NovelToon NovelToon
Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Seharusnya Aluna tahu kalau semesta tak akan sudi membiarkan kebahagiaan singgah bahkan jika kebahagiaan terakhirnya adalah m*ti di bawah derasnya air hujan. la malah diberikan kesempatan untuk hidup kembali sebagai seorang gadis bangsawan yang akan di pe*ggal kep*lanya esok hari.
Sungguh lelucon konyol yang sangat ia benci.
Aluna sudah terbiasa dibenci. Sudah kesehariannya dimaki-maki. la sudah terlanjur m*ti rasa. Tapi, jika dipermainkan seperti ini untuk kesekian kali, memang manusia mana yang akan tahan?!
Lepaskan kemanusiaan dan akal sehat yang tersisa. Ini saatnya kita hancurkan para manusia kurang ajar dan takdir memuakkan yang tertoreh untuknya. Sudikah kamu mengikuti kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Aluna Capella bisa merasakan napasnya yang menderu. Bagaimana tenggorokannya panas dan ingin memuntahkan darah. Juga sesak yang menghimpit dadanya amat keras.

[ Apa itu terasa sangat sakit, manusia? Tapi, kau akan selalu merasakannya seminggu sekali sebagai pengingat kalau sebentar lagi kau akan ma-ti!]

[Tiap Minggu rasa sakitnya akan berlipat ganda dan semakin banyak kekuatan suci milikku kau gunakan, semakin sakit dan besar dampaknya.]

Aluna merasa penglihatannya memburam. Walau sedikit, dia tahu kalau ini salah satu efek sampingnya. Sial, kenapa harus di pesta dia sekarat seperti ini. Pasti sistem sengaja melakukannya.

"Agatha, apa yang kau lakukan disini?" Seseorang mendekat ke arahnya. Aluna mencoba meredam rasa sakit yang dia rasakan dan bersikap normal.

"Wajahmu pucat sekali, apa kau sakit?" Aluna menepis tangan pria itu yang hendak menyentuh bahunya.

"Aku baik-baik saja, Putra Mahkota." Yang ada di hadapannya adalah Alexander. Pria berambut hitam legam itu mengerutkan keningnya tidak suka. Berani sekali gadis ini menolaknya.

"Jangan memanggilku Putra Mahkota, kau sudah memanggilku Alex dari kita kecil, Agatha." Tidak tahu malu, satu kata yang muncul di pikiran Aluna seketika. Membahas masa kecil di saat pria itu yang lebih dulu menghancurkan kehidupan Agatha. Jika bukan karena gelarnya, Aluna dapat memastikan kalau telapak tangannya sudah bersarang di pipi Alexander.

"Apa anda lupa siapa yang bersikeras menjatuhkan ku ke penjara dan memberikan hukuman ma-ti untuk kesalahan yang seharusnya tidak sampai di berikan hukuman seperti itu? Membahas masa kecil setelah apa yang kau lakukan, Alexander, berhentilah membuatku jijik!"

Bagian mana yang bisa membuat Agatha jatuh cinta? Aluna merasa kalau pria ini juga tidak cocok dengan perannya sebagai tokoh utama. Otaknya terlalu rusak dan tidak masuk akal.

"Kau bilang aku menjijikan? Agatha, apa kau lupa bagaimana aku menyelamatkanmu saat kita kecil? Kau pasti sudah ma-ti jika aku tidak menyelamatkanmu hari itu!" Alexander menatapnya tajam.

"Kalau begitu bu-nuh aku." Aluna menyeringai. "Apa kau sekarang tidak bisa membu-nuhku seenaknya seperti dulu? Kau pasti terkejut aku menjadi Saintess sekarang. Tapi, mana mungkin aku tertipu oleh wajahmu yang bermuka dua itu."

Alexander mengangkat tangannya marah. Bersiap menampar gadis yang berani bertindak kurang ajar padanya. Aluna menyeringai, akan lebih baik jika telapak tangan itu mendarat di wajahnya.

Putra mahkota melukai Saintess Kuil Suci. Aluna menantikan judul itu tertulis di koran esok hari. Sedikit demi sedikit, dia akan membuat martabat nya runtuh hingga berada di bawah kakinya.

"Putra mahkota, bagaimana bisa anda bersikap lancang kepada Nona Saintess?" Teguran itu membuat telapak tangan Alex berhenti di udara. Mereka menengok ke sumber suara. Seorang wanita tiga puluhan yang mengenakan gaun hitam pekat mendekat ke arah mereka.

Keriput di wajahnya menandakan seberapa lama wanita itu berkecimpungan di dunia kelas atas. Countess Ingrid, pendukung utama dari fraksi Ratu Helene.

"Bagaimana anda melupakan tata krama anda hingga ingin melukai Saintess? Jangan melupakan martabat anda karena terlalu sering berinteraksi dengan gadis jelata."

Alex tidak berani membantah.

Meskipun telapak tangannya telah mengepal kuat di sisi tubuhnya. Dia tahu Ingrid berniat membantunya. Wanita itu adalah orang kepercayaan ibunya.

"Mohon maafkan kekasaranku, Nona Saintess." Tanpa menunggu jawaban Aluna, Alexander berlalu pergi. Emosinya masih tidak terkendali saat ini.

"Astaga, Putra Mahkota sungguh berubah setelah mengenal gadis jelata itu." Countess Ingrid menutupi sebagian wajahnya dengan kipas di tangannya. Tatapannya mengikuti kepergian putra mahkota hingga pemuda itu menghilang dari sana.

"Sepertinya, gadis jelata itu menularkan perilaku buruknya. Aku tidak tahu apa yang menarik dari gadis yang tidak dididik di pergaulan atas seperti gadis itu. Dia bahkan terlihat konyol mengenakan semua perhiasan berat di tubuhnya yang terlalu kecil itu." Countess Ingrid tidak segan mengkritik Emily. Sebagai wanita yang besar di dunia bangsawan, dia sangat meremehkan Emily.

Latar belakang seseorang sangat penting di matanya. Ingrid tidak setuju saat Alexander malah mengangkat gadis semacam itu sebagai putri mahkota. Menurutnya, Emily tidak memiliki kualitas sebagai seorang ratu.

"Mungkin, hanya Putra Mahkota yang mengetahui pesona gadis itu, Countess. Dia bahkan bersusah payah membawanya ke tempat seperti ini."

"Dia tidak akan pernah semempesona anda, Lady Agatha." Countess tersenyum. Baik latar belakang maupun kemampuannya di pergaulan kelas atas Agatha terlahir untuk menjadi pusat perhatian.

"Hahaha, anda terlalu memujiku."

"Nona Saintess, apa anda ingin kembali ke posisi Putri Mahkota? Saya akan membantu anda menyingkirkan hama itu dari jalan anda. Kau tau, Ratu Helene menginginkan hal yang sama."

[Nenek tua, sia-lan! Tokoh utama wanita ditakdirkan untuk menjadi Ratu! Beraninya kau ingin menyingkirkan dia!] System tidak bisa menahan diri untuk tidak memaki. Sumbu pendeknya langsung tersulut mendengar perkataan Countess.

Dari awal, cerita ini berpusat pada tokoh utama wanita. Gadis itu kunci alur dunia ini berjalan. System tidak bisa membayangkan jika Emily berhasil diturunkan dari posisinya. Seluruh garis takdir dunia ini akan hancur berantakan.

Aluna tidak menyangka akan mendapat tawaran seperti itu dari pihak ratu. Bodoh jika dia tidak memanfaatkannya baik-baik.

"Saya tidak bisa berjanji untuk menjadi Putri Mahkota lagi. Harga diriku tidak mengizinkan aku melakukan itu. Tapi, membuat Emily hancur lalu membiarkan Alex bersama gadis yang lebih baik darinya terdengar sangat menarik."

Countess cukup menduga jawaban Aluna. Gadis manapun tidak akan terima diperlakukan seperti itu. Terutama mereka yang memiliki harga diri tinggi.

"Tolong hubungi saya jika anda punya rencana untuk menyingkirkan Emily, Lady Agatha. Saya sungguh tidak sabar menyaksikan dia hancur berkeping-keping dan kembali ke tempat asalnya."

"Tentu, saya dapat berjanji itu tidak akan memakan waktu lama." Mereka berjabat tangan dengan senyum penuh arti.

•••

"Maaf membiarkanmu pulang sendirian, Aluna." Sekali lagi, permintaan maaf keluar dari bibir Eugene. Ada urusan yang membuatnya harus tinggal di Kerajaan malam ini. Mereka tidak bisa pulang bersama.

"Berhenti minta maaf. Aku bukan penakut yang tidak berani pulang ke Kuil sendirian." Lagipula, Aluna hanya perlu menaiki kereta kuda yang sudah disiapkan Eugene. Perjalanan akan sedikit sepi, namun itu bukan masalah besar. Dia punya system yang tidak pernah berhenti untuk mengomel.

[Kalau kau berani berbuat sesuatu pada Emily aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan, manusia!]

"Aku tahu, tapi aku ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu." Eugene menundukkan kepalanya sedih. Aluna tanpa sadar tersenyum tipis. Tangannya mengelus puncak kepala pemuda itu lembut.

"Kita masih punya banyak waktu sebelum aku mati, Eugene. Kau tenang saja." Eugene tambah cemberut. Apa Aluna tidak bisa menghiburnya dengan kata-kata lain? Eugene tidak suka mendengarnya membahas kematian seolah itu bukan suatu masalah.

"Aku pergi dulu. Kalau bisa hindarilah minum terlalu banyak anggur." Aluna meninggalkan istana kerajaan. Menghampiri kereta kuda dengan lambang kuil suci yang sudah menunggunya.

"Apa perlu saya bantu untuk naik, Lady?" Kening Aluna mengernyit heran. Entah kenapa dia merasa ada yang salah dengan kusir di depannya.

1
Putri Ana
lanjutannya thorrrr
Putri Ana
thor kok belum ada lanjutannya
Putri Ana: yaahhh usahakan yaah kak🤭
total 2 replies
Cindy
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly
jangan lupa bintangnya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!