Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Paman!" seru Jacky dengan wajah meringis, meraih tangan Vincent yang mencengkeram kerah kemejanya.
"Vincent, kalau ada apa-apa, bisa dibicarakan baik-baik!" Anita mencoba menenangkan, namun suaranya terdengar cemas. Ia melangkah maju, takut kalau amarah Vincent akan benar-benar meledak.
Vincent melepaskan Jacky dengan kasar. Tubuh Jacky terhuyung, napasnya memburu.
"Perbuatanmu hanya mempermalukan keluarga Zhao. Sudah dewasa, tapi pikiranmu masih kekanakan."
Sorot mata Vincent tajam seperti pisau.
"Berselingkuh hingga hampir merenggut nyawa tunanganmu… dan sekarang, kau bahkan tidak merasa bersalah. Malah ingin menikahinya tanpa cinta."
Anita menarik napas panjang, mencoba mencari celah untuk meredakan suasana.
"Vincent, kenapa kita tidak membiarkan Jacky menikahi Valentine saja? Dengan cara ini, kita bisa menebus kesalahan yang dilakukan Jacky… sekaligus membayar hutang budi kita padanya."
Vincent menoleh, matanya dingin.
"Yang berhutang pada Valentine adalah kau dan anakmu, bukan aku."
Nada suaranya tegas, nyaris seperti sebuah vonis.
"Aku tegaskan, tidak ada pernikahan antara kau dan Valentine."
Samantha yang sejak tadi diam mulai ikut bicara.
"Jacky, dengar kata pamanmu. Jangan menyakiti Valentine lagi. Mengenai hilangnya Valentine, apa yang harus kita lakukan?" Suaranya terdengar khawatir, kedua tangannya menggenggam erat tepi sofa.
Jacky menunduk, kemudian berkata dengan nada penuh kecurigaan.
"Valentine dibawa pergi oleh tunangannya. Aku penasaran siapa pria itu… apakah Valentine berselingkuh?"
Vincent tertawa sinis, meneguk minumannya sebelum menjawab.
"Kalau pun dia berselingkuh, dia tidak melakukan kesalahan. Karena calon suaminya adalah seorang bocah yang tidak pernah dewasa."
Ia kembali menyandarkan punggung di sofa, ekspresinya dingin dan menghina.
Anita menatap anaknya lalu kembali memohon pada Vincent.
"Vincent, kejadian ini memang kesalahan Jacky. Berilah dia kesempatan untuk menebus kesalahannya. Biarkan dia ikut denganmu dan belajar."
Vincent memandang Jacky dari ujung kepala hingga kaki, seolah sedang menilai barang di pasar.
"Dengan sifatnya seperti ini, apakah aku bisa percaya padanya? Bisnis keluarga Zhao bukan bisnis kecil. Aku hanya melihat hasil, bukan janji."
Jacky segera menegakkan badan, mencoba menunjukkan kesungguhan.
"Paman, aku berjanji tidak akan mengecewakanmu. Biarkan aku bekerja di perusahaan."
Vincent mengangkat alisnya, lalu berkata datar.
"Bekerja di perusahaan tentu saja bisa. Tapi bukan sebagai manajer atau pengurus. Kau harus mulai dari nol… seperti karyawan lainnya."
Jacky terbelalak.
"Paman, jadi aku di bagian apa?"
Vincent menyalakan rokok, menghembuskan asap sebelum menjawab singkat.
"Bekerja di pabrik sebagai permulaan."
Jacky hampir meloncat dari duduknya.
"A-apa? Pabrik? Di sana semua buruh kasar! Aku bisa melakukan apa di sana?"
Vincent tersenyum tipis, senyum yang tidak membawa kehangatan sedikit pun.
"Mamamu terlalu memanjakanmu, sehingga sikapmu jadi manja. Ikut denganku, kau harus sabar dan tahan. Kalau tidak suka… juga tidak masalah."
Ia mematikan rokoknya, bangkit dari sofa, lalu berjalan meninggalkan ruangan.
"Lagi pula, aku tidak kekurangan orang." Suaranya terdengar menggema sebelum akhirnya menghilang di balik pintu, meninggalkan keheningan yang penuh tekanan di ruang keluarga itu.
Mansion Vincent
Cahaya siang menembus tirai tipis, jatuh membentuk garis-garis lembut di lantai kamar. Valentine duduk di tepi ranjang, tatapannya kosong menembus udara.
"Kenapa beberapa malam ini mimpiku selalu sama…? Dua pria yang muncul di dalamnya. Siapa mereka? Bukankah tunanganku adalah Vincent… lalu siapa pria lain itu?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan kamar.
Pintu terbuka perlahan, menampakkan Julia—pembantu rumah tangga yang baru bekerja. "Nona, makan siang sudah dihidangkan," serunya sambil menunduk sopan.
Valentine menoleh, lalu mengamati wajah Julia dengan seksama. "Julia… apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyanya tiba-tiba.
Julia tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun cepat menguasai diri. "Tidak pernah, Nona. Saya baru bekerja di sini tidak lama ini," jawabnya dengan senyum ramah yang kaku.
Valentine hanya mengangguk pelan. "Baiklah."
Julia lalu keluar, menutup pintu dengan hati-hati.
Keheningan kembali mengisi ruangan. Valentine menghela napas panjang. "Keluargaku… aku ingin menemui mereka. Aku ingin tahu semua kehidupanku yang dulu."
Ia meraih ponsel dari meja, lalu mulai mencari kontak di dalamnya. Saat matanya menangkap sebuah nama, jantungnya berdetak lebih cepat. "Arnold…? Bukankah dia kakakku?" gumamnya. Jemarinya menekan tombol panggil.
Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum akhirnya terjawab.
"Halo," suara berat seorang pria menyambut dari seberang.
"Aku adalah Valentine. Kak, di mana alamat rumah kita?" tanyanya dengan nada hati-hati, namun penuh harap.
Hening sebentar di seberang, lalu suara Arnold terdengar ragu namun ketus. "Kenapa tiba-tiba saja ingin pulang? Apa kau diusir orang itu?"
Kening Valentine berkerut. "Kenapa pertanyaannya aneh sekali… seolah-olah Vincent adalah penjahat," batinnya.
"Bukan… aku hanya ingin tahu masa laluku," jawabnya lirih.
Namun sebelum ia sempat mengatakan lebih banyak, sebuah tangan tiba-tiba meraih ponselnya dengan cepat. Valentine terkejut, menoleh, dan melihat Vincent berdiri di sampingnya. Wajahnya dingin, matanya menusuk, jemari panjangnya memutuskan panggilan itu tanpa ragu.