( Musim Ke 2 : Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat )
Setelah menepati janjinya yang tersisa pada Sekte Langit Baru dan Tetua Huo, Tian Feng tidak lagi bersembunyi. Didorong oleh sumpah pembalasannya, ia memulai perburuan sistematis terhadap Aula Jiwa Bayangan. Bersama Han Xue dan Ying sebagai mata-mata utamanya, mereka membongkar satu per satu markas rahasia Aula Jiwa Bayangan, bergerak seperti dua hantu pembalas dendam melintasi Benua Tengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 302
Fuuush.
Ruang bergetar sesaat sebelum tiga sosok (dan seekor serigala) muncul tanpa suara di tengah area yang gelap. Mereka mendarat di atas batu obsidian yang dingin. Di atas mereka, langit merah darah Tanah Tandus Iblis berputar perlahan, diselimuti asap belerang.
Udara di sini terasa berat dan mematikan. Energi jiwa yang pekat dan penuh kebencian menekan mereka dari segala arah, cukup kuat untuk membuat seorang Dou Wang biasa pingsan seketika.
"Hmph. Tempat menjijikkan," gerutu Xu Zhao (Dou Sheng 1), tubuh barunya yang kekar tampak tegang. "Aku bisa merasakan formasi besar di depan kita. Ilusi yang kuat. Biar aku hancurkan."
"Jangan," perintah Tian Feng (Fisik T10 / Ban Sheng Puncak) pelan. Matanya yang merah keemasan menatap kehampaan di depan mereka. "Menghancurkannya akan membangunkan Tetua Pertama Dou Sheng Puncak yang sedang tidur itu. Kita harus masuk tanpa suara."
Di depan mereka, seolah tidak ada apa-apa. Hanya sebuah dinding hitam yang polos. Tetapi di bawah Mata Roh Langit Tian Feng, ia melihat sebuah ilusi jaring laba-laba energi spiritual yang rumit, ditenagai oleh kebencian dari pegunungan itu sendiri. Jejak tangan Gu Yao terasa jelas di setiap simpulnya.
"Sangat kuat," kata Han Xue (Dou Zong 4), matanya menyipit. "Indra spiritualku tidak bisa menembusnya."
"Tapi kau tidak perlu menembusnya," kata Tian Feng. "Kau hanya perlu menemukan retakannya. Kau adalah bayangan, Han Xue. Dan ilusi, pada dasarnya, hanyalah permainan bayangan dan cahaya. Kau adalah pisaunya. Tunjukkan padaku di mana harus memotong."
Han Xue mengangguk. Ia melangkah maju, melepaskan aura dinginnya. Ia memejamkan mata. Di sisinya, Ying melakukan hal yang sama, tubuhnya menekan rendah ke tanah, telinganya bergerak-gerak. Manusia dan binatang roh itu kini menyatukan indra mereka.
Han Xue tidak mencoba melihat formasi itu. Ia merasakannya. Ia merasakan aliran energi gelap yang menopang ilusi itu. Ia bergerak perlahan di sepanjang dinding kaldera yang tak terlihat, jari-jarinya yang ramping menari-nari di udara, seolah sedang membaca sebuah naskah kuno yang tak kasat mata.
Tian Feng menunggu dalam diam. Xu Zhao jelas tidak sabar, tetapi ia menahan diri di bawah tatapan tajam Tian Feng.
Setelah lima menit yang terasa seperti keabadian, Han Xue tiba-tiba berhenti. Matanya terbuka. "Di sini."
Ia menunjuk ke sebuah titik di dinding batu yang tampak biasa saja. "Ini bukan retakan fisik. Ini adalah... jeda. Sebuah simpul rune yang energinya berdenyut tidak selaras dengan rune lainnya. Ada jeda sepersekian detik setiap sepuluh napas."
Xu Zhao menatap titik itu. "Aku tidak melihat apa-apa. Kau yakin, gadis kecil?"
"Dia yakin," kata Tian Feng. Ia melangkah maju, berdiri di depan titik yang ditunjuk Han Xue. "Jeda sepersekian detik tidak cukup bagi kita untuk melewatinya tanpa memicu alarm."
"Lalu apa?" tanya Xu Zhao.
"Kita tidak akan melewatinya," jawab Tian Feng. "Kita akan membukanya."
Ia mengangkat tangan kanannya. Ia tidak mengumpulkan Dou Qi ia tidak punya banyak. Sebaliknya, ia memfokuskan kekuatan fisik Tingkat Sepuluh (Dou Di) miliknya, mengendalikannya dengan presisi jiwa Ban Sheng Puncak.
Ia tidak meninju. Ia meletakkan telapak tangannya dengan lembut di dinding batu itu.
Han Xue melihat ke arahnya. "Sekarang!"
Pada saat yang sama persis dengan jeda sepersekian detik yang dirasakan Han Xue, Tian Feng menyalurkan kekuatannya. Bukan ledakan, melainkan sebuah pelintiran. Ia menggunakan kekuatan fisik Dou Di-nya untuk secara paksa memelintir hukum ruang di simpul rune yang lemah itu.
KRRRRIIIKKK...
Sebuah suara sobekan kertas yang teredam terdengar. Udara di depan mereka beriak hebat, dan dinding batu yang tadinya tampak keras kini melebur, menampakkan sebuah celah gelap seukuran pintu. Ilusi itu telah dipaksa terbuka dari dalam ke luar, tanpa memicu satu pun alarm.
Xu Zhao menatap, Menggunakan kekuatan fisik murni untuk memanipulasi formasi ilusi tingkat tinggi? Kaisarnya yang baru ini benar-benar monster.
"Ayo pergi," kata Tian Feng. "Tetap di belakangku. Jangan sentuh apa pun."
Ia melangkah masuk ke dalam celah itu, Han Xue dan Ying mengikuti seperti bayangan, dengan Xu Zhao yang masih sedikit terkejut menjaga di belakang.
Mereka telah berhasil menembus lapisan pertahanan luar. Mereka kini berada di halaman dalam Benteng Api Penyucian Hitam. Di depan mereka, menara-menara penjaga yang dijaga oleh para Dou Zong.