Di dunia modern, Chen Lian Hua adalah seorang medikus lapangan militer yang terkenal cepat, tegas, dan jarang sekali gagal menyelamatkan nyawa. Saat menjalankan misi kemanusiaan di daerah konflik bersenjata, ia terjebak di tengah baku tembak ketika berusaha menyelamatkan anak-anak dari reruntuhan. Meski tertembak dan kehilangan banyak darah, dia tetap melindungi pasiennya sampai detik terakhir. Saat nyawanya meredup, ia hanya berharap satu hal
"Seandainya aku punya waktu lebih banyak… aku akan menyelamatkan lebih banyak orang."
Ketika membuka mata, ia sudah berada di tubuh seorang putri bangsawan di kekaisaran kuno, seorang perempuan yang baru saja menjadi pusat skandal besar. Tunangannya berselingkuh dengan tunangan orang lain, dan demi menjaga kehormatan keluarga bangsawan serta meredam gosip yang memalukan kekaisaran, ia dipaksa menikah dengan Raja yang diasingkan, putra kaisar yang selama ini dipandang rendah oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 : Keajaian dari dunia
Ya Ting berdiri gelisah di depan pintu, langkahnya mondar-mandir tanpa henti. Pandangannya tak lepas dari gagang pintu, berharap setiap detik ada yang membukanya, memberi kabar tentang Wei Jie di dalam.
Tak sanggup menahan rasa cemas yang makin mencekik, ia akhirnya melangkah mendekat. Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh pintu, daun pintu itu bergerak terbuka dari dalam. Seorang wanita berdiri di ambang, bersandar lemah pada dinding, Lian Hua.
"Sudah selesai?" tanya Ya Ting, suaranya tercekat.
Lian Hua mengangguk pelan, memberi ruang untuknya masuk. Tanpa menunggu, Ya Ting segera melangkah ke dalam dan mendapati Wei Jie tertidur di atas ranjang, separuh wajahnya tersembunyi di balik perban yang menutup salah satu matanya.
"Biarkan dia beristirahat," ucap Lian Hua lembut dari belakangnya. "Setelah bangun, tanyakan bagaimana rasanya. Jika masih terasa sakit, beri tahu aku, aku akan merawatnya sendiri."
Ya Ting menoleh, tetapi tak berkata apa-apa. Ia hanya memandang langkah Lian Hua yang perlahan menjauh dari kamar. Gerakan wanita itu tampak tertatih, membuat dada Ya Ting menghangat oleh rasa khawatir. Ia segera bangkit dan berlari ke pintu, menatap punggung Lian Hua dari kejauhan.
"Lian Hua!" panggilnya.
Wanita itu berhenti, menoleh.
Ya Ting menunduk dalam-dalam. "Terima kasih… Permaisuri."
Sejenak Lian Hua terdiam, tatapannya samar. Namun, ia hanya mengangguk kecil. Namun sebelum berbalik, ia menatap Ya Ting dengan sorot serius. "Jangan ceritakan pada siapa pun tentang pengobatan ini… ataupun keterlibatanku. Anggap saja ini tak pernah terjadi."
Ya Ting menahan napas, lalu menjawab tegas, "Saya mengerti."
Lian Hua kembali melangkah, meninggalkan kamar Wei Jie dan menuju paviliunnya, sementara Ya Ting tetap berdiri di ambang pintu, memandang punggungnya hingga menghilang di tikungan.
Bo Qiang yang baru menyelesaikan tugasnya berjalan menyusuri lorong paviliun. Langkahnya terhenti ketika melihat Ya Ting duduk termenung sendirian. Wajah gadis itu tampak lelah, matanya kosong menatap entah ke mana. Dari bisik-bisik para pelayan, ia tahu pagi tadi Ya Ting sempat panik memanggil tabib.
Ia mendekat, posturnya tegak dan sorot matanya serius.
“Bibi… Ada masalah?” tanyanya datar namun penuh penekanan.
Tersentak dari lamunannya, Ya Ting buru-buru menggeleng. “Tidak… tidak ada masalah apa pun.”
Namun Bo Qiang tetap menatapnya tajam. Alisnya berkerut. “Aku dengar tadi pagi kau mencari tabib untuk Wei Jie. Apakah tabibnya sudah datang? Bagaimana keadaannya sekarang?”
Sekilas senyum mengembang di wajah Ya Ting, senyum yang mengandung kelegaan sekaligus rahasia yang tak bisa ia bagi. “Lukanya… sudah sembuh. Sekarang dia hanya perlu beristirahat.” Suaranya pelan, seakan tak ingin ucapan itu terdengar oleh siapa pun selain mereka.
Bo Qiang terbelalak, nyaris tak percaya. “Sembuh? Bagaimana mungkin? Keajaiban dari mana yang bisa menyelamatkannya?”
Ya Ting menunduk, jemarinya saling menggenggam di pangkuannya. “Kadang… dunia mengubah seseorang dengan cara yang tak kita mengerti,” ujarnya lirih.
Bo Qiang yang mendengar hal itu hanya bisa terdiam. Raut wajahnya menunjukkan keheranan sekaligus secercah kecurigaan, namun tak ada sesuatu yang cukup kuat untuk membuatnya ingin menyelidikinya lebih jauh. Ia hanya melirik ke arah lorong yang sempat menjadi pusat perhatian Ya Ting, seakan mencari sosok yang tak terlihat di sana.
Dengan helaan napas berat, Bo Qiang kembali menatapnya.
“Persiapkan Lian Hua untuk esok hari,” ucapnya tegas. “Besok akan ada acara penting di istana. Semua raja diharuskan membawa istrinya.”
Ya Ting mengangguk patuh.
Bo Qiang lalu melanjutkan, suaranya kini lebih dalam dan penuh tekanan,
“Dan… Raja Zhao memintaku menyampaikan sesuatu. Sebelum berangkat, kau harus memberi Lian Hua Serbuk Seribu Racun.”
semakin penasaran.....kenapa Lin Hua....
ga kebayang tuh gimana raut muka nya
orang orang istana.....
di atas kepala mereka pasti banyak tanda tanya berterbangan kesana kemari....
wkwkwkwk....😂