NovelToon NovelToon
Terjebak dalam Ikatan Cintamu

Terjebak dalam Ikatan Cintamu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / LGBTQ / GXG
Popularitas:43
Nilai: 5
Nama Author: Raylla Mary

"Briana Anderson, seorang miliarder berusia 30 tahun, bagaikan menggenggam dunia di tangannya. Dingin, penuh perhitungan, dan pemilik perusahaan multijutaan dolar, ia dikenal sebagai wanita yang selalu mendapatkan segala yang diinginkannya... hingga ia bertemu Molly Welstton.
Molly, yang baru berusia 18 tahun, adalah kebalikan sempurna dari Briana. Polos, pemalu, dan penuh dengan impian, ia berfokus pada studinya di jurusan manajemen bisnis. Namun, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat ketika jalan hidupnya bersilangan dengan CEO paling berkuasa dan posesif di New York.
Apa yang awalnya adalah ketertarikan sederhana, berubah menjadi sebuah obsesi yang membara. Briana bertekad untuk memiliki Molly dalam hidupnya dan akan melakukan segalanya untuk melindungi gadis itu dari ancaman apa pun — nyata atau hanya dalam bayangannya.
Akankah cinta Briana yang posesif dan menguasai cukup kuat untuk meluluhkan kepolosan Molly? Atau justru gairah cemburu si miliarder akan membuat Molly terasa terkurung? Sebuah kisah tentang kekuasaan, kontrol, dan cinta yang menantang semua aturan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raylla Mary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 29

Badai dan Keheningan

Tajuk berita mulai bermunculan sebelum fajar.

Nama Briana Anderson sekali lagi menjadi pusat kekacauan — tetapi kali ini, dengan Molly di tengahnya.

> “CEO tertangkap di hotel dengan investor Isabel Rains; mantan pacar muda melarikan diri dari London setelah skandal.”

“Molly Welstton: gadis yang menghancurkan wanita paling berkuasa di Eropa.”

Foto-fotonya jelas, keterangannya kejam.

Gambar Isabel dan Briana di restoran, senyuman tertangkap pada saat yang tepat, sentuhan terencana di lengan.

Dimanipulasi — Briana tahu itu. Tetapi bagi dunia, kebenaran tidak penting.

Di dalam kantornya, dia menyaksikan layar berkedip dengan amarah yang sunyi.

Kekacauan itu di luar kendali.

— Hapus ini. — perintahnya kepada asistennya. — Semua artikel, semua sebutan. Gunakan apa pun yang diperlukan.

— Nyonya Anderson… — dia ragu-ragu. — Isabel berada di balik semua ini. Dia memiliki jurnalis di tangannya.

Briana berdiri dengan tiba-tiba, matanya dingin. — Kalau begitu biarkan dia belajar bahwa dia telah main-main dengan orang yang salah.

Sementara itu, Molly terkunci di apartemen kecilnya, telepon dimatikan, tirai ditutup.

Pers telah menemukan tempat tinggalnya.

Dalam dua hari terakhir, fotografer berkeliaran di jalan, meneriakkan namanya, mencoba mendapatkan reaksi apa pun.

Dia meringkuk di sofa, memeluk lututnya, hatinya terpecah antara cinta dan penghinaan.

Foto-foto itu tampak terlalu nyata.

Senyuman Briana, tatapan Isabel, gerakan intim…

Air mata mengalir.

Dia tidak tahu lagi siapa yang harus dipercaya.

Ketukan terus-menerus di pintu membuatnya bergidik.

Untuk sesaat, dia berpikir untuk mengabaikannya.

Tetapi suara di sisi lain tidak salah lagi.

— Molly, buka. Ini aku.

Jantungnya berdebar kencang.

Briana.

Molly ragu-ragu, tetapi akhirnya membuka kunci pintu.

Wanita di hadapannya bukanlah pengusaha yang tak terkalahkan yang muncul di sampul majalah — itu adalah seseorang dengan mata cekung, wajah lelah, dan tatapan putus asa.

— Aku datang karena aku tidak tahan lagi melihatmu menderita karena sesuatu yang tidak benar. — Briana berbicara, suaranya tercekat. — Isabel mengatur semuanya. Foto-foto, rumor, “sumber”. Semuanya.

Molly menyilangkan tangannya, mencoba menahan gemetar di tangannya.

— Dan bagaimana aku bisa yakin?

— Karena aku tidak tahan berbohong kepadamu. — Briana melangkah maju. — Kau mengenalku, Molly. Kau tahu kapan aku mencoba menyembunyikan sesuatu… dan sekarang aku tidak.

Keheningan di antara keduanya terasa berat, hanya dipecah oleh suara hujan yang jauh.

Molly menatapnya — dan apa yang dilihatnya membuatnya hancur: kerentanan di mata Briana, rasa sakit yang dia coba sembunyikan.

Dia mundur selangkah, hatinya terbagi menjadi dua.

— Aku hanya… aku tidak tahan lagi menjadi nama di tajuk berita.

Briana menarik napas dalam-dalam. — Aku akan menyelesaikan ini.

Pada sore hari yang sama, Isabel muncul di gedung Anderson Holdings.

Dikelilingi oleh kamera, dia tersenyum kepada para jurnalis seperti orang yang menyaksikan pertunjukan yang dia sendiri sutradarai.

> — “Briana dan aku sangat dekat. Apa yang kami miliki lebih dari sekadar bisnis.” — katanya, mengedipkan mata ke kamera.

Kalimat itu bergema di seluruh dunia dalam hitungan menit.

Tetapi sebelum ada yang bisa bereaksi, pintu lobi terbuka, dan Briana muncul — tinggi, dingin, marah.

Para fotografer terdiam secara naluriah.

Dia berjalan ke arah Isabel, posturnya tegak, tatapannya seperti orang yang membawa amarah yang telah ditahan selama berhari-hari.

— Kau sudah melewati batas. — katanya, dengan gigi terkatup.

Isabel tersenyum, mengejek. — Aku hanya jujur kepada publik. Transparansi adalah sesuatu yang kau hargai, bukan?

— Kau mencampuradukkan transparansi dengan kehancuran. — jawab Briana. — Tetapi hari ini, Isabel… kau akan belajar apa artinya kehilangan kendali.

Sebelum yang lain bisa bereaksi, Briana mengambil mikrofon dari salah satu reporter dan berbicara langsung ke kamera.

— Gambar yang dipublikasikan adalah palsu. Isabel Rains memanipulasi media dan menggunakan nama saya untuk promosi diri. — Suaranya tegas, menusuk. — Wanita yang saya cintai bukanlah Isabel. Itu adalah Molly Welstton.

Keheningan menyelimuti kerumunan.

Isabel menjadi pucat.

— Kau tidak akan… — dia mulai, tetapi Briana memotongnya.

— Sudah kulakukan. — dia meletakkan mikrofon. — Dan sekarang, siapa pun yang ingin menghakimiku, biarkan dia melakukannya dengan mengetahui kebenaran.

Seluruh dunia menyaksikan kejatuhan dan kekuatan Briana Anderson pada saat yang sama.

Kamera mengikutinya saat dia pergi, angin mengacak-acak rambutnya, tatapannya penuh tekad.

Beberapa jam kemudian, video itu sudah viral.

Beberapa mengkritiknya, yang lain memujinya.

Tetapi tidak ada yang penting — karena malam itu, Briana mengetuk pintu Molly lagi.

Ketika dia membuka pintu, tatapan terkejut diikuti oleh keheningan.

Briana tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memegang wajahnya di antara tangannya dan menempelkan dahinya ke dahinya.

— Sudah selesai. — bisiknya. — Dunia tahu bahwa itu adalah kau. Bahwa itu selalu kau.

Molly menarik napas dalam-dalam, merasakan dadanya sesak.

Sebagian dirinya ingin bertengkar, sebagian lagi hanya ingin memeluknya dan melupakan dunia di luar sana.

— Kau mempertaruhkan segalanya untukku… — gumamnya.

— Tidak. — Briana tersenyum tipis. — Aku hanya membiarkan dunia melihat apa yang sudah aku ketahui. Bahwa tanpa kau, tidak ada yang masuk akal.

Molly menyandarkan kepalanya di bahunya, akhirnya membiarkan tubuhnya rileks.

Untuk sesaat, suara hujan tampak mereda.

Tetapi, di luar sana, dunia masih berputar.

Badai masih mengamuk.

Dan Isabel Rains, terluka harga dirinya, bersumpah bahwa cerita itu belum berakhir.

Di balkon hotel, Isabel mengamati tajuk berita yang berubah.

Matanya berkilauan — bukan karena kesedihan, tetapi dengan sesuatu yang lebih berbahaya: tekad.

— Baiklah, Briana Anderson. — bisiknya, menyesap anggur. — Jika perang yang kau inginkan… peranglah yang akan terjadi.

Dan di suatu tempat di kota, cinta antara Briana dan Molly tidur nyenyak untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan — tanpa mengetahui bahwa keesokan paginya akan membawa kekacauan baru.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!