"aahh teriak Mila, ampun jin penunggu kebun teh, saya tidak sengaja.
Biarkan saya pergi jin, saya gadis biasa tidak pantas jin jadikan istri.
"kata-kata Mila membuat Andrean ingin tertawa, lelaki tampan itu sekuat tenaga menahan tawa nya.
"Jan jin, Jan jin" sembarangan saja kalau ngomong.
ini saya guru kamu, ngapain kamu masih gelap lari-lari di jalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizah salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Bos Muda
Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh, satu jam sudah Excel mengendarai mobil nya.
Lelaki bertubuh tinggi, yang tidak memiliki lemak di bagian perut nya, sampai di perusahaan milik pak luis Sinaga.
PT SAMUDERA GRUP
Excel melangkahkan kaki nya, menuju lobi gedung yang menjulang tinggi.
Sekuriti penjaga pintu kaca otomatis itu, menyambut kedatangan putra dari atasan nya.
"Selamat pagi pak Excel." ucap pak sekuriti menunduk.
"Pagi juga pak." jawab Excel ramah.
Walau pun Excel anak dari pemilik kantor, tapi lelaki tampan itu tidak memiliki sikap angkuh.
Excel juga ramah dan baik tidak sombong.
Tidak ada keluhan dari para karyawan kalau bos nya itu angkuh.
Excel lelaki tampan calon pewaris, memasuki ruangan sang pemilik perusahaan.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Excel mendorong pintu ruangan pak luis.
"Selamat pagi pak, "boleh saya masuk ke ruangan bapak." tanya Excel di ambang pintu.
Pak luis Sinaga yang duduk di atas kursi kebesaran nya, melihat ke arah pintu.
"Cepat masuk, "dan jangan berbasa-basi." jawab pak luis dengan nada tegas.
"Baik pak." Jawab anak lelaki pak luis sambil melangkah masuk ruangan.
"Excel." panggil pak luis.
"Iya pah, Excel di sini."
"Tolong kamu urus pertemuan, "dengan pak Mahendra. "pemilik perusahaan PT CAHAYA MENTARI GRUP.
"Pah, Excel belum paham, "urusan kerja sama."
"Kalau sekedar jadi pendamping papah. "Excel bisa."
"Dari dulu, "papah sudah sering bilang, "kamu ikut papah mengurus kantor."
"Biar kamu paham urusan kantor, "ini malah keluyuran tidak jelas."
"Dulu Excel, "masih ingin main-main pah, "sebelum mewarisi perusahaan papah."
"Nanti kalau Excel, "sudah mengurus perusahaan "Excel juga akan serius, "dengan kerjaan Excel."
"Ya sudah terserah kamu saja, "nanti sebentar lagi ikut papah."
"Papah masih merevisi berkas-berkas ini.? tunjuk pak luis.
"Mau Excel, bantu pah."
"Tidak perlu, "kamu tunggu saja, duduk manis."
"Dengan senang hati, "pak luis Sinaga."
Mendengar perkataan anak nya, pak luis geleng-geleng kepala, hadeh.
Satu jam sudah berlalu, pak luis selesai merevisi.
Membuat kepala pak luis sedikit pusing.
"Excel ayo kita pergi sekarang, "kerjaan papah sudah selesai."
Pak luis sudah lebih dulu, keluar dari ruangan nya, di ikuti putra sulung nya dari belakang.
Pak luis berpapasan dengan asisten nya.
"Permisi pak, "apa saya ikut sama bapak, "menghadiri pertemuan pagi ini." tanya sena asisten pak luis.
"Tidak perlu, "saya akan pergi bersama putra saya."
"Oh baik pak," jawab Sena menunduk.
Pak direktur kembali melangkah, berjalan kearah lobi.
Pak sekuriti penjaga pintu kaca lobi, menyapa atasan nya.
"Selamat pagi, menjelang siang pak."
Pak luis mengangguk.
Kedua lelaki beda usia, melangkah keluar dari kantor.
Setelah sampai di depan kantor, tempat terparkir nya mobil.
Excel memang sengaja, tidak memarkirkan mobil nya di basement kantor.
Biar lebih mudah, dan cepat menuju mobil nya.
Pak luis menyuruh putra sulung nya untuk menyalakan mesin mobil milik Excel.
"Excel cepat sedikit, "kita sudah di tunggu."
Setelah kedua nya masuk mobil, Excel mengendarai mobil nya, dengan kecepatan sedang.
Jalanan yang sudah mulai lowong, memudahkan Excel melajukan mobil nya.
Mungkin para pengendara sebagian sudah mulai asik dengan tugas nya masing-masing.
"Pah, kita mau ke mana.? tanya Excel.
"Ke cafe ini, "pak luis memperlihatkan ponsel nya."
"Ok pah. "Lelaki tampan itu mengia kan.
Kebetulan cafe yang di tuju Excel, jam 11:00 siang sudah di buka.
"Pak luis merubah waktu pertemuan yang di janjikan, karna ada kerjaan yang harus di selesaikan.
Excel menepikan mobil nya di depan cafe, pah kita sudah sampai.
Pak luis turun dari mobil putra nya, begitu juga Excel.
Kedua nya memasuki cafe, di ke jauhan sudah terlihat, pak Mahendra sedang duduk bersama lelaki kurang lebih seumuran dengan Excel anak nya pak luis.
Pak luis mendekati meja pak Mahendra.
"Selamat siang pak Mahendra, "maaf saya terlambat, "dan bapak terpaksa menunggu saya.? ucap pak luis.
"Oh tidak masalah pak luis.? jawab pak Mahendra sambil menjabat tangan pak luis.
Excel yang baru masuk menyusul pak luis, lelaki bertubuh tinggi itu terkejut, ada Raditya di meja, bersama partner bisnis papah nya.
"Elo, di sini juga dit.? tanya Excel.
"Oh iya cel, "gue ikut papah ke sini."
"Ini kenalin papah gue, "pah ini kenalin teman Radit.
"Siang om.? "selamat siang juga. Ayo silahkan duduk.
"Cel jadi ini papah loe.? ucap Raditya menebak.
"Iya dit, "sama gue juga di ajak papah kesini."
"Oh jadi kalian sudah saling kenal." tanya pak Mahendra.
"Bukan kenal lagi om, "kami sahabatan."
"Sejak kapan kalian berteman."
"Sejak kami, "masih bau kencur om." jawab Excel.
"Kebetulan sekali kalau begitu, "kalian berdua bisa menjalankan kerjasama ini."
Perkataan pak Mahendra, di benarkan sama pak luis.
"Saya sudah melihat presentasi, "dan cara kerja bapak cukup propesional."
"Pak luis, "saya menerima kerjasama nya. "semoga berjalan dengan baik, "sesuai harapan kita."
Kedua lelaki parubaya itu saling menjabat tangan, tanda persetujuan di antara kerjasama yang baru akan di mulai.
Kedua nya saling menandatangani berkas kerjasama yang sudah di siap kan.
"Ya sudah pak luis, "saya harus segera kembali ke kantor."
"Kerjaan saya masih banyak, "yang belum saya cek."
"Baik pak Mahendra, "kita bisa lanjut kan ngopi nya di lain waktu."
"Dan terimakasih, "atas kerjasama nya, "pak Mahendra."
"Sama-sama pak, "saya tinggal lebih dulu."
"saya permisi pak luis."
"Silahkan pak Mahendra."
"Excel gue balik duluan ya, "nanti kita lanjut ajak si Marsel juga."
"Iya siap, "calon bos muda ha ha ha." jawab Excel sambil tertawa.
Ke dua nya meninggal kan pak luis beserta putranya yang masih duduk di kursi cafe.
"Pah, kok papah bisa kenal, "sama papah nya Radit."
"Nama nya juga pengusaha cel, "ya pasti kenal."
"Bukan cuma pak Mahendra, "yang papah kenal."
"Sampai puluhan, "bahkan ratusan pengusaha papah kenal semua nya."
"Tapi papah, "tidak sembarangan memilih partner."
"Papah memang hebat, "patut di acungi jempol."
"Sekarang kita mau langsung balik ke kantor, "apa masih mau menikmati kopi di sini." tanya Excel.
"Kita balik ke kantor dong, "siapa yang mau beresin kerjaan papah di kantor nanti."
"Ya sudah pah ayo, "ini sudah terlalu lama kita nongkrong di sini."
Tidak terasa waktu sangat cepat berlalu, Excel melihat jam tangan nya.
Sudah menunjukan jam dua siang.
"Astaga pah Excel telat jemput Ervina, "pasti anak gadis papah, "yang manja itu sudah ngambek."
"Excel enggak bisa bayangin pah, "ngambek nya Ervina seperti apa."
"Ya sudah cel, "kita jemput sekarang."
Kedua lelaki beda usia itu, meninggalkan cafe dengan terburu-buru.
Langkah cepat Excel membuat pak luis kelelahan.
"Tunggu Excel, "papah tidak bisa, berjalan cepat seperti kamu.? ucap pak luis ngos-ngosan.
Lelaki tampan itu, memperlambat langkah nya.
Setelah itu pak luis bisa menyusul anak nya, yang sudah berada di dalam mobil.