"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Amira
Toktoktok terdengar ketukan kembali dari dalam kamarnya, " masuk" jawabnya parau khas suara orang bangun tidur, tak menunggu lama Bu Ning muncul dari balik pintu kamarnya,
"sudah jam 6:30 nona ,30 menit lagi jam sarapan di mulai. Nyonya Vivian Khawatir nona bangun kesiangan, jadi saya di suruh membangunkan" ucapnya menjelaskan , membuat jovanka mengalihkan pandangannya memandang jam dinding dan langsung duduk di kasurnya, " aku kesiangan yaaa" teriaknya membuat Bu Ning tersenyum dengan tingkahnya, "masih ada 20 menit lagi sebelum tuan muda turun ke meja makan " ucapnya lembut, Jovanka langsung berlari ke kamar mandinya, Ia harus bergerak cepat karna Morgan orang yang sangat disiplin, walau tidak ada yang di lakukannya dirumah itu, tapi tidak ada alasan bagi penghuni rumah untuk bangun kesiangan di rumah ini.
Setelah mandi , Jovanka menggosok rambutnya dengan handuk, "tidak ada waktu pakai hairdryer"gumamnya yang langsung berlari keluar kamar untuk turun kelantai bawah menuju meja makan dengan rambutnya yg masih basah, "biar saja seperti ini, dari pada aku harus mendengar ceramah nya pagi pagi" ucap jovanka sambil berlari cepat menuruni tangga, Sam yang melihatnya dari jauh sudah hafal dengan tingkah nya, " pasti dia kesiangan " gumamnya.
Di ruang keluarga, sudah ada Amira yang duduk memperhatikan jovanka yang berlari menuju meja makan, melewati nya seperti tidak melihatnya disana sama sekali,namun seketika langkah kaki Jovanka terhenti dan berbalik menatap Amira, " Kamu siapa?" Tanya nya singkat pada Amira yang langsung berdiri memandang ke arah Sam
" nona Jo, bukankah kau bilang jangan terus menyimpan istriku di kotak Pandora? Sekarang aku mengeluarkannya" ucap sam sarkas melirik istrinya.
" Hah, istri kak Samuel?" Ulangnya mendekat ke arah Amira yang mengulurkan tangannya ke arah jovanka , "selamat pagi nona, saya Amira?" Ucap Amira memeperkenalkan diri nya. "Kak Amira, Anaknya Bu Lastri kan " tanya nya mengingat ibunya Amira yang dulu juga di kenalnya.membuat Senyum di wajah Amira berubah ketika jovanka menyebutkan nama ibunya," Iya " sahut nya tak enak pada jovanka yang bahkan masih mengingat siapa ibunya.
"Aaaaa akhirnya kita bertemu yaaa!" ucap Jovanka langsung memeluk Amira dengan erat
" salam kenal kakak ipar kuuuu" ucapnya mengusap punggung Amira yang tertegun dengan sikap Jovanka, apa dia tidak marah padaku, dia sangat baik , sekarang ini dia memang baik padaku atau berpura pura baik Fikirnya sambil menerima pelukan itu dan membalas mengusap punggung jovanka,
" Sam selalu bercerita tentang mu" ucapnya dengan lembut,lalu Jovanka melepas pelukannya menatap Amira " hmmm cerita apa dia?" Sahutnya tersenyum melirik Samuel.
Pun Amira yang ikutan tersenyum, benar kata Dimas, dia cantik sekali, seperti bidadari, bahkan Hana kalah cantik dengan nya ucap Amira dalam hati.
"Kakak" tegur Jovanka membuyarkan lamunan Amira.
"Yaa" sahutnya terkejut, "Cerita apa?" tanya Jo menaik naikan alisnya yang melengkung rapi alami.
" Bercerita tentang adik kecilnya yang sangat nakal tapi baik" sambung Amira melirik Sam.
" Aaah aku terharuuu" ucap jovanka sambil pura-pura mengusap air mata,membuat Amira dan Sam yang melihat pemandangan itu tersenyum tipis.
"Saking terharunya apa kau tidak mengeringkan rambut mu" sahut suara berat di belakang mengagetkan jovanka yang langsung berbalik dan mendapati Morgan sudah ada di hadapannya. " Kembali kekamar dan keringkan rambut mu, kau seperti tikus tercebur di got" ucapnya sinis.
" Tapi sudah jam sarapan kak" sahut jovanka lemah ingin menawar. "Tak usah sarapan, melihat mu seperti tikus begitu, mood makan ku akan rusak ! Apa kau juga begini saat tinggal sendiri?" Hardiknya, "Sudah ku bilang tingkah mu berantakan tidak terarah saat hidup sendiri di luar sana !!" Tajam Morgan marah sekaligus mengambil kesempatan untuk menjadikan alasan jovanka hidup sendiri adalah pilihan yang buruk. " Tidak, aku hanya dirumah begini, itu juga karna aturan kakak yang terlalu ketat" sahut jovanka tanpa rasa bersalah membuat Morgan menatap ke arahnya dengan sinis, " jadi ini salah ku?" Tajamnya dengan wajah yang menakutkan
Menyadari wajah kesal kakaknya, Jovanka langsung tersenyum " aaaaah tidak, aku yang salah, aku akan mengeringkan Rambut ku dulu kak" ucap jovanka langsung berlari kembali ke kamarnya.
Di sebuah kamar bernuansa putih gold, Jovanka baru saja selesai mengeringkan rambutnya, hingga terdengar suara ketukan dari luar , Toktok, suara pintu kamarnya di ketuk,
"masuk" sahutnya singkat, hingga Vivian muncul dari balik pintu, Di ikuti pelayan yang mendorong troli makanan, dan itu cukup membuat Jovanka tersenyum melihatnya " ma, kok nganter makan ke sini, aku bisa makan di bawah" sahutnya menatap Vivian yang beringsut duduk di sofa kamar jovanka, di ikuti pelayan yang mengambilkan makanan dan menyajikan beberapa menu makanan di meja.
" Tidak apa-apa, mama juga belum makan, ayo makan sama-sama, " ucapnya lembut,.
" Kenapa belum makan" ucap jovanka mendekat ke arah Vivian
" Satu anak mama belum sarapan, mama tidak mau, mama enakenakan makan, tapi perut anak mama lapar" ucap nya sambil menyiapkan makanan jovanka yang tersenyum, air matanya lolos begitu saja mendengar ucapan Vivian.
" heeeh kok nangis, kenapa? Mama salah ngomong?" Tanya Vivian langsung khawatir melihat anaknya menangis.
Jovanka menggeleng sambil mengusap airmatanya yang terus mengalir menganak sungai di pipinya. " Maa, i am sorry, i am so sorry" ucapnya terisak.
" Untuk apa sayang?" Tanya Vivian lembut sambil ikut mengusap air mata anaknya itu,
" Untuk kesulitan yang mama terima karna aku dan ivanka" Isak jovanka menunduk sedih " semua orang pasti mengangkat tangannya menunjuk ke arah kita, membicarakan kita, kasus bunuh diri adalah aib, itu di lakukan oleh anggota keluarga kita, dan itu karna aku" isaknya semakin keras menangis, sesungguhnya,jovanka memang manja seperti anak kecil, namun keadaan kadang memaksanya untuk terus kuat dan dewasa. .
" Bukan salah mu, lagi pula tidak ada yang tahu kasus kematian Ivanka " ucap Vivian mengusap kepala jovanka. " Saat itu, kau hanya mempertahankan apa yang jadi milik mu, kami yang bersalah, kami memintamu selalu mengalah, kami memanjakan Ivanka dengan semua keinginannya yang harus di turutin tentang mu. Mengirim mu keluar negri, menjauhkan mu dari pandangannya, sesuatu yang kami fikir benar padahal salah, kami memanjakan egonya, sampai pada saat kami kehilangan kendali atas dirimu dan ivanka. "
Jovanka mengangkat kepalanya memandang Vivian dengan sedih " terimaksih, untuk selalu membelaku, mama" lirihnya masih sedikit terisak di sambut dengan pelukan Vivian yang mengusap lembut kepalanya.
" mama ingat,saat kau pertama lahir, mama yang menggendong mu, mama memelukmu erat dalam pelukan mama, mama yang mengajarimu berjalan dan berbicara, mama yang menangis saat kau jatuh dan terluka, mama meletakan mu dalam diri mama, belahan jiwa mama, tidak ada darah mama yang mengalir di tubuh mu, tapi yakinlah sayang, cinta mama untuk mu, sama persis seperti cinta mama ke Morgan dan maira." Ucap Vivian mengenang masa kecil jovanka, dua bulir air matanya mengalir mengingat sepanjang hidup anaknya itu.
" Maa, aku sangat menyayangi mama, terimaksih untuk selalu menjadi alasan ku untuk bertahan "sahut Jovanka ,air mata nya kembali mengalir, bahkan cinta orang lain, lebih besar dari pada cinta ibuku sendiri, yang darahnya mengalir dalam darah ku ucap Jo dalam hati..
"Mama tidak akan memaksamu untuk tinggal , tapi jika kau butuh tempat untuk pulang ,pulang ke mama, mama selalu ada disini, menunggu kamu" ucap Vivian mengusap air mata jovanka, dan mencubit pipinya lembut
gadis kecil ku ternyata sudah begitu dewasa Ucapnya dalam hati