NovelToon NovelToon
Sepupu Dingin Itu Suamiku.

Sepupu Dingin Itu Suamiku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: ovhiie

Tentang Almaira yang tiba-tiba menikah dengan sepupu jauh yang tidak ada hubungan darah.

*
*


Seperti biasa

Nulisnya cuma iseng
Update na suka-suka 🤭

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ovhiie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Dan, esok hari pun tiba.

"Almaira"

Almaira menarik selimut, menatap Yaga sedang mengenakan setelan jas terbarunya

"Bukankah tadi malam kamu bilang, kamu akan pergi pagi ini?"

Yaga tersenyum miring sambil melingkarkan dasi di lehernya. Wajahnya yang tadi basah dan berkilau terbayang dalam benaknya. Padahal, yang memperburuk keadaannya adalah laki-laki itu, tapi entah kenapa malah Almaira sendiri yang merasa badannya hancur sendirian.

"Ya, Aira akan pergi sebentar lagi."

"Istirahat dulu. Lagipula, kalau kamu bertemu teman-teman mu setelah sekian lama, pasti hanya akan berakhir dengan makan-makan dan minum bukan?"

"Aku tahu, tapi Kak Yaga tidak keberatan kan?"

"Hmm, kirim aku pesan, tentang apa saja yang kamu lakukan. Aku ingin tahu."

"Baik, Aira akan lakukan, suam_miku."

Mendengar panggilan itu, jemari Yaga membelai pipinya dengan usapan lembut. "Setelah selesai dengan urusanku, aku akan menyusul mu. Jadi, angkat teleponku."

"Eh?"

"Pulangnya jangan kemalaman ya?"

"Eh? Ta-tapi.."

Sebelum Almaira sempat bertanya, Kenapa Kak Yaga mau menyusul? Laki-laki itu sudah membungkuk dan mengecup keningnya dengan lembut.

* * *

Di pusat kota memang selalu menjadi jalanan yang dipenuhi berbagai macam orang kapan pun kita untuk datang ke sana.

Seorang siswa dengan ransel di punggungnya. Pegawai kantoran yang menggantung kartu tanda pengenal di lehernya. Pasangan yang sedang berkencan. Sekelompok teman yang keluar bersama. Almaira bisa menangkap semua pemandangan itu sendirian.

Begitu pula, dengan tempat makan bernama warung abnormal yang dikelola oleh kenalan Sam terlihat disana.

Tempat makan itu adalah, tempat pertemuan reuni sekolah tahun ini.

Meskipun belum memasuki waktu makan siang, beberapa meja di tempat makan itu sudah dipenuhi orang yang datang untuk sekedar nongkrong. Setelah menoleh sebentar ke arah orang-orang yang tertawa dan berbicara riang dari luar kaca, Almaira mendorong pintu dan masuk ke dalam.

"Almaira"

Begitu pintu terbuka, seseorang langsung mengangkat tangannya. Dalam sekejap, perhatian di tempat makan yang luas itu tertuju pada mereka.

Almaira melangkah menuju meja tempat teman-teman sekolah berkumpul. Entah sudah berapa gelas minuman yang mereka habiskan, wajah-wajah mereka terlihat penuh energi.

"Kau benar-benar Almaira kan? Atau jangan-jangan dia hantu?"

"Ayo cepat duduk!"

"Kau telat!" Dera, yang matanya sudah agak ngantuk mengomel. Lalu meletakkan gelas di meja dengan benturan keras.

"Dasar bajingan gila. Pelan sedikit dong!" Tegur Bella

Sambil menggantungkan ranselnya di sandaran kursi, Almaira mengarahkan dagunya ke arah Dera,

"Kenapa dia marah-marah duluan?"

Bella, yang duduk di sebelahnya, mengunyah kue kering sambil mendecak lidahnya.

"Kenapa lagi kalau bukan itu? Apa kau belum mendengarnya dari Sam? Dia masih saja terjebak dalam drama broken home."

"Ah, benar. Tiap kali orangtuanya ribut, dia selalu kabur dari rumah kan? Kenapa masih terus begitu?"

"Kali ini kelihatannya ada masalah serius."

Bella menyilangkan lengannya di lengan Almaira sambil menunjuk ke arah layar besar di tembok. Almaira mengikuti arah jarinya dan menoleh. Siaran pertandingan bola basket sedang berlangsung.

"Teman kita yang menonton pertandingan itu baru saja menelepon. Dia melihat ayahnya sedang bersama wanita lain."

"Serius?"

"Itu sebabnya bajingan satu ini sudah menggerutu dari tadi, terus menatap layar itu tanpa berkedip. Dia pikir perselingkuhan ayahnya akan tertangkap kamera di antara penonton. Konyol sekali. Memangnya kalau dia buka mata lebar-lebar, bisa melihatnya?"

"Hmm... Bisa saja itu adalah keluarganya atau sepupunya kan?" Almaira berpositif thinking

"Terimalah kenyataan, ini sudah tanda dari Tuhan kalau ayahnya benar-benar brengsek, dasar bodoh."

"hiiih.. Amit-amit deh." Bella merinding sambil menghabiskan minumannya dengan cepat.

Meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu, mereka tetap sama seperti dulu. Dalam hiruk-pikuk ini, sesaat Almaira merasa seperti kembali ke masa sekolah. Rasanya lucu karena semuanya masih seperti dulu.

"Almaira ayo kita sering-sering bertemu."

Tiba-tiba Bella menaruh segelas coca-cola di depan Almaira, ekspresinya serius. "Minumlah."

"Oke." Almaira menerima gelas yang diisi penuh dengan kedua tangan. Bella tertawa kecil lalu mengisi gelasnya sendiri dengan coca-cola. Di sekitar mereka, suara sindiran mulai terdengar.

"Aku pikir Almaira akhirnya akan menjadi janda setelah menjaga kehormatannya begitu lama."

"Zaman sekarang, orang jomblo pun masih bisa balas pesan kan, Almaira? Kenapa susah sekali membalas?"

Almaira pura-pura tidak mendengar dan menghabiskan minumannya dalam sekali teguk. Rasa soda yang kuat membuatnya mengerutkan dahi, dan saat itu juga, Bella menusukkan garpu di potongan apel hijau lalu menyodorkannya ke mulut Almaira.

Terkejut, Almaira tanpa sadar menerimanya, sementara Bella tersenyum puas.

"Bagaimana hubungannya dengan suamimu sekarang?"

"Hmm. Begitulah."

"Berarti ada kemajuan ya?"

"Yah, akhir-akhir ini kami saling memahami dan mengobrol banyak, itu menyenangkan." Jawaban itu tampaknya mengejutkan Bella sampai dia membelalakkan matanya.

"Serius? Padahal waktu lulus, kau kelihatan paling tidak punya niat untuk melanjutkan."

"Dulu aku tidak pernah berpikir kami akan terus berama. Bagaimana denganmu? Masih betah di kantor?"

"Tidak. Ada seseorang yang mau ku bunuh." Nada suaranya yang serius, malah membuat Almaira tertawa. Ketika Bella bergumam, "Aku serius," Almaira mengangguk seolah memahami dan mengisi ulang gelas temannya.

"Oh, benar. Kalian berdua, Almaira dan Bella, kalian berdua pernah kerja di toko bunga yang dikelola Anna kan?"

"Termasuk Sam juga."

"Berapa orang yang kerja disana?"

"Tiga orang." Bella langsung meneguk minumannya dan mengacungkan dua jari.

"Almaira, ayo kita singkirkan Amera dan pergi berdua saja ."

"Heh, apa maksudnya?' Amera, yang duduk di seberang mereka, protes dengan keras. "Aku masih bisa mendengar kalian dengan jelas tahu?"

"Oya? Tapi, aku tidak bisa mendengar suaramu tuh." Bella menutup telinganya sambil bersenandung.

Di antara perdebatan mereka, Almaira hanya bisa mengelus gelasnya dengan ekspresi bingung.

* * *

Pratama Group

Satu jam, sebelum pertandingan basket berlangsung.

Yaga yang duduk di tempatnya, terlihat mengetik huruf di layar hp dengan jari-jarinya

[Bagaimana suasananya? Kamu makan banyak? Jangan terlalu banyak makan dan minum. Ya?]

Pesan yang dikirimnya dari tengah hari belum mendapat balasan.

Dia bilang, dia akan mengirim ku pesan. Tapi masih belum ada pesan satupun yang dia kirimkan. Kenapa begini?

Ini tidak bisa kubiarkan.

Dia yang baru saja mau menelepon Almaira, langsung di batalkan.

Almaira memang perempuan yang pola hidupnya suka-suka. Yaga tahu betul, berharap padanya untuk memiliki rutinitas yang konsisten adalah hal yang mustahil.

Namun, rasa haus yang tak kunjung padam membuatnya terbangun dengan hasrat yang tak terbendung.

Jika saja Almaira tahu bahwa dirinya membenci, jika ada laki-laki lain yang menyentuhnya, mungkin dia sudah menyeretnya ke tempat tidur.

Saat itulah Gan, sekretarisnya, buru-buru membuka pintu dan masuk. Mendengar itu, Yaga meletakkan hpnya dan menoleh.

"Tuan muda." Wajah Gan terlihat cemas. Semakin dekat dia berjalan, semakin jelas rasa bingung di wajahnya. Seolah-olah datang bukan hanya untuk mengingatkan waktu keberangkatan.

"Ada apa?"

"Amera juga hadir, Anda tahu?"

"Tahu apa? Bicara yang jelas."

"Uhm... Nyonya mengatakan kalau ia lupa, memberitahukan kepada Anda bahwa Amera akan hadir di acara reuni sekolah." Jawab Gan dengan hati-hati

"Aah, lupa, ya?" Yaga mengusap wajahnya pelan,

"Nyonya juga mengatakan bahwa Nona Almaira tidak boleh di biarkan hadir sendirian dan meminta Anda untuk segera bersiap dan keluar."

"Jadi ini cara ibu membalas dendam?" Yaga menggelengkan kepala, sedikit mencibir. Melihat balas dendam yang kekanak-kanakan seperti ini, sepertinya dia mulai kelelahan.

"Sebaiknya, kita harus segera berangkat tuan muda, acara pembukaannya akan disiarkan sebentar lagi."

"Baiklah. Ayo kita berangkat."

"Baik, saya akan menyiapkan mobilnya."

Yaga berdiri dan bersiap untuk pergi. Namun, tiba-tiba pikirannya kembali pada Almaira yang tak dapat dihubungi itu.

Almaira yang hingga saat ini masih belum memberi kabar.

* * *

Kembali ke reuni sekolah, di warung abnormal

Saat itu, pintu dapur terbuka, dan Sam tiba-tiba muncul.

"Apa-apaan ini! Almaira! Kalau sudah datang, bilang dong!"

Sam yang mengenakan baju merah terang, melangkah dengan cepat dan meletakkan sepiring potongan ayam crispy di atas meja. Tubuh-tubuh yang sebelumnya lunglai segera bangkit, dan dalam sekejap, setengah isi dari piring itu menghilang.

"Hei! Pelan-pelan dong makannya! Satu-satu... Yang lain belum kebagian."

"Hei Bob, tolong buatkan satu porsi ramyun seafood juga, yang pedas dan porsi ekstra ya?"

"Gila, bertingkah lah sesuai umurmu sedikit. Bodoh."

"Sepertinya, Sam juga gak berhak ngomong begitu."

"Setidaknya aku lebih baik daripada dia, tahu?"

Tidak sampai sepuluh menit, perdebatan kekanak-kanakan kembali terjadi. Melihat itu, Almaira ikut tertawa lepas lalu menghabiskan sisa minumannya dalam sekali teguk.

Tiba-tiba

"Almaira." Saat itu, Amera menarik kursi dan duduk di sebelahnya. "Sebelum perjalanan ke sini tidak membuat mu bimbang kan?"

"…Huh? Yah, tidak juga. Kamu tidak menonton pertandingan? Bukannya itu tim favoritmu?" Almaira berusaha mengusir pikiran jeleknya dan mengalihkan pembicaraan. Dia menoleh ke arah teman-temannya yang sedang ramai menonton pertandingan basket.

Biasanya, Amera juga antusias menonton, tapi kali ini, tatapannya tampak hambar. "Tidak masalah. Ngomong-ngomong, sudah dipikirkan? Bagaimana kedepannya? Jadi bercerai?"

Almaira memainkan gelas di tangannya, belum menjawab. Sejujurnya, dia sudah memikirkan itu beberapa kali, tetapi bukannya bersemangat, yang ada dia semakin ragu. Dia bahkan tidak tahu kesulitan apa yang akan dihadapinya nanti, jadi dia merasa berat untuk melangkah. Namun, ada kalanya dia berpikir bahwa melarikan diri mungkin adalah pilihan terbaik.

Anehnya, saat dia memikirkan Yaga, perasaan cinta itu semakin terlempar pada pusaran terdalam. Jika dia tetap bersama, mungkin semua kesalahpahaman di masa lalu akan segera terluruskan, setidaknya itu yang dia pikirkan saat ini.

Sambil merenungi dirinya sendiri, Almaira menatap Amera. "Aku rasa aku…"

"Aku sudah tahu kamu akan begini." Amera langsung memotongnya, bahkan sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya. Wajahnya tampak kesal. "Dengar, jangan terlalu cepat memutuskan. Lagipula, kalau pun hubungan kalian dilanjutkan dan ternyata tidak cocok, kamu pasti bisa menyerahkan tempatmu pada orang lain bukan?"

"Tapi tetap saja…"

"Jangan terlalu cepat ambil keputusan, oke?"

Almaira termenung, masih kebingungan. Saat itu, nama yang ingin dia ucapkan tiba-tiba terdengar.

"Eh, serius? Yaga Aryasatya Pratama datang? Hei, Yaga si suami Almaira muncul!"

"Ya tuhan, itu beneran dia."

Tanpa sadar, kepala Almaira berputar ke arah layar. Itu bukan nama yang umum, jadi dia berpikir mungkin hanya kesamaan nama. Tapi begitu wajah Yaga benar-benar muncul di layar, dia membeku.

Laki-laki itu bersandar santai di pagar, berbicara dengan seseorang dari pihak penyelenggara.

Ekspresinya tenang dan santai. Ketika dia tersenyum kecil, layar kembali menampilkan pertandingan.

Saat itulah, mata Almaira tertuju pada logo yang tercetak di Jersey tim. Baru sekarang dia menyadari bahwa salah satu sponsor tim tersebut adalah Pratama Group, perusahaan milik keluarganya. Ketika hanya mendengar nama itu dari teman-temannya, dia tidak peduli, tapi melihat wajahnya di layar membuat semuanya terasa lebih nyata.

"Wah, ini gila, dia benar-benar tampan sekali."

"Dia juga kaya. Bisa mensponsori tim mana pun yang dia mau. Tahun ini, dia benar-benar memborong semua pemain bagus."

"Almaira, andai suami mu mensponsori tim kita juga, ya? Tolonglah, kami butuh seorang catcher yang punya bahu kuat."

Bukan pertama kalinya Almaira melihat Yaga di layar. Bahkan, dia lebih sering melihatnya seperti ini daripada bertemu langsung. Itu membuatnya menyadari betapa umumnya hubungan mereka. Namun hari ini, melihatnya begini saja, rasanya jauh lebih mendebarkan dari biasanya. Mungkin Almaira baru benar-benar menyadari bahwa hubungan mereka adalah sepasang suami istri sah yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun.

Pipinya langsung merona merah, Almaira menuangkan lebih banyak minuman ke gelasnya dan menelannya dalam sekali teguk.

"Almaira."

"Hm?" Almaira terkejut dan menatap Amera. Gadis itu tersenyum padanya.

"Kalau kamu terus minum tanpa makan, nanti perut mu bisa kembung. Mau aku pesankan mie goreng?"

"……"

"Tidak mau ya?"

"…Baiklah, pesankan sekarang."

"Mie goreng seafood?"

"Iya."

Amera bangkit dari kursinya. Sementara itu, Bella yang duduk di sebelahnya tiba-tiba merangkul Almaira sambil merengek, "Almaira aku kewalahaaaan!" Almaira hanya bisa tertawa kecil dan membalas pelukannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!