NovelToon NovelToon
Terperangkap Di Pelukan Ketua Suku Harimau

Terperangkap Di Pelukan Ketua Suku Harimau

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Sistem / Penyeberangan Dunia Lain / Peradaban Antar Bintang / Fantasi Wanita / Transmigrasi
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Azida21

"Sejak kamu datang... aku tidak bisa tidur tanpa mencium bau tubuhmu."

Yuna, dokter 26 tahun yang belum pernah merasakan cinta, mendadak terlempar ke dunia asing bernama Beastia—tempat makhluk setengah binatang hidup.

Di sana, ia dianggap sebagai jiwa suci karena tak bisa berubah wujud, dan dijodohkan dengan Ravahn, kepala suku harimau yang dingin dan kejam.

Misinya sederhana: temukan cinta sejati, atau terjebak selamanya.
Tapi siapa sangka... pria buas itu justru kecanduan aroma tubuhnya.

Temukan semua jawabannya hanya disini 👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : Antara Obat dan Ambisi.

“Kamu sudah minum obat?” tanya Yuna pelan.

Nolan menggeleng pelan tanpa berkata apa pun.

“Kenapa obatnya belum diminum? Nanti tambah sakit, loh,” omel Yuna, nada suaranya seperti seorang dokter yang sedang menegur pasien bandel.

“Obatnya bukan diminum, tapi dioleskan,” jelas Nolan tenang.

“Kalau cuma dioles, kapan sembuhnya,” gumam Yuna tak puas, bibirnya mengerucut kesal.

“Butuh beberapa hari untuk kembali pulih,” sahut Nolan, tetap tenang meski Yuna tampak kesal.

“Ah, kelamaan. Kamu diam di sini dulu, ya. Aku ambil obat untukmu,” ujar Yuna, lalu bersiap bangkit dari duduknya.

“Kamu mau cari obat ke mana?” tanya Nolan, nada suaranya mengandung kekhawatiran, seolah takut Yuna akan kabur lagi.

Yuna terdiam sesaat. Ia bingung menjelaskan. Tujuannya sebenarnya adalah apotek di balik pintu ajaib miliknya. Tapi tentu saja ia tak bisa mengatakannya begitu saja.

“Hmm... aku cuma sebentar, kok. Nggak akan lama. Kamu tunggu di sini, ya.”

Lalu ia menambahkan, “Dan tolong, jangan ada yang masuk ke kamarku sebelum aku keluar.”

Kening Nolan berkerut. “Kenapa?”

“Pokoknya jangan. Aku belum bisa kasih tahu alasannya sekarang,” jawab Yuna akhirnya.

“Baiklah. Yang penting kamu tidak kabur lagi,” ucap Nolan pasrah.

“Tenang saja. Aku nggak akan kabur, selama suasana hatiku masih baik,” ujar Yuna sambil tersenyum tipis.

Nolan hanya mengangguk pelan. Sementara itu, Yuna melangkah masuk ke kamarnya. Pintu kayu di rumah Nolan memang tidak memiliki kunci, itu sebabnya ia melarang siapa pun masuk.

“Sudah aman,” gumam Yuna pelan, memastikan tak ada yang mengintip.

“NOVA, keluarlah,” panggil Yuna dengan percaya diri.

Tak butuh waktu lama, sebuah pintu muncul di hadapannya. Yuna tersenyum cerah, lalu melangkah masuk ke balik pintu ajaib itu.

“Biar ku periksa dulu. Mana yang cocok untuk luka Nolan,” gumamnya sambil menelusuri rak-rak yang penuh dengan obat-obatan.

“Aku butuh alkohol, perban, antiseptik, dan obat pereda nyeri... sekalian obat demam juga. Takutnya dia panas nanti malam,” ucap Yuna sambil mengambil satu per satu perlengkapan yang dibutuhkan.

Setelah semuanya siap, Yuna segera keluar dari sana. Kamar tetap sepi, tak ada tanda-tanda siapa pun masuk. Itu berarti pintu rahasianya aman.

Yuna lalu kembali ke kamar tempat Nolan berbaring.

“Apa yang kamu bawa itu?” tanya Nolan heran. Ia belum pernah melihat benda-benda aneh yang dibawa Yuna.

“Ini semua untuk mengobati lukamu,” jawab Yuna sambil duduk dan mulai membuka ikatan kain di tangan Nolan.

“Kenapa kamu melepasnya?”

“Aku akan menggantinya dengan perban steril. Biar lukamu nggak infeksi,” jawab Yuna tenang, seperti dokter profesional yang sudah biasa menangani pasien.

Nolan menatap heran pada gulungan perban putih di tangan Yuna. “Aku belum pernah lihat kain seperti itu sebelumnya.”

Yuna tersenyum lembut. “Ini kain khusus untuk membalut luka.”

Dengan telaten, Yuna mulai membuka ikatan kain lama di tangan Nolan. Luka bekas cakaran panjang terlihat jelas, namun Yuna tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Ia sudah terbiasa melihat luka seperti itu dalam dunia medis.

“Tahan, ya. Ini mungkin akan sedikit perih,” ucap Yuna sambil menuangkan alkohol ke kapas.

“Itu apa lagi?” tanya Nolan curiga.

“Ini alkohol. Digunakan untuk membersihkan luka supaya tidak terkena bakteri,” jelas Yuna sambil mulai membersihkan luka pelan-pelan.

“Ahh!” ringis Nolan pelan, refleks menahan rasa perih yang menjalar.

Yuna langsung menatap Nolan dengan wajah khawatir. “Sakit, ya?” tanyanya lembut.

Nolan terdiam, terpaku oleh ekspresi Yuna yang begitu peduli. Tanpa sadar, ia mengangguk pelan.

“Aku akan lebih pelan,” ucap Yuna, lalu kembali fokus membersihkan luka dengan lebih hati-hati.

Setelah selesai, ia mulai membalut luka itu dengan perban bersih.

“Sudah selesai. Lukamu akan baik-baik saja dan cepat sembuh,” ujar Yuna yakin.

“Kamu seperti dukun saja,” gumam Nolan sambil menatap perban putih yang melilit lengannya.

“Dukun?” ulang Yuna pelan, membayangkan wajah dukun-dukun seram seperti yang biasa ia lihat di film horor. Spontan, ia bergidik.

“Aku bukan dukun, ya. Aku dokter,” tegas Yuna tak terima disebut dukun.

“Dokter itu apa?” tanya Nolan bingung.

“Dokter itu... seperti tabib,” jawab Yuna akhirnya.

“Di desa kecil seperti ini, jarang ada tabib. Biasanya hanya ada di kota besar,” jelas Nolan sambil duduk lebih tegak.

“Kalian punya kota besar juga?” tanya Yuna penasaran.

“Ada. Tepatnya di suku burung,” jawab Nolan.

Yuna mengangguk pelan, menyimpan informasi itu dalam benaknya.

“Dari mana kamu dapat semua barang ini?” tanya Nolan lagi, kini lebih serius.

“Aku nggak bisa kasih tahu. Tapi kamu bisa percaya padaku. Aku akan merawat mu dengan baik sampai sembuh,” ucap Yuna sungguh-sungguh, berharap Nolan bisa mengerti.

Nolan menatap Yuna dalam diam, lalu mengangguk pelan. “Baiklah. Aku percaya padamu.”

****

Ravahn tengah ditemui oleh salah satu penasihat suku yang cukup dihormati. Ia adalah Gundra, pria paruh baya yang dikenal lihai dalam berpolitik dan pandai membaca situasi. Kali ini, Gundra datang seorang diri. Rencananya, ia ingin membicarakan sesuatu yang dianggapnya penting.

"Putriku sebentar lagi akan kembali dari pendidikannya di kota," ucap Gundra membuka percakapan dengan nada basa-basi.

Ravahn hanya mengambil cangkir minumnya pelan tanpa menoleh. "Aku sudah tahu."

Gundra tersenyum ramah, mencoba menjaga suasana tetap tenang. "Setelah ia kembali, apakah ritual pasangan bisa dilaksanakan?" tanyanya, perlahan tapi penuh makna.

Ravahn menoleh pelan ke arahnya. "Sejak awal, aku tak pernah menjanjikan pernikahan untuk putrimu, Gundra."

Raut wajah Gundra berubah. Ia tampak cemas, namun tetap berusaha bersikap sopan. "Tapi putriku rela belajar jauh ke kota demi mempersiapkan diri sebagai pendamping yang layak untuk seorang ketua."

"Aku tidak pernah memintanya untuk menjadi pendampingku. Kau sendiri yang mengirimnya ke sana, kau juga yang memberinya harapan," ucap Ravahn dingin.

Gundra tampak gugup. Suaranya sedikit bergetar ketika kembali berbicara. "Mohon pertimbangkan lagi, Ketua. Putriku bisa membantumu menjalankan tugas demi kesejahteraan warga. Ia telah banyak belajar."mohon gundra berharap Ravahn akan luluh pada bujukan nya.

Ravahn menghela napas panjang, kemudian menatap Gundra tajam. "Dari dulu kau memang tak pernah berubah."

Gundra segera menunduk. Ia tahu batasannya. Tidak seharusnya seorang penasihat memaksa ketua suku dalam hal apa pun, apalagi urusan pribadi.

"Jawabanku tetap sama. Aku tidak akan menikahi putrimu. Sudah berkali-kali kukatakan padamu untuk tidak memberinya harapan," ujar Ravahn, kali ini dengan tekanan di setiap kalimatnya.

Sudah tidak terhitung berapa kali ia memperingatkan Gundra. Namun penasihat itu selalu punya cara untuk datang lagi, membujuk lagi. Dan sebagai ketua, Ravahn terlalu malas menanggapi hal-hal yang baginya tidak penting.

Ia menegakkan duduknya, lalu berkata dengan nada nyaris berbisik, "Pulanglah, Gundra. Jangan buat aku marah."

Nyali Gundra langsung menciut. Ia menunduk dalam, lalu cepat-cepat berpamitan dan melangkah keluar dari ruangan.

Tapi di dalam hatinya, Gundra belum menyerah. Ravahn memang sulit dikendalikan, apalagi ditaklukkan. Namun Gundra telah lama muak hidup dalam bayang-bayang perintah orang lain.

Langkahnya menjauh, tapi pikirannya justru semakin sibuk mencari celah...

*

Author sengaja update pagi ini, semoga kalian para pembaca merasa senang ya 🤭

Bumbu-bumbu konfliknya sudah mulai muncul nih. Di bab kali ini, author cuma kasih sedikit gambaran tentang siapa sih sosok antagonisnya, biar kalian nggak terlalu penasaran, hehehe.😁

Jangan lupa untuk kasih like, komentar, dan ulasan ya. Terima kasih banyak untuk dukungannya!🥰

Love you sekebon, para readers! Sampai jumpa di bab selanjutnya! ❤️😘

1
❤️‍🔥
kakak gak lupakan kalau kakak yang bikin karekternya🙃
Azida21: kadang suka lupa kalau aku yang ciptain karakter nya 😁😁
total 1 replies
Ceisyaa
Cerita nya bagus🔥, btw semangat nulisnya thor 😆
Azida21: Terima kasih kak🙏🥰
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Azida21: Terimakasih kak🥰🙏
total 1 replies
❤️‍🔥
part 26 kok gk bisa di buka?
Azida21: Bisa kok kak
total 1 replies
Musdalifa Ifa
semoga nanti pasangan Yuna dan ravahn akur, tapi begini juga kesanya lucu
Azida21: Semoga aja ya🥰
total 1 replies
❤️‍🔥
jadi gk sabar liat mereka mode bucin🤭
Azida21: sabar ya kak?,author sengaja alur nya nggak di cepetin biar cerita nya lebih berkembang dan nggak terkesan terlalu buru buru🥰
total 1 replies
Muhammad Sulchan
hadirr
Azida21: waduh makasih nih🥰
total 1 replies
❤️‍🔥
maklumlah,baru pertama kali punya pasangan 🤭
Azida21: iya nih,nggak peka banget🤭
total 1 replies
Musdalifa Ifa
suka banget
Azida21: Terimakasih ya kak🥰🙏
total 3 replies
❤️‍🔥
gemes bgt🤭
Azida21: Terimakasih udah coment 🥰
total 1 replies
Musdalifa Ifa
oke sih
Musdalifa Ifa: jelas ceritanya Thor yg oke
total 2 replies
❤️‍🔥
next
Musdalifa Ifa
ah syukur lah akhirnya up juga saya kira Hiatus🤭
Azida21: iya hiatus bentar🤭,soalnya lagi banyak kerjaan nih,tapi insyaallah author akan mulai aktif nulis lagi☺️☺️
total 1 replies
❤️‍🔥
Semangat 🔥🔥🔥
Azida21: terimakasih🥰
total 1 replies
❤️‍🔥
suka banget sama ceritanya
Azida21: terimakasih🥰
total 1 replies
❤️‍🔥
Aamiin... semoga kakak cepat sembuh
❤️‍🔥
aku suka banget sama cerita kakak, semangat up-nya ya kak
Azida21: terima kasih kak🥰
total 1 replies
Musdalifa Ifa
halo author nya kemana TDK ada kabar?
Musdalifa Ifa
semoga saya dan author cepat sembuh seperti sedia kala, baru baca Krn baru bisa pegang hp kemarin itu kepala sakit penglihatan berputar jadi oleng
Musdalifa Ifa
author apakah anda baik" saja?
Musdalifa Ifa: TDK apa" Thor istirahat yg banyak dan minum obat supaya cepat sembuh🤗
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!