Mora mendapatkan tawaran menarik untuk menggoda pria beristri. Jika berhasil bayaran sejumlah 100 juta akan ia dapatkan.
Tapi ternyata tawaran itu sangat tidak mudah untuk Mora laksanakan. Pria yang harus ia goda memiliki sikap yang dingin dan juga sangat setia dengan sang istri.
Lalu apakah Mora akan berhasil merebut pria dari istrinya? atau bahkan justru hubungan mereka semakin dekat karna pria tertarik pada Mora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKS 14
Adam sangat ingin tertawa kencang saat ini. Pertama kali dalam kehidupannya yang maha sempurna ada yang berani sekali mengatakan hal-hal yang tidak perlu padanya.
Sementara itu Mora masih saja menatap Adam penuh rasa percaya diri. Kedua tangannya mulai memegang pinggiran meja kerja Adam.
Tatapan matanya sama sekali tidak teralihkan. Tetap saja mengarah pada Adam yang sama saja sama sekali tidak memalingkan wajahnya.
Tidak lama. Terus ditatap penuh damba oleh wanita cantik membuat Adam sedikit gugup.
Tidak munafik Adam memang mengakui kalau Mora adalah wanita yang cantik. Dan memiliki tubuh yang bagus, perpaduan yang sempurna.
“Berhenti membicarakan sesuatu hal yang tidak penting, Mora. Fokus pada pekerjaanmu, mengerti?”
Peringatan Adam sama sekali tidak membuat Mora takut. Malah saat ini tubuhnya semakin menunduk, hingga saling dekat tanpa jarak dengan Adam.
“Ajarkan aku… bagaimana caranya merebut Tuan dari istri yang sangat Tuan cintai itu,” ucap Mora dengan nada tenangnya.
Sampai tatapan tenang dari Adam tadi tergantikan dengan tatapan tajam. Ia semakin maju, hingga aroma mint mulai tercium di penciuman Mora.
“Gawat. Apa dia akan marah? Bagaimana kalau dia tersinggung… lalu memecatku sekarang juga? Maka apa yang akan aku lakukan?” gumam Mora didalam hati.
Sekalipun sejujurnya Mora sangat takut saat ini dengan tatapan tajam dari Adam, tapi Mora tetap berusaha tenang percaya akan apa yang ia pikirkan.
“Kau yakin bisa merubah perasaanku pada istri yang sangat aku cintai itu?” tanyanya dengan suara berat tertahan.
“Istriku sangat mempesona dimataku. Menurutku, mau siapapun itu tidak akan ada yang bisa menggantikan Ayyana dalam kehidupanku yang saat ini.”
“Bahkan jika ada kehidupan selanjutnya, aku hanya ingin… tetap Ayyana yang menjadi istriku.”
Ucapan Adam terdengar lugas dan jelas sampai Mora terus saja tertegun. Seolah setiap perkataan terdapat penekanan jika sangat mencintai sang istri.
“Lain kali sebelum bersikap percaya diri seperti ini… pikirkan seperti apa posisi Ayyana yang sebenarnya dalam hidupku. Agar kau tidak malu.”
“Malu kenapa?” tanya Mora dengan tatapan polosnya.
“Karena aku tidak akan mudah terbuai oleh rayuan murahan darimu,” jawab Adam sesingkat singkatnya.
Mendorong meja dengan sedikit tenaga hingga Mora melepaskan tangannya dari sana. Ia masih saja terus mengerjap bingung dengan ulah Adam yang tetap saja acuh tak acuh padanya.
“Pergilah. Lakukan pekerjaanmu dengan benar, bukan malah mengatakan sesuatu hal yang sama sekali tidak jelas,” ucap Adam dengan nada dinginnya.
Tidak merespon apapun Mora hanya menghela napas pelan saja. Dengan bibirnya yang lagi-lagi cemberut Mora kembali menuju meja kerjanya.
Tapi sesekali Mora melirik kearah Adam. Seolah tidak terjadi apa-apa, pria itu terlalu sibuk dengan dokumen pentingnya.
“Tuhkan… dia tipe suami yang setia, bagaimana bisa aku merebutnya dari istri yang sangat didambakan seperti itu?” Mora terus saja menggerutu didalam hati.
Perkataan ketus Adam tadi telah dicerna baik-baik oleh Mora. Sudah jelas artinya, apapun yang terjadi Ayyana adalah dunia bagi Adam.
“Hanya saja… sepertinya hanya Adam yang menganggap nyata pernikahannya, tidak untuk Ayyana.”
Mora yakin dengan apa yang ia pikirkan. Tepat pada saat ingin duduk Mora memilih kembali ke meja kerja Adam.
“Tuan, kau butuh sesuatu?” tanya Mora seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka tadi.
“Tidak ada.”
Bahkan Adam menjawab pertanyaannya tanpa menatap Mora sedikitpun.
“Kau tidak memberitahu Nyonya Ayyana, kalau lembur malam ini?”
Tangan Adam yang sibuk dengan berbagai tombol keyboard seketika terhenti. Ia terdiam, bahkan seakan membisu tidak mampu menjawab pertanyaan itu.
“Biasanya seorang istri akan sangat sedih dan bahkan tidak akan tenang. Jika sampai jam segini, suaminya tidak kunjung pulang dari kantor.”
Adam mulai melirik tajam Mora. “Kenapa Tuan tidak ada memberitahu Nyonya? Apakah Tuan tega, membuat Nyonya khawatir?”
“Diamlah. Urusan rumah tanggaku, seharusnya sama sekali tidak pantas untuk kau pertanyakan. Fokuslah pada pekerjaanmu, Mora.”
Mora mengangguk mengerti saja. “Baiklah,” Ia mengalah lagi.
Tapi Mora tetap saja memperhatikan Adam dengan seksama. Tentang perubahan sikap pria itu jika disinggung tentang sikap seorang istri seperti yang biasanya.
Sesuai dengan apa yang Mora duga. Jika Adam adalah suami yang sama sekali tidak mendapatkan perhatian sang istri.
Kini Mora tahu harus apa. “Ternyata Adam… pria yang kurang perhatian dari istrinya. Seperti biasa, saat inilah para pelakor mengambil kesempatan.”
Mora merasa mulai mendapatkan kesempatan yang amat bagus. Ia tersenyum sinis tanpa Adam tahu, mulai mengambil sesuatu dari laci meja kerja miliknya.
Yaitu rencana selanjutnya. “Aku akan mulai dari cara ini dulu,” Mora memegang erat parfume mahal beraroma menggoda yang akan berhasil membuat Adam terpancing padanya.