(***) Peony surgawi adalah seorang gadis yatim piatu . dia tinggal bersama seorang Bibi penjual bunga yang bernama Aura Herawati , dia tidak mempunyai anak dan suami . Peony tinggal bersamanya semenjak usia delapan tahun .
***
Al gozali Matthew adalah seorang anak laki laki kecil yang sejak lahir telah di tinggal pergi ibunya mengejar kemewahan duniawi . dia tumbuh menjadi anak laki laki yang dingin dan datar seperti Ayahnya Al Gibran Matthew .
semenjak di khianati oleh istrinya ,Al Gibra Matthew sangat membentengi diri dengan namanya wanita .Semenjak sang istri pergi bersama laki laki yang lebih kaya darinya ,karena kehidupan Matthew saat itu masih kalang kabut .
suatu hari Al tanpa sengaja bertemu dengan Piony . melihat kelembutan kesabaran dan kebaikan Piony Al menginginkannya sebagai temannya . karena selama ini kehidupan anak berumur lima tahun itu sangat abu abu .
apakah Matthew akan mengabulkan permintaan Al putra . perubahan apa yang akan terjadi pada Al Gibran Mat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Matthew meraih jam tangan tersebut dan mundur . Tanpa menghiraukan wajah kaku Peony . Matthew mulai memasang jam tangan tersebut di pergelangan tangannya .
"Maaf ,Tuan ."
Matthew mengangkat kepalanya dan menatap Peony yang baru saja bersuara ." Kenapa ."
"Itu , saya rasa Anda tidak cocok pakai cincin saat ini , terkesan berlebihan dan terlalu ramai ." Peony menunjuk sebuah cincin di tangan Matthew .
Duda arogan itu ikut menatap cincin yang baru saja di pakainya . Dia melirik Peony yang tersenyum tipis sambil menunduk .
"Lepaskan dan kembalikan ke tempatnya ." Matthew mengulurkan tangannya kepada Peony .memerintah gadis itu untuk melepaskan cincin itu dari tangannya .
Peony menatap ragu kepada Matthew , dia takut menyentuh pria itu . Mengingat karakter Matthew yang begitu arogan dan susah di tertebak .
"S-saya ,Tuan ?"
"Ck ,lantas siapa lagi? Apa ada orang lain di sini ? Saya tidak suka dengan orang yang lemot . Lakukan saja cepat ."
"B-baik ,Tuan ." Peony pun dengan cepat meraih tangan kekar Matthew . Perlahan dia melepas cincin yang melingkar di jari tangan Matthew . Gadis kecil itu berusaha untuk tetap mempertahankan kewarasannya . Ketika dadanya berdesir saat kulit tangannya bersentuhan dengan kulit telapak tangan Matthew .
Matthew sendiri terdiam . Dia menatap pergerakan tangan Peony begitu pelan dan lembut . Pria itu malah dengan cepat menarik tangannya sehingga Peony terkejut .
Peony menatap Matthew yang langsung membalikkan badan dan melangkah ke arah pintu keluar meninggalkan ruangan itu .
"Cepat temui Al ."
"Oh . Baik , Tuan ." Peony segera meletakan cincin itu kembali ke tempatnya . Kemudian mengikuti pergerakan Matthew keluar dari kamar .
"Bonusmu hari ini akan saya tranfer langsung ke rekeningmu , jangan lupa nanti untuk ngecek ."
Peony terkejut , ternyata Matthew menunggunya di luar ruangan walk in closet , gadis itu menunduk sopan kepada majikannya itu .
"Makasih ,Tuan . Saya permisi dulu ." Peony bergegas keluar dari kamar Matthew .
"Hufft ..memang begitu mudah untuk mengumpulkan uang selama kerja di sini . Tapi aku juga tidak hanya butuh uang . setiap harinya juga di sini dan tidak ada hal lainnya . Apa apa di sini juga sudah di sediakan . Jadi ibaratnya aku tidak butuh uang ." gadis itu berceloteh di sela langkahnya menuju kamar Al .
Memang begitu kenyataannya , Peony tidak bisa keluar dari mansion ini . Semua hal juga sudah di sediakan di mansion mewah itu . Peony benar benar tidak membutuhkan uang , ibarat kata percuma dia memiliki uang dan gaji besar . Di tambah dia tidak memiliki keluarga untuk di biayai .
***
Peony merentangkan kedua tangannya setelah keluar dari kamar Al . Seharian penuh menjaga dan menemani Al membuatnya juga cukup lelah .
Huft...Peony menghembuskan napas lelah" Hari ini cukup full menemani kegiatan Tuan Muda . Senang dan seru , tapi begitu melelahkan . Ayo sekarang waktunya tidur , aku sudah rindu kasur ."gumam Peony di sela langkah lunglainya .
Gadis kecil itu berdiri di depan lift , menunggu lift tersebut terbuka . Karena sedang fokus dengan pikiran yang ingin segera tidur nyenyak . Peony terkejut saat tiba tiba seseorang berdiri di sampingnya .
Peony menoleh sambil mendongak . Dia sedikit melotot saat melihat wajah Matthew . Perlahan Peony mundur dan menunduk hormat kepada Matthew .
"Ya , ampun tumben , dia tidak bersuara dan menyuruhku mundur? ."
Peony berbicara dalam hati sambil mencuri pandang menatap punggung kekar sang majikan . Seperti biasa , jam tidur Al biasanya Matthew akan keluar ke ruangan kerjanya . Setiap hari seperti itu , seakan tak merasa lelah dan bosan .
Ting...
Denting lift mengembalikan kesadaran Peony . Dia menatap Matthew yang sudah masuk ke dalam kotak kecil itu .
Tak ada pergerakan dari Peony , membuat Matthew menatap gadis kecil itu dengan wajah datarnya .
"Masuk ".
"Baik ,Tuan . Terima kasih ." Peony menunduk sejenak , sebelum akhirnya ikut masuk ke dalam lift . Awalnya dia akan menunggu lift selanjutnya . Namun ,karena di perintahkan oleh Matthew . jadi Peony pun ikut masuk .
Peony berdiri di belakang Matthew , dia menekan tombol lift menuju ke ruangan kerja sang majikan .
Keheningan melingkupi ruangan kecil itu . Peony di buat tak nyaman dan tak tenang . Setiap kali berada di dekat Matthew . Pasti gadis itu akan merasa ngeri serta kaku .
Satu detik pun seakan begitu lama . Sampai lift terbuka dan Matthew keluar dari sana , barulah menghembuskan napas lega .
Peony menunduk melihat pergerakan Matthew ." Selamat malam ,Tuan ."
Matthew tak menyahut , pria itu terus melangkah dan mulai fokus kepada benda pipih di tangannya .
Mata tajam Matthew menatap dingin laporan dari ponsel yang ada di tangan kanannya . Rahang sang duda pun mengeras . Seakan ada sesuatu hal larangan yang di langgar seseorang .
"Sepertinya malam ini aku tidak akan tidur , ck dia benar benar meminta untuk di tendang dari dunia bisnis . Mau bermain curang denganku ? Maka tunggu pembalasan dariku ."
***
Kotak lift membawa Peony turun ke lantai bawah dari lantai kerja Matthew . Pintu lift sudah terbuka tapi Peony masih diam di dalam lift kotak kecil persegi itu .
Peony menghembuskan napas pelan . Seakan ada sesuatu yang menyangkut di dalam benak gadis itu saat ini .
"Meski tidak niat di dari hati . Tetap saja Tuan Matthew sudah membantuku dua kali . Dia sudah menyelamatkan aku , waktu terjatuh ke dalam kolam renang . Saat aku demam , dia juga memanggil kan dokter pribadinya untuk ku . Yah ...meski itu semua dia lakukan untuk Tuan Muda . Tetap saja aku telah berhutang budi , dan aku belum membalasnya sama sekali ."
Rupanya sesuatu yang menyangkut di benak Peony adalah hutang budi yang belum sempat di balas , dan itu menjadi beban pada dirinya .
" Saya dengar dengar ,Tuan Matthew penyuka teh , terutama teh hijau . Tapi aku tidak tahu cara menyajikan teh hijau . Jadi aku buatkan saja teh biasa saja . Dia juga terlihat sangat lelah dan frustasi malam ini , mungkin karena pekerjaan .kasian sekali , setiap hari harus bekerja walau di waktu tidur sekalipun . Ok , ayo ke dapur saja , buat teh . Semoga teh buatan aku tidak jadi korban mutilasi he he he .
Peony sudah selesai menjalankan niatnya , kini dia sedang berjalan ke arah ruangan kerja Matthew . Gadis itu membawa segelas teh di atas nampan dan menghembuskan napas pelan . Dia menyiapkan mental untuk berhadapan dengan Matthew .
Lorong mansion malam itu terasa sunyi, seperti malam malam biasanya . Bagaimana tidak , jika sebenarnya yang menghuni mansian luas nan mewah itu hanyalah dua orang , Anak dan bapak yang di temani oleh para bodyguard dan para pelayan yang berjumlah banyak .
"Ok ,Peony . Tarik napas dalam dan hembuskan pelan . Tarik lagi dan hembuskan .." Peony bergumam memberi semangat pada diri sendiri . Di sela langkahnya menuju ke ruangan Matthew .
Gadis kecil itu menatap pintu ruangan kerja sang majikan dengan tatapan horor . Seakan di balik pintu itu menyimpan banyak misteri dan mistis . Tetapi bagi peony Matthew memang begitu menyeramkan .
secara kamar kan ad cctv nya
aku suka Thor Matt tersiksa
karena benci dan cinta itu terlalu tipis
bujang lapuk kah si Matthew thor
secara dia bilang dadanya masih rata