Di Kekaisaran Siu, Pangeran Siu Wang Ji berpura-pura bodoh demi membongkar kejahatan selir ayahnya.
Di Kekaisaran Bai, Putri Bai Xue Yi yang lemah berubah jadi sosok barbar setelah arwah agen modern masuk ke tubuhnya.
Takdir mempertemukan keduanya—pangeran licik yang pura-pura polos dan putri “baru” yang cerdas serta berani.
Dari pertemuan kocak lahirlah persahabatan, cinta, dan keberanian untuk melawan intrik istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Malam tiba setelah perjalanan panjang. Mereka berhenti di tepi hutan pinus yang sepi. Para pengawal mendirikan tenda dan membuat api unggun. Xue Yi keluar dari kereta, mengenakan jubah tebal berwarna ungu tua. Wang Ji duduk di dekat api, sementara Luo dan Jian memeriksa peta rute menuju perbatasan Siu.
“Masih dua hari perjalanan lagi, Yang Mulia,” ujar Luo. “Tapi kabar terakhir, jalan di lembah selatan sedikit longsor. Kita harus memutar.”
“Baik. Pastikan kuda istirahat cukup,” jawab Wang Ji. Ia menatap ke arah Xue Yi yang sedang berjalan pelan di bawah sinar bulan. “Aku akan menemani Putri sebentar.”
Wang Ji menghampiri Xue Yi, lalu berdiri di sisinya. Langit malam dipenuhi bintang, dan dari jauh terdengar suara burung hantu.
“Dingin?” tanyanya.
“Tidak,” jawab Xue Yi. “Tapi suasananya… aneh. Aku merasa seperti seseorang memperhatikan kita.”
Wang Ji menoleh ke arah hutan. “Itu hanya bayangan dan suara alam. Jangan takut.”
"Aku tidak takut, hanya risih saja" jawab Xue Yi
Namun, dari kejauhan, sepasang mata benar-benar mengintip dari balik pepohonan pengintai dari negeri tetangga yang tidak senang dengan persekutuan Bai dan Siu. Tapi sebelum mereka sempat mendekat, sala satu penjaga bayangan dari Xue Yi sudah bergerak cepat, menangkap dua orang asing itu dan menyeretnya ke hadapan Wang Ji.
“Kami menemukannya sedang bersembunyi di sisi barat, Yang Mulia,” lapornya dingin.
Wang Ji menatap mereka tajam. “Siapa kalian?”
“Kami hanya pemburu biasa, Tuan!” salah satu dari mereka berbohong.
Pengawal bayangan itu menghunus pedangnya sedikit. “Pemburu tidak membawa racun istana di pinggangnya.”
Xue Yi menatap dengan dingin “Jangan bunuh mereka. Bawa ke depan, biarkan penjaga perbatasan memeriksa.”
Wang Ji mengangguk. “Turuti perintah Permaisuri Muda.”
Setelah para penyusup dibawa pergi, suasana kembali tenang. Xue Yi menatap Wang Ji, matanya serius. “Kau lihat? Dunia istana tak pernah tenang. Bahkan sebelum aku sampai, bahaya sudah menunggu.”
Wang Ji menatapnya lembut. “Karena itu aku di sini. Agar kau tak perlu menghadapi bahaya sendirian.”
Hening sejenak. Angin berhembus pelan, membuat rambut Xue Yi berkibar lembut. Ia menunduk, lalu berkata lirih, “Kalau begitu, jangan biarkan aku kuat sendirian. Biarkan aku bersandar padamu.”
Wang Ji tersenyum hangat, lalu menepuk bahu istrinya. “Selalu, Yi’er. Selalu.”
Dua hari kemudian, mereka tiba di gerbang utara Kekaisaran Siu.
...----------------...
Gerbang megah itu berdiri tinggi, dihiasi naga emas dan ukiran awan. Pasukan penyambut berbaris rapi. Genderang kerajaan berbunyi, sementara rakyat menunduk dalam-dalam menyambut kembalinya Putra mahkota Wang Ji dan putri mahkota Bai Xue Yi.
Ketika Xue Yi turun dari kereta, matanya menatap pemandangan di depannya. Di kejauhan, istana utama berdiri megah dengan atap merah dan pilar giok putih. Cahaya matahari pagi memantul di atasnya, membuat semuanya tampak seperti surga di bumi.
“Selamat datang di rumahmu, Putri,” kata Wang Ji lembut sambil menawari tangan.
Xue Yi menggenggamnya, lalu menatap sekeliling dengan senyum tenang. “Rumah…” bisiknya. “Kata yang sederhana, tapi terasa berat hari ini.”
“Berat karena berarti,” sahut Wang Ji. “Dan mulai hari ini, kau adalah cahaya istana Siu.”
Ia menggandeng Xue Yi menaiki tangga menuju aula utama. Ratusan pelayan membungkuk dalam-dalam di sisi jalan, sementara suara kasim istana mengumumkan:
“Putri mahkota Bai Xue Yi dari Kerajaan Bai telah tiba!”
Suara itu bergema hingga ke dalam istana. Di balik pilar-pilar tinggi, beberapa wajah wanita berbalik menatap, para bangsawan istana yang sudah menunggu.
Disana Kaisar Siu Ming dan Permaisuri Xu Jia menunggu putra dan menantu mereka
Mereka tersenyum menyambut kedatangan xue Yi dan Wang ji “Selamat datang di istana Siu, Putri dari Bai. Semoga kau tidak merasa asing… sekarang ini adalah rumah mu, dan panggilan kami ayah dan ibu mulai saat ini. Kami menerima mu sebagai menantu dan putri kami" ujar kaisar dan permaisuri dengan tulus
Xue Yi menatap dan memberi hormat dengan penuh haru, “terima kasih ayah... Ibunda,” katanya lembut.
Perta penyambutan akan di lakukan malam hari dan saat ini Xue Yi dan Wang ji di minta untuk istirahat.
Bersambung...
makanya, sebelum bertindak itu mikir² dulu dong