Dia Suamiku, Bukan Ayah Pengganti

Berita tentang resepsi pernikahan sekaligus tasyakuran 4 bulan kehamilan Rosella, sampai juga di telinga Rania. Wanita yang setelah keluar dari rumah sakit hanya menjadi pengangguran itu berdecih tanda tak suka.

"Kenapa anak haram sialan itu selalu beruntung daripada aku." Gumamnya.

"Mendapatkan warisan 100% kekayaan Rahardian, yang seharusnya milikku." Lanjutnya lagi.

"Itu karena kamu bodoh, sudah dapat Rendra masih kegatelan Kendra. Apa hebatnya pria miskin itu, apa dia lebih jago di atas ranjang?" Ucap Mama Risa tiba-tiba muncul begitu saja.

"Rosella lepas dari keluarga Adiguna, kini malah dapat keluarga Narendra. Sedangkan kamu dapat apanya?" Cemooh Mama Risa membuat Rania dongkol.

"Lihat dirimu di cermin, Rania. Wajahmu sangat buruk, menjijikkan sekali. Bagaimana bisa menjerat pria kaya dengan penampilanmu yang seperti ini. Pria hidung belang pun tak akan mau, meskipun kamu gratiskan." Ucap Mama Risa dengan penampilannya terbuka, bersiap pergi melakukan pekerjaannya. Setelah diceraikan pengusaha, Mama Risa menjual dirinya demi sesuap nasi.

Miris, itulah hidup ada kalanya di atas maka jangan sombong. Karena roda pasti berputar, jadi saat berasa di posisi bawah setidaknya harga diri masih utuh.

"Mama mau ke mana?" Tanya Rania memicingkan sebelah matanya melihat penampilan Mamanya yang mirip ABG.

"Jangan bilang Mama mau kencan dengan bandot tua itu?" Tebaknya.

"Memangnya kenapa? Toh status Mama single, Mama bebas punya hubungan. Siapa pun orangnya yang penting dia bisa memberikan Mama kepuasan. Tidak hanya di ranjang tapi juga isi tabungan, sudah cukup lama Mama puasa menahan diri. Harus melakukan dengan cara sembunyi karna Raka tidak bisa memuaskan, dia impoten." Ucap Mama Risa.

"Impoten?" Tanya Rania tak percaya.

"Ya Raka impoten, jangankan bisa memuaskan Mama dia saja tidak punya hasrat terhadap seorang wanita." Ucap Mama Risa seraya terkekeh.

"Maksudnya Papa, Gay?" Tanya Rania.

"Bukan gay tapi seperti punya trauma, setelah melihat penderitaan adiknya yang depresi setelah kasus pemerkosaannya. Adiknya mati setelah melahirkan Rosella."

"Jadi benar kalau Rosella memiliki darah Rahardian, sedangkan aku justru anak seorang narapidana?" Gumam Rania.

"Sudahlah untuk apa disesali, semua sudah terjadi. Dan penyebab utama kita hidup susah adalah Rosella. Apa kamu sudah punya rencana? Mama sudah tua, waktunya Mama menikmati hidup tanpa memikirkan masalah. Jadi urusan Rosella menjadi tugasmu."

"Kalau begitu aku minta Mama buat bantu aku." Ucap Rania lalu membisikkan sebuah rencana besar.

"Baiklah, pacar Mama pasti akan memberikan uang malam ini. Karena itu jangan ganggu Mama, mungkin sampai besok Mama tidak pulang." Ucap Mama Risa kemudian pergi.

"Mama yang sudah tua masih laku, masa iya aku enggak?"

Rania sudah memikirkan matang-matang, dia sudah siap andaikan gagal. Yang terpenting dia sudah berusaha. Rania tidak ingin menderita sendirian, dendamnya pada Rosella sudah bagaikan akar pohon yang menembus bumi. Sulit untuk ditarik hingga lepas, tapi bukan berarti tidak bisa. Padahal semua kesialan hidupnya karena ulahnya sendiri yang memelihara dengki.

Sedangkan di Apartemennya, Kendra sedang berbicara melalui telepon dengan Papanya.

"Adikmu akan mengadakan pesta, kamu harus datang karena kita diundang. Posisikan sebagai rekan bisnis biasa, jangan terlalu mencolok memperhatikan Rosella. Papa yakin, sampai sekarang Mamamu masih mencari jejak adikmu itu."

"Mama terus mendesakku untuk menggeledah ruang kerja Papa." Jawab Kendra.

"Mama marah setelah tahu aku tinggal di apartemen dan bekerja sebagai OB di perusahaan Papa. Kata Mama aku disuruh mengambil alih Perusahaan, Mama ingin aku menguasai seluruh aset keluarga Adhitama. Dan setelah itu, Mama menyuruhku mengusir Papa dari rumah kita. Sepertinya ini bukan murni keinginan Mama, ada seseorang memegang kendali."

"Ya, Papa rasa juga demikian. Ada dendam terselubung terhadap Papa. Mereka menggunakan Mamamu sebagai pion. Kamu harus berhati-hati, Ken. Jangan sampai ceroboh apalagi gegabah yang bisa membahayakan nyawa adikmu. Papa juga akan menambah lagi pengawalan untuk kamu dan adikmu."

"Lalu bagaimana dengan keamanan Papa?" Tanya Kendra tiba-tiba khawatir.

"Papa sudah hidup berlumuran dosa, sudah sejak lama Papa menginginkan kematian supaya bisa bertemu Rosemary. Papa ingin meminta maaf padanya, dosa ini sungguh berat rasanya untuk Papa pikul selama ini." Ucap Tuan Kendrick terisak lirih sambil memukul-mukul dadanya sendiri.

Penyesalan terdalam adalah ketika terlambat meminta maaf pada orang terkasih.

Tanpa Tuan Kendrick sadari sejak dia merudapaksa Rosemary 20 tahun yang lalu, pikirannya hanya berpusat pada gadis cantik yang telah berbadan dua dengan keadaan depresi. Dari rasa bersalah timbul rasa simpati, kemudian rasa cinta yang diam-diam hadir tanpa diundang. Penyebab hubungannya dengan istrinya retak karena hatinya sudah tidak utuh.

Tapi sangkalan dan ketidak jujuran yang terus menerus dia lakukan pada dirinya sendiri akhirnya menjadi bumerang yang mematikan semua orang.

Rosella berdiri cantik dan anggun dengan balutan gaun pilihan Rizal. Sang Penghulu itu begitu antusias tidak hanya karena resepsi pernikahannya, tapi justru pada kandungan Rosella yang semakin menggemaskan di matanya.

"Kamu duduk saja di sini, tidak perlu ikut menyambut tamu. Sebentar lagi, Jasmine dan Mbak Anye juga akan ke sini." Ucap Rizal kemudian meninggalkan Rosella duduk di atas pelaminan sendirian.

Semua tamu undangan nampak berbinar, melihat dekorasi yang super mewah. Bahkan semua makanannya yang premium, dan ini atas saran Anye.

Di antara tamu undangan yang berbahagia, ada seorang pria yang menatap sendu ke arah Rosella.

"Harusnya aku yang di sana, harusnya aku yang memeluk tubuhnya. Aku yang mengelus perutmu, bukan dia bukan penghulu sialan itu." Gumam Rendra kedua tangannya mengepal.

"Jangan bikin ulah di sini." Ucap Kakek Hendra memberi peringatan.

"Tapi, Rosella memang milikku Kek. Aku hanya meminjamkannya sebentar saja. Dan sekarang aku akan mengambilnya." Perdebatan antara Cucu dan Kakeknya.

Rosella nampak kehausan, tapi Rizal masih sibuk bercengkrama dengan para relasi dan teman-teman kantornya. Pun dengan Jasmine dan Anye yang katanya akan menemani tidak terlihat batang hidungnya hingga kini.

"Sudahlah, aku memang hanya sendirian." Gumam Rosella dengan wajah sedihnya. Kemudian turun dari pelaminan menuju meja yang berisi banyak minuman.

"Entahlah, tapi perasaanku tidak nyaman. Mereka sibuk berbicara dan melupakan aku yang seharusnya butuh ditemani. Apa mungkin aku tidak seberarti itu untuk mereka." Ucapnya lagi.

"Inilah saatnya, kamu harus mati."

Saat Rosella duduk sendirian, tiba-tiba seseorang datang dengan gerakan cepat menghunuskan pisau ke perutnya.

"Mati saja kamu." Teriaknya lantang.

Jleebbb...

"Ahhh..." Suasana pesta chaos.

Para pengawal tunggang langgang mengamankan keadaan yang sudah tidak aman.

Sedangkan Tuan Kendrick berdiri terpaku tidak jauh dari tempat kejadian. Merasa kecolongan untuk kedua kalinya.