Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama keluarga yang sebenarnya
Axelio dibuat panik karena mendengar Rena sang istri harus melahirkan saat itu juga, awalnya memang Axel tidak mengijinkan Rena untuk ikut kepanti. Namun istrinya tersebut merengek tidak mau di tinggal, siapa tahu nanti Axel bertemu dengan adiknya. Jadi Rena juga bisa sekalian bertemu, begitulah feeling sang istri ternyata benar.
“Hallo. Cepat kerumah sakit, tunggu aku disana. Rena mau melahirkan,”
Sosok diujung telepon tak kalah bingung, namun pada akhirnya mengiyakan perintang sang atasan.
“Siap tuan Axel,”
Axel mengakhiri panggilan telepon, dia bergegas masuk kedalam mobil.
“Kak Axel kenapa duduk di situ? Pindah kebelakang, kak!” titah Rhea saat melihat Axel duduk disamping kemudi, sang supir bahkan sudah menggeleng melihat kepanikan bosnya.
Axel kemudian turun dan berpindah duduk disamping Rena, pria tersebut mengusap-usap punggung Rena yang sudah meringis.
“Rhea pamit dulu, bu. Nanti Rhea datang lagi kalau luang waktu,” pamitnya pada bu Latifa.
“Hati-hati, Rhea. Semoga nak Rena dan bayinya sehat-sehat,” ucap bu Latifa. “Aamiin," jawab Rhea.
Rhea ikut duduk di belakang, saat ini dia bertindak sebagai dokter. Meskipun dia bukan dokter kandungan, tetap saja akan lebih baik dia disana untuk membaca situasi dan keadaan sang kakak ipar.
Rhea hampir saja lupa memberitahu Almira, kebetulan sekali sahabatnya tersebut menelpon.
“Rhe, sorry. Aku tidak bisa menemani kamu kepanti,”
“Tidak apa-apa, Ra. Aku sudah dari panti, sekarang menuju rumah sakit. Kakak iparku sudah mau lahiran, aku tutup dulu. Nanti aku cerita,”
Mereka mengakhiri panggilan telepon, Rhea memasukkan ponselnya kedalam tas.
“Mulas banget ya, yank?” Axel mengusap peluh yang sudah membanjiri kening Rena, bahkan hijab sang istri juga sudah basah dibagian kepala.
Rena mengangguk. “Seperti ada yang mau keluar, mas.” Rena mengambil napas dan seperti mau mengejan.
“Yank … yank, jangan lahiran dimobil. Masa iya anakku lahir dimobil,” ucap Axel polos.
Plak
“Mas Axel! Ya mana bisa ini suruh nunda,” pekik Rena dengan napas yang ngos-ngosan.
“Dedeknya suruh nunggu sebentar, yank. Sebentar lagi sampai rumkit ini,”
“Tahu ah,” kesal Rena.
Rhea yang melihat pemandangan tersebut mengusap kedua sudut matanya, kakak dan kakak iparnya sungguh terlihat manis. Dia kemudian memeriksa kondisi Rena. “Maaf, kak. Aku lihat dulu, ya!”
Rena hanya mengangguk, dia tidak hanya meringis tapi merasa seperti energinya menguap begitu saja.
“Apa bayinya sudah kelihatan, Rhe?” tanya Rena dengan napas yang ngos-ngosan.
“Belum kak,” jawab Rhea, namun dia tahu kalau sang kakak ipar harus segera sampai rumah sakit. Rena sudah pembukaan enam, tapi Rhea tidak mau menambah panik pasangan muda tersebut.
“Berapa lama lagi sampai pak?” tanya Rhea pada supir.
“Setengah jam lagi non,” jawab supir.
Rhea menelan salivanya susah, dia menatap Rena dan Axel bergantian.
“Ada apa Rhea? Katakan saja,” ucap Axel.
“Kak Rena harus sampai dirumah sakit kurang dari tiga puluh menit, kak. Atau kalau tidak kita cari rumah sakit disekitar sini, demi ibu dan bayinya. Setelah lahir baru dipindahkan ke rumah sakit utama,” saran Rhea.
Tidak perlu berpikir panjang untuk Axel mengambil sikap saat Rhea mengatakan demi Rena dan bayinya, Axel bahkan sudah terdengar bicara di telepon.
“Hubungi direktur rumah sakit, tanyakan rumah sakit terbaik didekat area X. Istriku harus segera melahirkan,”
Entah siapa yang Axel perintahkan, karena tidak butuh waktu lama ponsel Axel sudah kembali berdering.
“Oke. Kami kesana dan suruh semuanya bersiap,” jawab Axel mengakhiri panggilan telepon.
“Kita kerumah sakit xx, pak!” titah Axel pada supir. “Siap tuan,” jawab sang supir.
Axel kemudian kembali mengusap punggung dan perut Rena. “Sabar sebentar ya, nak! Sebentar lagi kita sampai,” ucapnya pada calon bayinya.
Rhea tersenyum melihat pemandangan tersebut, hatinya menghangat ditengah kondisi panik sepasang calon orang tua muda tersebut. “Andai kak Rega sehangat kak Axel pada kak Rena,” monolognya dalam hati, namun dia segera mengenyahkan pikiran tersebut.
Rhea kembali memeriksa kondisi kakak iparnya. “Pembukaan tujuh,” ucapnya.
“Lima menit lagi kita sampai nona,” ucap supir Axel yang ikut paham situasi yang ada dikusi penumpang.
Ckiit
Mobil berhenti dilobi UGD sebuah rumah sakit swasta, Rhea lebih dulu bergegas turun dari mobil. Disana sudah menunggu dokter dan perawat dengan brangkar, perawat yang memang sudah siap kemudian membantu Rena untuk turun dari mobil dan dipindahkan pada brangkar. Axel senantiasa berdiri di samping brangkar sambil menggenggam tangan istrinya.
“Saya dokter Rhea,” menunjukkan ID card dokternya. “Nona Rena sudah pembukaan tujuh saat di jalan, mungkin saat ini sudah pembukaan delapan. Bisa langsung di bawa ke ruang bersalin,” ucapnya pada dokter wanita yang dia tahu adalah dokter kandungan dari ID cardnya.
"Terimakasih informasinya,” ucap dokter tersebut. “Bawa pasien langsung keruang bersalin,” titahnya kemudian, ruang bersalin memang sudah siap setelah direktur rumah sakit Hasafa menghubungi direktur rumah sakit xx.
Rena didorong masuk menuju ruang bersalin, Axel diijinkan masuk menamani sang istri. Sebelum dia masuk untuk ganti baju steril, Axel menepuk puncak kepala Rhea. “Tunggu kakak disini. Kamu pulang bersama kami nanti,” ucapnya diangguki Rhea.
Rhea menunggu diluar ruang bersalin, meskipun dia dokter tetap saja dia tidak bertugas disana. Jadi dia disana hanya sebagai keluarga dari pasien, Rhea bahkan takjub bagaimana sang kakak bisa melakukan semuanya dengan waktu yang singkat.
Beberapa waktu Rhea menunggu, akhirnya suara tangisan bayi terdengar dari ruang bersalin. Dia merasa lebih lega lagi setelah pintu ruang bersalin terbuka, disana para perawat membawa keluar Rena dan bayinya. Axel terus berada disamping sang istri yang terlelap setelah melahirkan.
“Baby girl,” lirih Axel pada Rhea.
Rhea mengikuti sang kakak menuju kamar VIP rumah sakit tersebut, rencananya setelah Rena bangun barulah mereka akan dipindahkan kerumah sakit Hafasa dengan helimedis.
***
Dua jam yang lalu Rena dan bayinya sudah dipindahkan dengan helimedis, saat ini Rena sudah ada diruang VVIP milik rumah sakit Hasafa. Mama muda tersebut sedang menyusui bayinya, terlihat Axel dengan perhatiannya duduk disamping sang istri.
“Sepertinya dia sudah kenyang,” Rena memberika bayinya pada Axel untuk ditidurkan pada box bayi.
“Kamu tidak mau melihat keponakan cantikmu ini, Rhea?” Rena sedari tadi melihat tatapan sang adik ipar pada keluarga kecilnya.
Rhea mengangguk. “Tunggu kakak selesai menyusui dia,” ucapnya yang sudah berdiri mendekat kearah si kecil tidur.
“Boleh aku unggah story, kak?” tanyanya pada Axel dan Rena.
“Tentu saja. Syaquila Aretha Axelio Huan,” jawab Axel memberitahu sang adik nama putrinya.
“MashaAllah nama yang cantik,” Rhea kemudian mengambil gambar tersebut.
Cekrek
📷 Take a picture “Assalamu’alaikum baby cantiknya aunty. Selamat datang Syaquila Aretha Axelio Huan,” unggahnya pada story.
Tidak ingin membuat Almira ngereog tiba-tiba, Rhea juga mengirimkan foto bayi tersebut pada sahabatnya.
📷 Take a picture “Anak kak Axel, Ra. Tuhan mempertemukanku dengan kak Axel dipanti tadi, sekarang istrinya baru saja melahirkan. Nanti aku cerita lagi,”
Rhea kemudian menaruh ponselnya pada tas, lebih tepatnya mematikan ponsel setelah mengirim pesan pada Almira. Rhea ingin menikmati momen bersama kakak dan kakak ipar dan keponakan yang baru saja dia temukan, lebih tepatnya mereka yang menemukan Rhea.
Dia lupa sejenak tentang masalahnya, hari itu dia benar-benar bersyukur ada diantara Axel dan Rena. Keluarga Rhea yang sesungguhnya, dia menunggui sang kakak ipar disana karena Axel harus keluar sebentar menemui direktur rumah sakit.
***
Rega melihat unggahan story Rhea, dia mengerutkan dahinya karena setahu dia saudara Rhea hanya Karin dan Alya. Ponsel Rhea bahkan tidak aktif saat Rega menghubunginya.
"Karin," panggil Rega.
Dengan senyum centilnya dia mendekat. “Kak Rega butuh sesuatu?” tanya Karin.
“Kamu lihat storynya Rhea? Itu siapa?” pertanyaan yang membuat Karin memberengut.
"Tidak tahu, kak. Mungkin anak sahabatnya,” jawab Karin asal. “Sudahlah kak, tidak perlu mengurus kak Rhea. Dia baik-baik saja, sebaiknya kakak nikmati pesta BBQ-an ini.” Karin menarik lengan Rega untuk kembali bergabung dengan rekan-rekan mereka.
Diujung sana Aldo menghela napas panjang.
“Jaga dia baik-baik, Aldo. Acara seperti ini bisa dimanfaatkan orang yang licik,” Leo menepuk pundak Aldo seraya mengingatkan jamuan bisnis yang saat ini mereka adakan.
Aldo mengangguk. “Akan lebih baik kalau ada mbak Rhea disini, pak. Setidaknya ada pawangnya,” jawab Aldo.
“Tapi sayangnya tuanmu itu tidak menganggap kalau Rhea pawangnya. Padahal ngigau saja Rhea yang disebut,” imbuh Dio.
Leo dan Aldo mengangguk, mereka bertiga tetap waspada memperhatikan Rega. Meskipun track record Rega lebih baik dari mereka semua, Rega juga tahu batasan. Namun tetap saja yang mereka waspadai bukanlah Rega, tapi Karin dan juga rekan bisnis Rega yang lain.
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂