NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:285
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya Goresan

Jani duduk berhadapan dengan Calvin. Hanya Calvin yang menatap, Jani sibuk menunduk memainkan ujung bajunya karena tegang.

Pasrah sekali Jani jika memang harus mendapat hukuman atas keteledorannya pergi tanpa ijin.

"Lihat aku Jan." Jani perlahan mengangkat kepalanya menatap Calvin. Tapi matanya masih terlihat ketakutan enggan menatap langsung mata Calvin.

"Bisa bicara sekarang? Atau masih butuh waktu untuk menenangkan diri?" Tanya Calvin yang masih melihat Jani belum bisa fokus.

"Bisa sekarang Kak." Jawab Jani singkat.

"Kenapa pergi tanpa pamit? Apa Jani berniat kabur dan meninggalkan ku?" Jani menggeleng. "Lalu kenapa? Coba jelaskan." Pinta Calvin dengan nada rendah agar Jani bisa bicara dengan nyaman.

"Jani mencari alamat Pak Supir lama. Jani ingin minta maaf." Calvin tersenyum. Jani merasa sedang di tertawakan.

"Maaf Jan, aku tertawa karena kau lucu.” Calvin menutup mulutnya dan mencoba fokus dengan masalah yang sedang mereka ingin selesaikan. “Cari kemana Jan?" Santai sekali tidak ada rasa bersalah.

"Kemana saja, Jani tidak bisa tidur memikirkan nasib Pak Supir dan keluarganya." Lirih Jani menjelaskan.

"Kau ada-ada saja Jan. Dengar, aku tidak asal memecat orang Jani. Dia hanya di pindah tugaskan ke desa, mengurus perkebunan yang aku miliki di sana."

"Bener Kak? Jadi mereka semua aman Kak?" Calvin mengangguk.

"Akkkhhhh.....syukurlah, Jani sampai tidak bisa tidur. Kepala Jani sakit takut mereka kesusahan." Racaunya sambil menangis, sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.

"Jani....hey.....calm down." Jani memelankan suara tangisnya. Lega sekali sampai Jani merasa sangat bahagia.

Jani tahu sekali rasanya tidak punya uang dan pekerjaan, Jani saja sering menahan lapar karena benar-benar tidak punya uang untuk membeli makanan. Jani memikirkan nasib Pak Supir yang di pecat karena ulah dirinya yang ceroboh.

Awalnya Calvin memang ingin memecat bawahannya yang tidak bisa lagi dipercaya. Tapi Calvin merasa Iba melihat kondisi keluarga Pak supir jika hanya di bekali uang pensiun meski nilainya besar.

Dia tidak punya keterampilan lain, hanya lulusan sekolah dasar dan hanya punya keterampilan menjadi supir atau pekerja kasar.

Calvin pada waktu yang sama di hubungi untuk merekrut seorang pengawas perkebunan yang bisa sekaligus membawa hasil panen ke Gudang dengan mobil yang mereka punya. Calvin tanpa pikir panjang memindahkan Pak Supir ke sana.

Calvin memikirkan masa depan anak-anak Pak Supir yang masih kecil-kecil. Dia tulang punggung yang tidak boleh kehilangan pekerjaan karena keegoisannya.

“Maaf membuat mu khawatir.” Jani masih sesenggukan. Haru bercampur bahagia merasa lega semua ketakutannya ternyata salah. “Jadi karena ini kau uring uringan sejak pagi?” Jani mengangguk.

“Mulai sekarang tidak perlu memikirkan apapun yang bisa membuat mu sedih. Aku marah jika kau ikut campur urusanku.”

“Tapi Jani mohon jangan sakiti orang lain karena kesalahan Jani Kak.” Bicara sambil terisak.

“Maka dari itu kau tidak boleh melakukan kesalahan, menurut saja dengan semua aturan yang aku buat jika kau ingin semuanya aman dan baik-baik saja.”

Jani mengangguk, dirinya memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menjadi Istri Calvin yang penurut.

"Sekarang istirahat, minum vitamin yang sudah Bibi siapkan sebelum tidur. Kau tidak meminumnya kemarin malam."

"Iya Kak." Jani segera melangkah pergi meninggalkan Calvin.

Jantung Calvin dan Jani sama-sama sedang berdegub cukup kencang, Calvin tanpa sadar memeluk Jani saat menenangkannya. Jani sendiri tidak menolak merasa nyaman dengan perlakukan lembut Calvin.

Calvin tersentak, bisa-bisanya dirinya lupa alasan sebenarnya dirinya pulang buru-buru. Dia malah menjelma seperti malaikat yang begitu menyayangi Jani.

Dengan cepat Calvin melangkah menuju kamar, amarah yang siang tadi membara kembali memenuhi kepala Calvin.

"Jani....Jan...." Teriak Calvin keras sekali sampai Jani tidak sengaja menggores ujung telunjuknya dengan silet cukur yang sedang dirinya pegang.

"Awww.....Ahhhhh.... Sakit Jir...." Jani mengaduh sendiri.

Darahnya menetes di wastafel.

Tok....tok...tok....

Pintu kamar mandi terbuka lebar.

"Iya Kak." Jani membungkus telunjuknya dengan tissue. Tentu saja mata Calvin langsung melihatnya.

"Kau terluka?" Calvin menarik pergelangan tangan Jani dan memeriksanya. "Kenapa bisa terluka Jan?"

"Tidak sengaja tergores Kak." Calvin membawa Jani keluar dari kamar mandi.

Dengan cepat menarik kotak p3k untuk mencari obat yang Jani butuhkan.

Dia lupa dengan amarahnya lagi, isi kepala Calvin hanya rasa khawatir melihat Jani terluka.

"Kenapa kau terus saja ceroboh? Apa kau senang melihat aku terus terusan ketakutan?" Jani diam saja, meski terdengar marah. Jani tahu Calvin sedang mengkhawatirkan dirinya.

"Maaf." Hanya itu yang bisa Jani ucapkan.

"Aku akan minta Bianca datang. Tidak bisa hanya dengan membalut lukanya begini, aku harus pastikan pada ahlinya." Jani diam saja, dia sedang bingung dan mencerna ucapan Calvin.

Tut.....Tut....Tut......

"Iya Vin." Jawab Bianca pada panggilan telponnya.

"Jari Jani tergores, cukup dalam Bi. Coba lihat, kau harus datang ke sini Bi. Pastikan lukanya tidak akan berbahaya dan Jani mendapat pengobatan yang tepat."

Ohhh...Bianca itu dokter....

Hah....tidak salah ini Kak Calvin, ini aku cuma tergores btw. Ngapain nelpon dan video calla dokter sih. Bikin malu aja jir.....

Jani hanya berani bicara dalam hati. Tidak berani berkomentar.

"Itu sudah benar loh Vin, obat apa yang kau oleskan di lukanya?" Calvin mengangkat botol berwarna kuning. "Balut lukanya dengan kasa tipis saja Vin, lukanya tidak bahaya kok." Bianca sedang lelah sekali, dia baru saja sampai di rumahnya.

"Darahnya sampai menetes di wastafel tadi Bi, banyak Bi."

"Tapi itu sudah berhenti Vin, sudah aman."

"Kamu perlu dateng deh Bi. Aku takut nanti infeksi."

Hmmmm.....hmmmmm....hmmmmm

Terdengar Bianca berdehem. Dia pasti kesal karena Calvin memintanya datang hanya karena Jani tergores.

“Vin, Jani bisa malu kalau aku datang ke sana hanya untuk mengobati luka goresannya. Kau apa tidak malu terlihat bodoh begini di depan Istrimu?” Calvin menatap Jani yang sedang duduk manis di atas kasur. Ada benarnya yang Bianca ucapkan.

“Jan, apa kau sudah merasa baik sekarang?” Jani mengangguk. “Kalau begitu tidak perlu datang Bi, aku bisa mengurusnya.” Bianca menghela nafasnya lega.

Calvin menutup panggilan telponnya dan kembali berjongkok di depan Jani. Memperhatikan balutan luka yang dirinya berikan pada jari Jani yang telihat memerah.

“Hati-hati Jan, lain kali jangan sampai terluka seperti ini.”

“Tadi Jani mau pindahkan pisau cukur punya Kak Calvin yang jatuh Kak. Tidak sengaja tergores.”

Padahal Jani tergores karena kaget mendengar teriakan Calvin yang cukup keras.

“Ya sudah, istirahat ya Jan. Aku temani sampai kau tidur, aku harus kembali ke lapangan membereskan pekerjaan ku.” Jani mengangguk.

“Kak Calvin kenapa tiba-tiba pulang? Karena Jani tadi pergi tanpa ijin yah?” Jani lagi-lagi merasa bersalah.

“Bukan, ada urusan yang harus aku bereskan. Lupakan Jan, jangan bahas hari ini yang melelahkan. Lupakan.” Pinta Calvin yang tidak mau mengungkit lagi kemarahannya.

"Calvin, kau harus segera datang. Kau harus menandatangi beberapa dokumen yang tidak bisa di wakilkan."

"Iya."

Singkat sekali, tapi membuat Langit tersenyum.

"Di balas Pak?" Tanya Ara penasaran. Langit mengangkat ponselnya memperlihatkan nya pada Ara.

"Syukurlah, aku tidak bisa memimpin meeting dengan orang asing, bahasa Mandarin ku masih berantakan."

"Apalagi saya Ra, cuma bisa nihaoma."

Hahahahhaha......

Keduanya tertawa.

"Ngomong-ngomong Nona Ara kenapa ya Pak? Kok Pak Calvin tiba-tiba saja langsung pulang?"

"Aku tanya Kakak nya malah di balas foto. Dia senang Calvin berkunjung ke rumahnya."

"Ke rumah Nona Pak? Pak Calvin?" Langit mengangguk.

"Kenapa sih? Memangnya ada yang salah kalau Calvin datang ke rumah Kakak nya Jani? Kan Kakak ipar nya."

"Gak sih Pak, heehehehe....."

Tumben sekali Bos mau datang ke rumah orang lain. Sudah kecintaan ini fix.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!