"Pada akhirnya, kamu adalah luka yang tidak ingin aku lepas. Dan obat yang tidak ingin aku dapat."
________________
Bagaimana rasanya berbagi hidup, satu atap, dan ranjang yang sama dengan seseorang yang kau benci?
Namun, sekaligus tak bisa kau lepaskan.
Nina Arunika terpaksa menikahi Jefan Arkansa lelaki yang kini resmi menjadi suaminya. Sosok yang ia benci karena sebuah alasan masa lalu, namun juga cinta pertamanya. Seseorang yang paling tidak ingin Nina temui, tetapi sekaligus orang yang selalu ia rindukan kehadirannya.
Yang tak pernah Nina mengerti adalah alasan Jefan mau menikahinya. Pria dingin itu tampak sama sekali tidak tertarik padanya, bahkan nyaris mengabaikan keberadaannya. Sikap acuh dan tatapan yang penuh jarak semakin menenggelamkan Nina ke dalam benci yang menyiksa.
Mampukah Nina bertahan dalam pernikahan tanpa kehangatan ini?
Ataukah cinta akan mengalahkan benci?
atau justru benci yang perlahan menghapus sisa cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita Mengejutkan
Nina mengerjapkan matanya perlahan. Sinar mentari masuk menembus tirai tipis dari pintu kaca balkon kamarnya.
Nina membalikkan tubuhnya, ia tersenyum begitu melihat suaminya sudah berada disamping nya.
Gadis itu bergerak perlahan mendekati tubuh suaminya. Sangat perlahan agar tak menimbulkan getaran diranjangnya. Ia tidak mau membuat suaminya itu terbangun.
Tapi lebih dulu tubuh suaminya itu bergerak menempel pada tubuh Nina. Kepala Jefan menyusup ke dada istrinya, dan tangannya melingkar dipunggung Nina.
Nina mematung selama beberapa detik sampai akhirnya ia membalas pelukan hangat itu.
"Kau sudah bangun rupanya"
Jefan membalas dengan dehaman yang berat. Terdengar sangat lelah.
"Jam berapa kau pulang semalam?"
"Mungkin.. jam dua"
Nina melirik jam dinding dikamar mereka, jarum masih menunjuk angka 6 pagi. Gadis itu mengelus kepala suaminya lembut.
"Tidurlah lagi, aku akan membangunkanmu satu jam lagi"
Jefan mengangguk kecil dengan mata yang terus terpejam, Nina agak ngilu melihat suaminya yang terlihat lebih lelah dari biasanya.
Wajahnya pucat, lingkar matanya sedikit gelap. Ibu jari Nina mengelus lingkar mata suami nya yang menghitam itu, berharap bisa terhapus dengan tindakan kecilnya.
Lelaki itu terlihat semakin tenang saat Nina melakukannya, meski secara fisik tidak memberikan efek apa-apa tapi sentuhan dari istrinya itu berhasil menghapus semua rasa lelahnya.
Nina terus melakukan nya secara lembut dikedua sisi mata Jefan, sesekali ia juga memijit keningnya pelan.
Memberikan kenyaman yang luar biasa pada Jefan di pagi hari. Rasanya hampir tidak ingin bangun dan ingin terus seperti ini selamanya.
Terlalu menenangkan dalam dekapan gadis itu.
Membuat Jefan larut dalam dekapannya yang hangat.
Sampai membuatnya lupa rasa nyeri menusuk dari luka yang diterima nya kemarin. Untunglah kemarin ia tidak terluka parah, tusukan itu menancap dangkal dibagian dada atas dekat bahu.
Meski begitu kemarin ia jadi tertahan dirumah sakit untuk mendapatkan lima jaitan, hal itu membuatnya harus menyuruh Hera berbohong karena Nina terus menghubunginya.
Karena, Nina tidak boleh tau.
Lagipula, luka ini tidaklah seberapa dibanding luka yang ada di tubuh istrinya itu. Mungkin ini balasan yang pantas untuknya.
Jefan bisa menerima dengan senang hati jika ini hukuman dari penderitaan yang sudah Nina dapatkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nina merapikan peralatan masak yang baru saja digunakannya. Jefan baru saja berangkat beberapa waktu lalu. Suaminya itu pergi seperti biasa setelah mencuci piring makannya dan menghabiskan kopinya.
Hanya saja, lelaki itu hari ini sarapan lebih lahap dari biasanya, bahkan hingga menambah dua kali. Seperti kelaparan karena belum makan sejak kemarin.
Mungkin itu karena dia kemarin terlalu banyak mengeluarkan tenaga jadi hari ini dia butuh energi lebih dari asupan makan.
Tentu saja itu bukan hal buruk.
Nina senang melihat suaminya makan banyak dengan nikmat. Terlebih saat Jefan juga menyuapinya saat sedang sarapan.
Karena kejadian dirinya yang makan bersama dengan Jean waktu itu.
Nina mau belajar membiasakan perutnya sarapan pagi. Meski hanya dua sampai tiga sendok suapan dari suaminya, itu sudah cukup membuat Jefan senang.
Jefan tau, ini cara istrinya menyenangkan dirinya.
Dan memang berhasil. Gadis itu tak lagi hanya sekedar menatapnya menikmati sarapan yang Nina buat. Tapi juga menikmatinya bersama.
Drtt.. Drtt.. Drtt..
Nina berlari mendengar bunyi ponsel yang tak berhenti berdering.
Ponselnya ada dimeja ruang tamu, ia mengangkat nya dan menempelkan ponselnya ketelinga.
"Selamat pagi, Pak Jean" sapa Nina untuk si penelpon, ia mendudukan dirinya di sofa.
"Nina! Aku baru sempat lihat berita, jadi bagaimana kondisi suamimu?"
Alis Nina bertaut, suara Jean terdengar agak panik dan khawatir.
Berita?
Kondisi Jefan?
Apa maksudnya, berita apa yang berhubungan dengan suaminya..
"Berita...?"
"Loh, apa kau tidak tau kalau sampai masuk berita? Kejadianya cukup kacau, jadi banyak orang yang merekam. Untuk itu, kejadian kemarin sampai masuk berita.. wah Nina, aku benar-benar tidak menyangka ternyata ayahmu segila itu, maksudku bagaimana dia bisa menusuk menantunya sendiri"
Deg!
Mata Nina mendelik. Tubuhnya menegang.
Ayahnya menusuk Jefan suaminya?
Tapi, Jefan baik-baik saja hari ini. Tunggu, apa ini alasannya pergi tiba-tiba kemarin hingga pulang larut?
Nina jadi kembali membayangkan wajah suaminya yang jauh lebih lelah dan pucat hari ini. Pantas saja lelaki itu makan banyak pagi tadi, karena semalam dirinya tidak betul-betul bertemu investor dan makan bersama.
Lelaki itu menyembunyikan semuanya darinya. Termasuk rasa sakit di tubuhnya.
Mata Nina memanas mendengar nya, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Kukunya menekan kuat telapak tangannya agar tak ada suara isakan yang terlepas dari mulutnya.
"Suamiku baik.. tapi bisa tolong kirimkan link beritanya? Saya belum tau kalau sampai masuk berita" ujar Nina dengan suara yang ia tahan susah payah agar tidak bergetar.
Gadis itu jadi semakin pintar meladeni bagaimana dunia berjalan. Ia bahkan sampai bertingkah seperti sudah tau kejadian yang sebenarnya.
"Kau.. baik-baik saja, Nina?"
"Tentu tidak sepenuhnya pak, suami saya habis terluka"
"Ah~ ya tentu.. baiklah akan aku kirimkan lewat Whatsapp"
"Terimakasih banyak pak"
Nina langsung menutup telepon dan membuka aplikasi chatting bewarna hijau. Jean tak butuh waktu lama untuk mengirim link yang diminta Nina.
Hati Nina merasa sesak begitu melihat video berita viral di media sosial. Wajah ayahnya diblur saat melakukan hal gila didepan kantor Jefan.
Buliran air mata Nina jatuh ke layar ponsel saat sesuatu berhasil menancap dibadan Jefan. Ia tak sanggup menontonnya lebih lama. Nina terisak dalam heningnya rumah besar itu.
Bagaiamana bisa ayahnya itu berbuat sejauh ini hanya untuk uang?
Nina tidak habis pikir tindakan ayahnya sampai diluar batas seperti ini.
Gadis itu menyeka air matanya, ia berjalan tegas menuju kamarnya untuk mengambil tas dan pergi.
Tentu saja untuk menemui sosok yang melukai suaminya.
Dirinya sendirilah yang harus menghentikan kegilaan ayahnya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...