NovelToon NovelToon
Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Dikelilingi wanita cantik / Misteri / Berbaikan / Fantasi Wanita / Playboy
Popularitas:241
Nilai: 5
Nama Author: Zaenal 1992

Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Strategi Licik Clara dan Siska

Clara kembali ke mejanya dengan langkah tergesa. Wajahnya merah padam menahan amarah. Siska, sahabat sekaligus rekan kerjanya, menyadari perubahan suasana hati Clara.

"Hei, kenapa muka lo ditekuk gitu? Kayak cucian belum disetrika," tanya Siska sambil terkekeh.

Clara mendengus. "Gue lagi kesel banget, Sis. Lo tau kan, gue udah lama naksir sama Rian?"

Siska mengangguk. "Ya, terus kenapa? Ada yang berani ngerebut?"

"Itu dia masalahnya! Si anak baru itu, Sinta! Gue liat sendiri tadi, dia makan siang berdua sama Rian. Senyum-senyum lagi! Kayak nggak punya dosa," gerutu Clara sambil menggebrak meja pelan.

Siska mengangkat alisnya. "Maksud lo, Sinta si anak baru yang lagi diomongin satu kantor itu?"

Clara mengangguk dengan wajah masam. "Iya, dia! Sok polos, padahal gue yakin dia sengaja deketin Rian buat manfaatin posisinya."

Siska berpikir sejenak, lalu tersenyum licik. "Hmm, menarik. Jadi, lo mau gue bantu?"

Clara menatap Siska dengan penuh harap. "Bantu gimana? Gue udah nggak tahan liat mereka berdua."

Siska menjelaskan rencananya dengan suara pelan. Clara mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk tanda mengerti. Semakin lama, senyum licik semakin menghiasi wajahnya.

Mata Clara berbinar mendengar rencana Siska. "Wah, ide bagus! Tapi, emang lo berani?"

Siska menyeringai. "Santai aja. Gue udah lama makan asam garam di kantor ini. Gue tau celah-celahnya. Yang penting, lo ikutin aja rencana gue. Dijamin, Sinta bakal minggir dari hadapan lo dan Rian."

Clara mengangguk mantap. "Oke, gue ikut lo. Kita kasih pelajaran buat si anak baru itu!"

Mereka berdua tersenyum penuh arti, merencanakan strategi untuk menjatuhkan Sinta. Dendam dan ambisi membutakan mata mereka, membuat mereka tidak menyadari bahwa rencana jahat mereka bisa berbalik menghantui mereka sendiri.

Setelah seharian bekerja berjibaku dengan pekerjaan dan intrik kantor, Sinta (Bram) menghela napas lega saat jam pulang kantor berbunyi. Ia membereskan mejanya, berusaha mengabaikan tatapan sinis Clara yang masih terasa membakar punggungnya.

Saat keluar dari gedung kantor, pemandangan yang sudah ia duga langsung menyambutnya: Raka dan Reno, dengan mobil masing-masing, sedang beradu argumen sengit di depan gerbang.

"Gue duluan yang dateng! Jadi, gue yang jemput Sinta!" seru Raka, wajahnya merah padam.

"Nggak bisa gitu! Gue yang lebih pantes jemput Sinta! Mobil lo kan butut!" balas Reno, tak kalah sengit.

Sinta (Bram) menggelengkan kepala. "Ya Tuhan, kenapa mereka nggak bisa berhenti bersikap seperti anak kecil?" gumamnya dalam hati. Ia memutuskan untuk tidak menghampiri mereka dan memilih berjalan ke halte bus terdekat.

"Sinta!" teriak Raka dan Reno bersamaan saat melihatnya berjalan menjauh. Mereka langsung berlari mengejarnya, meninggalkan mobil mereka begitu saja di depan gerbang kantor.

"Sinta, tunggu! Mau kemana? Biar gue anter!" kata Raka, menarik lengan Sinta (Bram).

"Nggak usah! Gue bisa sendiri!" jawab Sinta (Bram) ketus, berusaha melepaskan diri.

"Nggak! Gue nggak mau lo kenapa-kenapa! Apalagi sama cowok-cowok brengsek di jalan!" timpal Reno, ikut menarik lengannya.

"Lepasin gue! Kalian berdua sama aja! Bikin gue risih!" bentak Sinta (Bram), akhirnya berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Raka dan Reno. Ia berlari menuju halte bus, meninggalkan Raka dan Reno yang terpaku di tempat.

Dengan perasaan kesal dan lelah, Sinta (Bram) akhirnya sampai di rumah Maya. Ia langsung merebahkan diri di sofa, tanpa mengganti pakaian kerjanya.

"Capek banget..." keluhnya.

Maya yang sedang asyik menonton TV langsung menoleh. "Kenapa lo? Muka lo kusut banget kayak baju belum disetrika," tanyanya.

Sinta (Bram) menceritakan semua kejadian yang dialaminya hari itu: tatapan Rian yang membuatnya risih, sindiran pedas Clara, dan kelakuan Raka dan Reno yang semakin menjadi-jadi.

"Gila! Hidup lo kayak sinetron! Tapi, gue nggak heran sih sama kelakuan kak Raka dan kak Reno. Mereka kan emang Suka sama lo," komentar Maya. "Tapi, lo sendiri gimana? Lo nggak ada rasa sama Rian?"

Sinta (Bram) terkejut. "Maksud lo?"

Maya mengangkat alisnya. "Ya, lo kan jadi cewek sekarang. Siapa tau lo jadi naksir sama Rian. Dia kan lumayan ganteng dan tajir."

Sinta (Bram) mendelik. "Enak aja! Gue masih normal ya! Gue nggak tertarik sama cowok!"

Maya tertawa. "Santai, Bram! Gue cuma nanya. Tapi, lo juga harus hati-hati sama Clara. Dari cerita lo, dia kayaknya beneran naksir sama Rian dan nganggap lo sebagai saingan."

"Gue juga ngerasa gitu. Dia kayaknya punya rencana jahat buat gue," timpal Sinta (Bram) khawatir.

Maya menepuk bahu Sinta (Bram). "Tenang aja. Lo nggak sendirian. Gue bakal bantu lo. Kita hadapi mereka sama-sama!"

Sinta (Bram) tersenyum lega. "Makasih ya, May. Lo emang sahabat terbaik gue."

Maya membalas senyum Sinta (Bram). "Udah, sekarang lo mandi terus makan. Abis itu kita mikirin strategi buat ngadepin Clara dan dua 'satpam cemburu' lo itu," katanya sambil terkekeh.

Sinta (Bram) tertawa kecil. Meskipun masih merasa khawatir, ia merasa sedikit lebih baik setelah bercerita pada Maya. Ia tahu, dengan bantuan sahabatnya, ia bisa menghadapi segala rintangan yang menghadang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!