NovelToon NovelToon
REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Retto fuaia

kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

REINKARNASI?

...***...

Lingyun Kai tampak bingung, ia masih ragu ingin menjawab seperti apa.

"Kau tenang saja lingyun kai." Ia melepaskan ikatan di tangan adiknya. "Aku membantumu untuk menghentikan mereka."

"Bagaimana jika mereka curiga nantinya?." Lingyun Kai mengusap pelan pergelangan tangannya yang terasa nyeri. "Semua orang mengetahui, jika kak mingmei sangat keras pada saya." Hatinya terasa sakit. "Sikap membelamu saat itu, telah membuat semua orang mengira kau hanya berpura-pura saja."

"Jangan pikirkan masalah itu." Balasnya dengan senyuman kecil. "Kau harus melakukan yang seharusnya, atau kau ingin kehilangan orang-orang yang kau cintai di kehidupan ini?."

"Tidak mau!." Responnya cepat, ada perasaan panik menghantui pikirannya.

"Kau harus bergerak, dan aku juga akan bergerak di tempat yang berbeda." Ia menghela nafas pelan.

"Apa maksud kakak?." Lingyun Kai heran. "Apa yang kakak rencanakan?."

"Aku harus membalaskan dendam ku, pada orang yang telah mendorong aku ke jurang." Hatinya terasa panas membara. "Pada istri pangeran pertama, dan juga pada kakakmu." Ia bangkit, mendekati meja yang tak jauh dari sana. "Tapi sayang sekali, aku malah masuk ke dalam tubuh kakakmu." Ia mengambil sebuah mangkuk yang berisikan nasi dan mengambil beberapa lauk. "Jadinya aku tidak bisa memukul kepalnya dengan tangan ku."

Setelah itu ia kembali duduk di samping Lingyun Kai, menyerahkannya pada adiknya.

"Tapi kabarnya saat ini istri pangeran pertama tidak ada di istana." Lingyun Kai menerimanya. "Apa yang akan kakak lakukan?." Ia makan beberapa suapan. "Apakah kakak berniat ingin menjadi selir?."

"Hmph!." Mingmei menahan tawanya, tangannya mengetuk kuat kening Lingyun Kai.

"Hm." Lingyun Kai mengusap keningnya. "Jangan pukul kening saya, nanti ketampanan saya hilang." Ia terlihat cemberut.

"Kau memang narsis, sama seperti kakakmu pangeran pertama." Mingmei tertawa cekikikan, tangannya mengusap sayang kepala Lingyun Kai.

"Sepertinya kakak memang memahami kakak pangeran pertama." Lingyun Kai dapat menangkap itu.

"Makan yang benar." Ia mengambil butiran nasi yang menempel di sudut bibir Lingyun Kai. "Jangan berbicara ketika makan."

"Hm." Lingyun Kai hanya mengangguk kecil, dan melanjutkan makannya. "Dia tahu kalau aku sangat kelaparan?." Dalam hati Lingyun Kai merasa heran.

"Karena ulah mu itu, setidaknya aku memang harus menjadi selir pangeran pertama." Mingmei menghela nafas pelan. "Haruskah aku berterima kasih padamu?."

"Maksud kakak apa?." Lingyun Kai heran.

"Kau jangan berpura-pura bodoh!." Dengan gemasnya ia menyentil kening adiknya.

"Aduh!." Lingyun Kai meringis sakit.

"Ketika aku tersadar, aku berusaha kabur dari ruangan istirahat taman istana." Ia menatap jengkel pada adiknya.

Lingyun Kai mengubah posisi duduknya menyamping, menghindari tatapan mematikan dari kakaknya, namun ia masih belum selesai maka.

"Saat itu aku tidak sengaja bertemu dengan pangeran pertama di pendopo prajurit." Ingatannya seakan-akan kembali ke masa itu.

...***...

Mingmei berjalan sempoyongan, tubuhnya terasa panas, dan ia tidak dapat menahan diri.

Brukh!.

Tubuhnya ambruk begitu saja, ia tidak memiliki tenaga.

"Nona muda mingmei?."

Deg!.

Mingmei benar-benar terkejut, suara itu sangat familiar untuk didengar.

"Apakah kau baik-baik saja?." Pangeran Jun Hie dengan jarak yang cukup dekat terlihat cemas.

"Jangan mendekat!." Suaranya terdengar keras, membuat pangeran Jun Hie terkejut.

"Kau terlihat kesakitan, saya akan membantumu!." Pangeran Jun Hie semakin cemas, namun langkahnya terhenti ketika melihat keadaan Mingmei yang aneh.

Mingmei mencoba berdiri, tubuhnya sudah tidak kuat lagi, pandangannya hampir kabur.

"Saat ini hamba dibawah pengaruh obat perangsang." Ucapnya dengan suara bergetar. "Gusti pangeran jangan mendekati hamba." Air matanya menetes begitu saja, hatinya terasa sakit melihat sosok yang sangat ia rindukan.

"Apa? Obat perangsang?." Pangeran Jun Hie terkejut. "Siapa yang melakukannya?." Pangeran Jun Hie cemas.

Mingmei hanya menggeleng pelan, tubuhnya kembali ambruk.

"Nona muda mingmei!." Pangeran Jun Hie dengan sigapnya menangkap tubuh Mingmei. Menggendongnya di depan, merasa cemas terjadi sesuai pada Mingmei.

"Jangan dekati hamba." Suaranya hampir tidak terdengar. "Panas, sakit, sesak." Rintihnya dengan perasaan gelisah.

Deg!.

Namun saat itu Pangeran Jun Hie merasakan getaran aneh, mendapatkan pandangan yang tidak biasa. Tanpa sadar air matanya menetes begitu saja, pangeran Jun Hie membawa Mingmei dari sana.

...***...

Keesokan harinya.

Dekrit pernikahan Junfeng dan nona muda Daxia telah sampai di kediaman Jendral Xiao Chen Tao. Jika menolak?. Sama saja dengan melakukan pemberontakan, sehingga tidak bisa dibatalkan begitu saja kecuali salah satu dari mereka mati?.

"Kurang ajar!." Umpat Jendral Xiao Chen Tao dengan penuh amarah. "Kau benar-benar anak tidak berguna!." Menatap tajam ke arah Junfeng. "Rencana ku hari ini ingin pergi ke kediaman menteri pertahanan dan keamanan! Untuk menggeledah kediamannya!." Amarahnya semakin besar. "Membuatnya tertuduh menyalahgunakan obat herbal dalam jumlah yang banyak di kediaman pribadi!." Ia genggam kuat tangannya sebagai pelampiasan rasa sakit hati. "Tapi gagal karena dekrit pernikahan kau!." Ingin rasanya ia hajar anaknya sampai mati. "Mati?."

Deg!.

Junfeng ketakutan dengan tatapan mata ayahnya.

"Heh!." Jendral Xiao Chen Tao mendengus dingin. "Sebaiknya aku bunuh saja kau!." Tunjuknya kasar. "Karena kau hanya menghalangi rencana ku!."

"Ayah jangan lupa." Junfeng menguatkan hatinya. "Semua rencana yang ayah katakan bisa aku bocorkan pada kaisar." Ia menyeringai lebar. "Bagaimana tanggapan kaisar? Jika mengetahui rencana busuk mu?."

"Diam kau!." Jendral Xiao Chen Tao yang terbawa amarah hendak menyerang anaknya dengan kekuatan tenaga dalamnya.

Tapi sayangnya Junfeng dapat melihat itu, sehingga ia melompat tinggi, menghindari serangan itu.

"Ingat ayah!." Sorot matanya begitu tajam. "Menikah di bawah dekrit kaisar? Itu artinya keselamatan ku, keselamatan keluarga istriku? Dijaga ketat oleh kaisar!." Hatinya terbakar amarah yang membara. "Jangan coba-coba berencana untuk membunuh ku! Atau membunuh istriku!."

"Junfeng!." Jendral Xiao Chen Tao terlihat marah, ia banting cangkir teh yang diminum tadi. "Kau sudah tidak patuh lagi pada ayahmu ini? Hah?!."

"Gara-gara rencana kau?!." Tunjuknya penuh amarah. "Kekasihku terseret dalam masalah! Dan hampir saja menerima hukuman berat dari kaisar!."

"Junfeng!." Kesabaran jendral Xiao Chen Tao sepertinya sudah hilang, ia keluarkan hawa tenaga dalamnya. "Jika kau menikah? Kau akan aku coret dari keluargaku!."

"Lakukan saja!." Junfeng juga marah. "Aku tidak keberatan sama sekali." Ia kibas kuat lengan bajunya dengan perasaan kesal. "Aku tidak akan melahirkan generasi pecundang busuk seperti kau!." Setelah itu ia pergi dari ruangan baca ayahnya.

"Bajingan busuk!." Umpat Jendral Xiao Chen Tao penuh amarah. "Jika aku tidak bisa membunuh mu hari ini?! Jangan harap hari berikutnya kau akan hidup dengan tenang." Amarah di hatinya semakin besar.

Junfeng yang berada di luar menuju kamarnya untuk istirahat.

"Sabarlah junfeng, kau harus bisa tenang." Ia menarik nafas dalam-dalam. "Demi keselamatan daxia, kau harus bisa melawan." Ia menguatkan langkah kakinya yang terasa berat, ia harus bisa memutuskan takdir berdarah yang akan diciptakan oleh ayahnya.

...***...

Istana, ruangan kerja Kaisar.

"Yang mulai kaisar." Kasim Wen Lang memberi hormat. "Pangeran pertama ingin bertemu."

"Biarkan dia masuk." Respon Kaisar.

"Pangeran pertama diizinkan masuk." Kasim Wen Lang mengeraskan suaranya.

Tak lama kemudian Pangeran Jun Hie masuk ke dalam.

"Hormat saya ayahanda kaisar." Ia memberi hormat.

"Katakan, apa yang ingin kau sampaikan pada saya?." Kaisar telah bersikap formal selama di ruangan kerja.

"Saya ingin menikahi nona muda mingmei, menjadikannya sebagai selir saya." Sorot mata pangeran Jun Hie tampak serius.

Sedangkan Kaisar dan Kasim Wen Lang sangat terkejut mendengar ucapan itu.

"Kau berkata apa?." Kaisar mendadak terkena penyakit tuli dadakan. "Kau tidak salah berbicara?." Kaisar heran. "Secepat itu dia ingin mencari selir?." Dalam hati Kaisar merasa aneh. "Apakah karena kesepian? Ia ingin segera menikahi seorang wanita untuk menemaninya tidur?."

"Mohon maaf ayahanda kaisar." Pangeran Jun Hie kembali memberi hormat. "Saya bersungguh-sungguh, saya ingin menjadikan ia sebagai selir."

"Apakah karena istri sah mu jauh dari istana ini? Kau ingin mencari teman tidur?." Akhirnya Kaisar mengatakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran.

"Anggap saja seperti itu ayahanda kaisar." Pangeran Jun Hie kembali memberi hormat.

"Kau ini ya? Jawablah dengan serius." Kaisar merasa kesal. "Jika kau benar-benar ingin menikah dengan nona mingmei? Maka akan saya keluarkan dekrit pernikahan untukmu."

"Saya ayahanda kaisar." Pangeran Jun Hie memberi hormat. "Begitu banyak kecocokan diantara kami, sehingga saya ingin ia menjadi istri selir saya." Pangeran Jun Hie bersujud di hadapan Kaisar. "Berikan restu untuk saya, menikahi nona muda mingmei."

"Anakku jun hie." Kaisar hampir saja menangis melihat senyuman kebahagiaan yang ditunjukkan oleh Pangeran Jun Hie saat itu. "Aku mengetahui kau jatuh hati pada nona muda bai chenguang, kau sangat sedih saat kehilangannya." Dalam hati Kaisar masih ingat dengan kejadian itu. "Ya, saya akan memberikan restu, dan besok akan saya kirim dekrit pernikahan kalian, setelah pernikahan tuan muda junfeng berjalan dengan baik."

"Terima kasih ayahanda kaisar." Pangeran Jun Hie merasa bahagia.

...***...

Kembali pada kejadian saat itu.

Pangeran Jun Hie membawa Mingmei menuju kediaman pangeran yang masih lajang, ia cemas jika terjadi sesuatu pada Mingmei.

"Tunggulah di sini sebentar." Pangeran Jun Hie membaringkan tubuh Mingmei ke tempat tidur.

Ketika ia hendak pergi, tangannya ditahan oleh Mingmei yang setengah sadar.

"Jun jun, jangan tinggalkan saya." Tatapannya begitu sedih.

Deg!.

Pangeran Jun Hie sangat terkejut mendengar nona muda Mingmei menyebutkan nama itu.

"Jun jun, selamatkan saya." Mingmei menangis sedih. "Panas, sakit, kepala saya sakit."

"Bai chenguang!." Pangeran Jun Hie memeluk erat tubuh Mingmei. "Apakah kau bai chenguang?!." Hatinya terasa panik, gelisah, dan tidak karuan sama sekali.

"Saya kembali jun jun, saya kembali." Mingmei menangis sedih.

"Bai chenguang!." Pangeran Jun Hie mengamati wajah Mingmei. "Tapi tidak mungkin."

Namun belum sempat Pangeran Jun Hie melanjutkan ucapannya, ia terlihat ketakutan ketika Mingmei mengerang kesakitan.

"Tolong saya! Sakit!." Ia berusaha meronta keras, tubuhnya semakin kesakitan.

Pangeran Jun Hie tidak tega melihat itu, tanpa pikir panjang tangannya telah menjamah tubuh Mingmei, hingga kejadian dewasa itu tidak bisa dihindari lagi.

Begitu sadar keduanya berusaha tenang, dan tidak panik sama sekali.

"Maafkan hamba Gusti pangeran." Ia memberi hormat. "Saya yang salah."

"Nona muda mingmei tenang saja, saya pasti akan bertanggungjawab." Pangeran Jun Hie memberi hormat. "Saya akan menikahi nona muda mingmei, tapi sebagai istri selir."

"Istri selir ya?." Dalam hati Mingmei sedikit kecewa. "Tidak apa-apa, yang penting masuk ke dalam istana dulu, dan menunggu dia kembali." Hatinya sedang membara.

"Apakah nona muda mingmei bersedia?." Pangeran Jun Hie terlihat memohon dengan tatapan sedih.

"Saya bersedia Gusti pangeran." Mingmei memberi hormat.

"Syukurlah kalau begitu." Pangeran Jun Hie merasa lega. "Apakah saya boleh mengetahui suatu hal nona muda mingmei?."

"Apa yang ingin Gusti pangeran ketahui dari hamba?." Balasnya.

"Kenapa kau mengetahui? Jika saya tidak tahan dengan bau bunga krisan?." Pangeran Jun Hie terlihat sedih. "Hanya satu orang saja yang mengetahuinya." Dadanya terasa sesak mengingat masa lalu. "Apakah ia pernah bercerita padamu ketika ia hidup dulu?."

Deg!.

Mingmei terkejut, karena memang di masa lalu ketika nona muda Bai Chenguang hidup, pernah akrab dengan pemilik tubuh asli. Tapi ada beberapa konflik yang terjadi, sehingga hubungan mereka renggang.

"Ya." Responnya. "Mendiang nona muda bai chenguang memang pernah bercerita pada hamba." Ia berusaha menahan diri agar tidak membocorkan rahasia siapa dirinya. "Beliau begitu bersemangat ketika bercerita tentang anda, Gusti pangeran." Tanpa sadar air matanya menetes begitu saja. "Maaf, hamba tidak bermaksud mencuri hati pangeran dengan keadaan seperti ini." Dadanya semakin sesak, karena ia kembali pada kekasihnya bukan dalam wujud Bai Chenguang, namun dalam tubuh Mingmei.

"Justru saya lah yang minta maaf padanya." Pangeran Jun Hie mencoba tegar. "Saya telah menduakan cintanya, saya telah berpaling ke lain hati."

"Gusti pangeran tenang saja." Mingmei tersenyum lembut. "Hamba tidak akan memaksakan kehendak."

"Nona muda mingmei." Pangeran Jun Hie memberi hormat. "Mohon bimbingannya di masa depan, dan menjaga anak-anak kita dengan baik nantinya."

"Hamba juga." Balasnya. "Mohon bimbingannya Gusti pangeran."

Tanpa sadar mereka telah mengucapkan janji pernikahan. Kekuatan hati dan cinta seakan-akan menyatukan mereka di dalam lantunan melodi yang indah.

...***...

Kembali ke masa ini.

Setelah selesai bertemu dengan Kaisar, Pangeran Jun Hie langsung menuju kediamannya sendiri.

"Hormat Gusti pangeran."

Pelayan menyambut baik kepulangan Pangeran Jun Hie.

"Siapkan kamar selir." Perintah Pangeran Jun Hie. "Berikan alas kasur yang baru, dan beberapa helai pakaian baru."

"Baik Gusti pangeran."

Respon mereka semua dengan baik.

"Lakukan bersih-bersih di kediaman saya ini, karena sebentar lagi akan ada istri selir di sini."

"Baik Gusti pangeran."

Mereka benar-benar menjalankan tugas dengan baik, tidak akan berani membantah tuan mereka.

"Entah kenapa? Saat aku melihatnya, ia sangat mirip sekali dengan bai chenguang." Dalam hati Pangeran Jun Hie merasa aneh. "Apakah perlu aku selidiki lagi kejadian saat itu?." Perasaan hati Pangeran Jun Hie sedang buruk. "Bai chenguang, hanya kau saja yang memanggil aku dengan sebutan jun jun." Pangeran Jun Hie berusaha tenang.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Bagaimana dengan nasib pangeran Jun Hie selanjutnya?. Jangan lupa dukungannya ya.

...***...

1
Sarah Q. M
Tapi Mingmei kok tau aja sih? Punya mata batin kah? Yang bisa langsung melihat jiwa seseorang gitu? 😅
Rettofuaia: selir Mingmei tahu dari jindannya Lingyun Kai yang beda
total 1 replies
Sarah Q. M
Waduh, semoga gak ada tukang fitnah lagi. Nanti karena sering datengin tempat Mingmei, Lingyun Kai disangka selingkuhannya 😩. Sebelumnya 'kan gitu. Tapi kalau dulu bisa ngaku adeknya karena emang bener, kalau sekarang Identitasnya lain kan bisa berabe~😌
Sarah Q. M: Aku pengen baca kak, tapi endingnya bagus atau gantung yah...? 😔.
total 8 replies
Sarah Q. M
Tapi jujur ini reaksi Mingmei agak kurang realistis sih pas tau itu Lingyun Kai 😕. Harusnya dia bisa dibikin lebih banyak tanya, nangis lebih banyak dan lain sebagainya. Tapi yaudahlah, ini kan hanya fiksi 🗿Termasuk An-hong ku juga sayangnya hanya fiksi 😩 (mungkin author sendiri bosan mendengarku yang menyebut An-hong terus. Sorry yah, hehe :D)
Sarah Q. M: Oh, udah dianggap bestie nih? 😄
Berarti boleh dong chat langsung atau masuk grup.... ? 😅
total 8 replies
Sarah Q. M
Hahahaha, kebayang gesturnya kayaknya lucu banget 🤣
Rettofuaia: aura bumil emang beda 🤣
total 1 replies
Sarah Q. M
ini responnya agak kurang tepat yah. Harusnya lebih ke "Hah... " gitu baru helaan. Kalau "Hm." itu deheman / berdehem. Gitu kak.
Rettofuaia: ok, thanks sarannya 👍
total 3 replies
Sarah Q. M
Akhirnya dijelasin juga tentang transmigrasi Bai Chenguang. Rupanya selir Mingmei yang asli pun menyesal yah? Tapi kenapa dia bunuh Bai Chenguang? Apa karena cinta sesaat? 😯
Rettofuaia: pelan² pak supir,,, 😂😂
total 1 replies
Sarah Q. M
"Hampir limbung" bukan "Hampir limbong"
Rettofuaia: Limbong nama orang 😂😂😂
total 1 replies
Sarah Q. M
Kopiku memuncur untukmu thor! Semangat! ☕☺
Rettofuaia: terima kasih dukungannya
total 1 replies
Sarah Q. M
Btw aku penasaran, ini baka jadi novel panjang, sedang, atau pendek nih? 👀
Rettofuaia: rencana 90Eps aja sih kalo masih kuat mikirnya
total 1 replies
Sarah Q. M
Wait, wait, wait! "Darah Naga Merah berstatus Naga emas? "
Gimana ceritanya dah 'Naga merah' jadi 'Naga emas' jadi yang benar warnanya emas atau merah? 👀
Rettofuaia: terima kasih atas dukungannya ya
total 3 replies
Sarah Q. M
Aura Naga Marah? 😅. Naga auranya jangan marah-marah dong! 🤣
Rettofuaia: tanda penguasa yang sangat tinggi, makanya dibuat merah seperti darah yang membara
total 1 replies
Sarah Q. M
habis dialog Xin-Taio jangan ditambah kutip lagi dong. 'Kan ini narasi.
Sarah Q. M
Oalah, Jun-hie udah tau toh! Habisnya sama sekali gak ada narasi yang menjelaskannya dengan jelas, gak ada kalimat penjelasnya. Jadi sekarang Anda mengerti 'kan thor? Kenapa Saya menyuruh kakak untuk memperbaiki narasi, deskripsi, dan kepenulisan? ☺
Rettofuaia: harap bersabar 😶
total 3 replies
Sarah Q. M
Qiang-Long itu anak Jendral yang asli yah?
Rettofuaia: Yoi, anak kandungnya
total 1 replies
Sarah Q. M
Selir hati?
Rettofuaia: salah deh
total 1 replies
Sarah Q. M
Lixin Beiye tuh cinta gak sih sama Jun-hie?
Rettofuaia: enggak sama sekali 😶
total 1 replies
Sarah Q. M
Jadi Jun-hie udah tau dia Bai Chenguang?
Rettofuaia: Udah, cerita detailnya nanti 😂😂😂
total 1 replies
Sarah Q. M
X?
Rettofuaia: lah? bisa gitu ya? 😂😂
total 7 replies
Sarah Q. M
Jujur aja cerita kakak tuh masih banyak beberapa kekurangan. Kayak misalnya, deskripsi wujud karakter, terus kayak di sini ada banyak banget karakter tapi gak terlalu di sorot pas muncul dan jarang muncul lagi yang memungkinkan pembaca udah lupa sama karakternya. Nah, terus salah satu yang agak gak sesuai kriteria novel yang bagus itu karena kakak tuh kurang banget di deskripsi narasi jadi di sini juga kalau bikin momen sedih atau perpindahan emosi agak kurang terasa dan kurang "smooth" gitu perpindahan suasananya. Harap diperhatikan lagi yah kak. ☺
Rettofuaia: terima kasih sarannya ya. akan diusahakan.
total 1 replies
Sarah Q. M
Double kata nih, jadi bertele-tele. "Kedatangan Xin-qian yang 'akan' berjanji 'akan' menemuinya"

Dan

"Menemuinya membawanya sarapan" juga tidak enak di dengar bukan?

harusnya "Menemuinya membawa sarapan" atau "Menemuinya membawa sarapannya"
Rettofuaia: terima kasih koreksinya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!