malu, benar sekali perkataan istrinya ini, dan itu menampar harga dirinya sebagai seorang lelaki.
"Aku juga seorang perempuan, sangat tahu rasanya diperlakukan seperti itu, sejujurnya aku khawatir jika ini adalah karma instan padamu setelah semua yang kamu lakukan pada Siti dimasa lalu". Ucapnya pelan.
Tarjo langsung menoleh begitu mendengar perkataan istrinya itu, dia mengkerut kan keningnya tidak mengerti.
"Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu, aku tidak mengerti?? ". Tanyanya dengan heran.
Apa hubungannya karma dengan tindakannya pada Siti dimasa lalu, dia hanya mengangkat haknya dimana letak salahnya.
"Aku mengatakannya setelah mengingat semua kejadian yang menimpa Siti selama ini, dan menghubungkan dengan yang dialami Sri saat ini".
Dia menarik nafasnya dalam-dalam, baru menyadari segalanya sekarang ini.
"Pernikahan Irfan dan Sri itu paksaan dari keluarga Irfan, walau mereka menerima pernikahan ini tapi perselingkuhan itu menjadi karma instan untuk semua yang kamu paksakan pada Sri, kamu bisa dengar sendiri bagaimana keegoisan Irfan saat dipersidangan, bukankah sikapmu sama persis dengan Irfan?? ".
Degh..
Perkataan itu membuat persendiannya terasa lepas dari tempatnya, badannya seketika lemas tak berdaya.
Yang dikatakan istrinya sangat benar adanya, menantu yang begitu dia harapkan untuk menjaga putrinya malah bersikap egois dan seenaknya pada putrinya, belum lagi hinaan yang dia lontarkan pada putrinya sama persis dengan yang dia lakukan pada Siti terdahulu.
"Kamu benar, Allah membayar semua perbuatan ku kepada putriku". Ucapnya dengan tubuh bergetar.
Dia menyadari jika segalanya ternyata bermula darinya, dan Siti berselingkuh itu, mungkin membalas dirinya melalui putrinya dan juga menantunya, tapi bukanlah itu sungguh keterlaluan?
"Sudahlah mas, kita hanya bisa melakukan terbaik setelah ini, berhenti menyalahkan keadaan, mau bagaimana pun semuanya telah terjadi, kita fokus saja kesembuhan dan kandungan Sri, kamu tahu sendiri kan, dia mengandung".
Tarjo mengangguk membenarkan perkataan sang istri, dia sengaja belum memberitahukan berita ini kepada putrinya, kesehatan mental putrinya belum stabil sepenuhnya, dia khawatir jika putrinya tahu sekarang dia akan semakin down.
Sedangkan Siti yang kini berada dalam sel penjara hanya menunduk menatap lantai dengan tatapan kosong, entah apa yang terjadi kedepannya, dia tidak tahu.
Dia menyesalkan segala yang terjadi, dia tahu perbuatannya ini adalah hal yang salah dan juga keterlaluan pada putrinya tapi luka masa lalu yang sangat dalam membuatnya seakan mati rasa walau hati kecilnya merasa sangat bersalah.
"Aku tidak menyangka kamu bisa berselingkuh dengan menantumu dan menyakiti anakmu sedemikian rupa". Salah satu teman Sel dirinya kini menatapnya dengan datar.
Perempuan tambun yang membunuh orang yang telah berani memperkosa anaknya itu kini duduk tak jauh darinya, dia menatap tajam dan jijik kepada Siti.
Dia mengangkat kepalanya menatap tajam perempuan yang mungkin lebih tua dirinya itu.
"Jangan mengatakan hal yang tidak kamu tahu sepenuhnya". Ucap Siti dengan tajam dan dingin.
"Aku tidak mau tahu dengan apapun yang terjadi di hidupmu, hanya saja pernahkah kamu berpikir jika seorang anak tak pernah meminta lahir dari orangtua seperti apapun itu, dia tidak pernah memilihnya, dan jika mungkin bisa, mereka tidak akan memilih kita sebagai orang tuanya".
Siti tersentak, perkataan itu menohok hati terdalamnya sebagai seorang ibu dan orang tua.
"Seberapa besar lukamu itu, tidak akan bisa menghapus luka yang kamu torehkan kepada putrimu, kamu tahu dia tidak minta kamu untuk menghadirkan dirinya ke dunia jika kamu hanya mau membuatnya menderita dengan membencinya dan juga melakukan hal ini".
"Aku". Ucapnya lirih.
Dia baru sadar jika dia begitu menorehkan luka pada putrinya sejak kecil, perlakuan kasar, bentakan, pukulan bahkan caci makian dia berikan untuk melampiaskan semua amarah yang dia rasakan pada keluarga dan juga mantan suaminya tapi anaknya tidak pernah membalasnya sama sekali.
"Aku melihat beritanya tadi di televisi karena persidangan kalian dilakukan secara nasional dan itu siaran langsung".
"Aku hanya ingin memberitahu jangan sampai kamu menyesali segalanya setelah semua yang terjadi, anakmu itu punya hati dan perasaan, dia tidak mungkin selamanya akan menerima perlakuan mu selama ini, bukankah kamu juga sudah pernah merasakannya dulu?? ".
Siti semakin menunduk, rasa penyesalan mulai menggerogoti hatinya, dia baru sadar jika dia begitu keterlaluan menyakiti putrinya yang tak tahu apapun tentang masa lalu dirinya itu.
"Jika aku bisa memberi mu saran, jangan pernah menerima lelaki yang menjadi menantumu itu, dia hanya lelaki egois dan tidak bisa dipercaya, kau sudah mengalami kepahitan pernikahan dimasa lalu, harusnya kamu belajar dari hal itu, bukan menambah masalah lagi dengan hamil dan berbuat zina seperti itu".
Perkataan itu seperti ribuan pisau yang menancap di jantungnya, terasa sakit hingga tidak bisa dia jabarkan.
"Aku hanya tidak mengerti apa yang kulakukan saat itu".
"Tidak apa, setiap orang punya kesalahan, cukup anak sulung mu yang kamu perlakuan seperti itu, rawat dia sebaik-baiknya, jangan ulangi kesalahan seperti putrimu, jika tidak kamu pasti akan kehilangan semuanya".
"Apa aku bisa melakukannya, aku diusir dan dikucilkan apalagi setelah semua ini tersiar di semua media".