"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Kunci Dalam Kamar
Riri tersenyum mendengar ucapan cinta Bastian.
"I love you too, Om." jawabnya lirih.
Bastian pun kembali membawa Riri masuk ke dalam dekapannya.
"Om, aku harus cepet masuk ke rumah. Aku takut kalau Mama sama Papa bangun, dan tau kalau aku ada disini sama Om." ucap Riri di dalam pelukan Bastian.
Bastian meletakkan dagunya di pundak Riri. Sudah lama rasanya ia tak merasa setenang ini.
"Sebentar lagi, Ri. Saya mau tetap begini sebentar lagi." Bastian tak melepaskan pelukannya ia justru semakin erat memeluk Riri.
Riri mengusap lembut punggung prianya. Ia tahu, mungkin hubungan mereka tidak akan berjalan dengan mudah. Terbukti dengan kedua orangtua Riri yang langsung meragukan keduanya. Tapi Riri yakin, selama Bastian ada di sampingnya ia akan kuat melewati apapun.
"Om pasti capek banget kan hari ini?"
"Rasa capek saya sudah hilang sejak tadi, Ri" jawab Bastian.
"Kok bisa?"
"Bisa, karena ada kamu." Ucap Bastian yang membuat Riri terkekeh. Ia memukul punggung Bastian pelan.
"Sejak kapan sih, Om jago gombal begini?" Riri menatap wajah Bastian.
"Ya sejak sama kamu."
"Emang sebelumnya gimana?" Tanya Riri penasaran.
"Nanti saya cerita, panjang kalau di ceritain sekarang." Bastian pun melepaskan pelukan keduanya. Lalu mengusap rambut panjang Riri penuh kelembutan.
"Sekarang cepat masuk ke rumah, sebelum nanti kita di grebeg orangtua kamu." Bastian setengah becanda saat mengucapkannya.
"Hm, iya deh."
Bastian pun turun lebih dulu dari mobilnya, lalu berjalan ke arah Riri duduk dan membukakan pintu mobil.
Riri pun turun, dan diantarkan oleh Bastian ke depan pintu.
"Besok kita ketemu lagi ya, Om." Riri terdengar begitu manja.
"Iya sayang." Jawab Bastian yang membuat wajah Riri bersemu merah.
"Om hati-hati di jalan."
"Iya sayang." Jawab Bastian lagi, yang membuat Riri senyum sumringah di buatnya.
"Udah sana cepat masuk." Titah Bastian karena melihat Riri tak juga beranjak dari tempatnya.
"Iya sayang." balas Riri kali ini.
Keduanya pun akhirnya berpisah, Riri kembali ke kamarnya. Dan Bastian kembali ke apartemennya. Malam itu, keduanya diliputi perasaan bahagia.
____
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Riri terperanjat saat alarm yang entah sudah berbunyi beberapa kali membangunkannya.
"Ya ampun, udah jam segini!! Kok Mama gak bangunin aku sih." Riri langsung buru-buru beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi.
Setelah bersiap dengan pakaian kerja dan make up tipisnya ia pun berniat keluar kamar. Tapi saat dia hendak membuka pintu..
ceklek.. ceklek..
Pintu kamarnya enggan terbuka.
"Lho, ini kenapa? Kok gak bisa dibuka?"
Masih penasaran, Riri mencobanya berulang kali. Namun nihil, pintu kamarnya tetap tak mau terbuka.
"Ya Tuhan.. jangan bilang aku dikunciin di kamar." gumam Riri menggusar rambutnya kasar.
Riri pun meraih ponselnya untuk menghubungi sang Mama.
"Halo, Ma. Ini kenapa pintu kamar aku gak bisa di buka? Mama ngunciin aku?"
"Iya."
"Ma, jangan ngaco deh. Aku harus kerja. Masa aku dikunciin kayak gini. Aku bukan anak kecil, Ma."
Tapi tak ada jawaban dari Mamanya, telepon itu justru terputus begitu saja.
"Ma... Buka pintunya. Aku harus kerja, Ma." Riri menggedor pintunya terus menerus berharap Mamanya akan menyerah.
Sayangnya, semua yang ia lakukan percuma. Tak ada pergerakan apapun di luar kamarnya.
Riri melempar tas kerjanya ke atas ranjang. Ia merasa seperti seorang tawanan sekarang. "Mama keterlaluan." gumamnya.
Riri berusaha menghubungi Papanya berulang kali, namun nihil tak ada satupun panggilannya yang dijawab. Ia berpikir, apakah mungkin kedua orangtuanya sengaja berbuat seperti ini untuk menjauhkan ia dengan Bastian? Tapi kenapa harus sampai mengunci dirinya di dalam kamar? Perutnya bahkan belum di isi apapun pagi itu.