NovelToon NovelToon
Batas Yang Kita Sepakati

Batas Yang Kita Sepakati

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Princess Saraah

Apakah persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang selalu berujung pada perasaan?

Celia Tisya Athara percaya bahwa jawabannya adalah tidak. Bagi Tisya, persahabatan sejati tak mengenal batasan gender. Tapi pendapatnya itu diuji ketika ia bertemu Maaz Azzam, seorang cowok skeptis yang percaya bahwa sahabat lawan jenis hanyalah mitos sebelum cinta datang merusak semuanya.

Azzam: "Nggak percaya. Semua cewek yang temenan sama gue pasti ujung-ujungnya suka."
Astagfirullah. Percaya diri banget nih orang.
Tisya: "Ya udah, ayo. Kita sahabatan. Biar lo lihat sendiri gue beda."

Ketika tawa mulai terasa hangat dan cemburu mulai muncul diam-diam,apakah mereka masih bisa memegang janji itu? Atau justru batas yang mereka buat akan menghancurkan hubungan yang telah susah payah mereka bangun?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Princess Saraah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Pertama Syuting

Hari Sabtu pagi, matahari belum terlalu tinggi ketika kami semua sudah berkumpul di sekolah. Seragam bebas, rambut digerai, dan wajah setengah ngantuk tapi penuh semangat.

Kami berkumpul di salah satu kelas yang terletak di lantai satu. Aku membagikan beberapa lembar kertas yang sudah kucetak semalam.

"Nah, ini ya naskah kita. Coba kalian baca dulu," kataku sambil membagikan kertas ke delapan orang yang duduk mengelilingi meja. "Judulnya Hijrah."

"Wah, judulnya kayak sinetron religi gitu," celetuk Afiq, menyeringai.

"Gue jadi penasaran nih," kata Yumna, membuka lembar pertama. "Pemeran utamanya siapa nih?"

"Erina," jawabku sambil nunjuk ke Erina.

Erina yang baru saja meneguk susu kotaknya langsung tersedak. "Hah? Gue?!"

"Iya. Tokoh utamanya namanya Rina. Anak populer, tapi kerjanya suka ngerusak kebahagiaan orang lain. Terus dia berubah setelah kecelakaan. Hijrah lah kononnya," jelasku.

"Lo emang nyindir gue ya, Sya?" kata Erina bercanda, mencubit lenganku.

Aku tertawa. "Enggak! Justru karena lo ekspresif, gue yakin lo cocok jadi tokoh ini."

"Berarti yang jadi korban-korban Rina siapa nih?" tanya Salsa, yang sibuk mengikat rambut.

"Mira, Yumna, Raka, dan Afiq. Nanti ada adegan kalian pacaran terus digangguin Rina."

"Kenapa gue terus ya jadi korban?" keluh Mira.

"Karena muka lo paling ngasihanin, Mir," jawab Khalif, tertawa.

"Oh ya, lo udah bawa kamera kan Ka?" tanyaku.

"Bawa dong," jawab Raka, membuka tas ransel gede. Dia mengeluarkan kamera DSLR pinjaman yang baru kemarin disewa dari temennya. "Kameranya udah bagus nih. Kita tinggal pintar-pintar ambil anglenya aja."

"Nah itu dia masalahnya," kata Afiq. "Pintar-pintarnya itu gak ada di kita."

Setelah 2 jam membaca dan menghafal naskah, pengambilan adegan pertama pun dimulai. Aku memegang naskah sambil duduk di bawah pohon, memperhatikan mereka yang sudah mulai ambil posisi.

"Rina jalan dari lorong, terus ketemu Salsa dan Khalif yang duduk bareng. Nah, Rani langsung nimbrung dan ngerusak momen mereka. Simple kan?" kataku sambil menengok ke Raka yang memegang kamera.

"Udah siap take?" teriakku.

"Siap!" jawab Raka dari balik kamera.

"3...2...1... Action!"

Erina berjalan dengan gaya sombongnya.

"Hai Khalif. Nanti malam jadi kan kamu ke rumah aku? Jangan telat lagi kayak kemarin ya. Ntar aku merajuk lagi loh. Bosan nunggu kamunya," katanya dengan senyum licik.

Khalif yang harusnya cuek, malah ketawa.

"CUT!"

"Lif! Lo ketawain apaan sih?!" keluhku.

"Ga tahan gue, Sya. Ekspresinya Erina kayak apa ya, gue gak tahan," katanya masih tertawa.

"Gue juga geli sendiri," tambah Erina sambil menutup wajah pakai naskah.

Kita semua tertawa. Tapi itu baru awal.

Kali ini pengambilan adegan Rina ngomporin Raka.

"Lo harus keliatan cemburunya ya Ka," kataku ke Raka.

Raka mengangguk sok serius. "Tenang, gue kan emang cemburuan anaknya."

Erina berdiri di depannya.

"Gini loh Raka. Semalam gue lihat Yumna sama Hery ngobrol berdua di gerbang sekolah loh. Kayaknya pacar lo itu selingkuh deh," katanya dengan suara pelan seperti berbisik.

Tiba-tiba Raka ngegas. "Lo jangan ngomong sembarangan ya!! Anj*ng lo!!"

Kami semua langsung meledak tertawa.

"RAKA!!! Ga ada yang kata kasar kaya gitu di naskah!!" teriakku.

"Gue improvisasi dikit doang. Maaf-maaf, kelepasan," jawab Raka dengan tampang polos.

Setelah take beberapa adegan, kami kembali ke kelas tadi dengan kaki pegal, wajah kusam, dan hasil video berantakan.

"Gue liat dulu hasil rekamannya ya," kata Khalif.

Dia memutar satu persatu video tersebut. Ada yang goyang, blur, adegan serius tapi ketawa, bahkan cuma ngerekam kaki.

"Bagus sih," komentar Afiq. "Kalau untuk behind the scene"

Aku menghela napas, menyerah pada kenyataan bahwa hasil hari ini belum cukup layak.

"Minggu depan kita syuting ulang aja deh," ucapku akhirnya. "Seminggu ini hafalin dulu naskahnya, jadi minggu depan langsung take lagi."

Mereka semua mengangguk, tapi wajah-wajah kelelahan dan sedikit putus asa mulai muncul.

"Gimana dong?" tanya Khalif, sambil menyandarkan badannya ke kursi. "Kita butuh anak RPL deh buat jadi kameramen. Percuma juga udah akting mati-matian kalau videonya blur semua."

"Bener tuh," timpal Erina. "Tangan Raka, Khalif, sama Afiq goyang semua. Kaga ada yang bener."

"Woy! Kami juga udah usaha ya!" bela mereka bertiga bersamaan, pura-pura tersinggung.

"Gimana kalo kita minta anak RPL buat bantuin?" usul Yumna.

"Kayak siapa?" Mira menoleh.

"Azzam, misalnya," celetuk Erina.

Spontan, semuanya menoleh ke arah Erina.

"Loh, emangnya Azzam mau?" tanya Mira, nada suaranya cepat tapi tak bisa menyembunyikan nada curiga.

"Iya juga ya. Azzam kan anak RPL. Pasti ngerti soal beginian deh," jelas Yumna.

"Bener tuh," tambah Salsa.

"Ya udah. Tisya aja yang minta tolong ke dia," ucap Khalif, langsung menunjukku. "Lo kan yang paling dekat sama dia Sya."

Deg.

Aku reflek melirik ke arah Mira, yang sedang mengaduk-aduk minuman tanpa suara. Ekspresinya datar. Tapi aku tahu dia denger. Aku tahu dia pasti paham arah pembicaraan ini.

"Gue aja?" tanyaku pelan, mencoba menggantungkan harapan pada siapa pun yang bisa menawarkan opsi lain.

"Lah, masa gue?" kata Afiq. "Gue kenal aja enggak."

"Iya, Sya," tambah Salsa. "Lo aja. Lagian, lo kan sahabatnya. Masa gak bisa nego dikit."

Aku menatap kertas naskah di tangan. Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk.

"Ya udah deh, nanti gue coba tanya ke Azzam, ya."

Yang lain bersorak kecil, bahagia. Tapi di antara semua suara, cuma satu yang kutangkap dalam diam. Tatapan Mira yang entah apa artinya.

...****************...

Malamnya, setelah makan malam, aku membuka WhatsApp. Sudah hampir pukul sembilan malam. Aku membuka kontak dengan nama Azzam. Kutatap lama nama itu sebelum akhirnya memberanikan diri mengetik pesan.

...Azzam...

^^^Zam, lo lagi ngapain?^^^

Beberapa detik kemudian.

Lagi ngopi ni bareng Rafa, Bima, Jevan.

Kenapa?

Kangen?

Aku senyum kecil. Basa-basiku dibalas dengan kepedean tingkat dewa Azzam.

^^^Gak lah. ^^^

^^^Gue cuma basa-basi doang. ^^^

^^^Eh lo udah ada kelompok buat tugas film pendek ga sih?^^^

Belum. Belum nyari juga.

Kenapa emangnya?

^^^Gabung kelompok gue ya? ^^^

^^^Udah ada naskah, pemeran. ^^^

^^^Kurang kameramen sama editor aja nih.^^^

Beberapa detik hening.

Males ah.

Aku mengetik cepat.

^^^Ya elah. Nanti gue traktir soto deh^^^

Hm. Ngga.

Aku tercengang. Kirain dia bakal langsung oke.

^^^Pleaseee!!! ^^^

^^^(tambah emot nangis biar luluh) ^^^

Ngga.

Ngga mau gue jadi obat nyamuk disitu.

^^^Obat nyamuk siapa woi?! ^^^

Halah.

Siapa aja emang anggotanya?

^^^Gue, Mira, Erina, Yumna, Salsa, Raka, Afiq, Khalif.^^^

Ga ada Nizan?

^^^Ngga. ^^^

Lo masih berantem sama Nizan?

^^^Siapa yang berantem? ^^^

^^^Ga ada yang berantem lah. ^^^

Halah

^^^Lo mau ga nih? ^^^

^^^Kalau gamau, gue minta tolong yang lain aja. ^^^

Dih merajuk.

Iya la gue bantuin.

Kapan syutingnya?

^^^Nah gitu dong. ^^^

^^^Minggu depan ya. ^^^

^^^Syuting di sekolah dulu, terus ke taman dekat rumah gue. ^^^

^^^Jamnya nanti gue kabari lagi.^^^

Y

Aku pun menarik napas lega sambil menyandarkan kepala ke sandaran kasur.

1
Asseret Miralrio
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Daina :)
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
Saraah: Terimakasih dukungannya Daina/Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!