NovelToon NovelToon
Dimanja Sahabat Sendiri

Dimanja Sahabat Sendiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Dokter / Office Romance
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Aruna adalah seorang perawat di poli psikiater yang bekerja bersama sahabat lamanya, Dirga — seorang dokter psikiater . Persahabatan mereka yang telah terjalin sejak SMA berlanjut hingga dewasa, bahkan keluarga mereka pun saling mengenal dekat. Namun kehidupan Aruna berubah ketika ia mulai menerima teror misterius dari seseorang yang terus mengintainya. Ketakutan membuatnya mencari perlindungan pada Dirga tanpa berani menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Di tengah tekanan batin itu, keduanya juga menghadapi desakan orang tua masing-masing untuk segera menikah.

Dalam kebingungan dan rasa terdesak, Aruna dan Dirga akhirnya sepakat menikah. Bagi Dirga, pernikahan itu hanyalah cara memenuhi keinginan keluarga. Namun bagi Aruna, keputusan itu menyimpan alasan tersembunyi . Seiring waktu, Dirga mulai melihat sisi lain dari Aruna: trauma, luka, dan rahasia masa lalu yang membuatnya hancur dalam diam.
Akan kah Cinta akan menyatukan mereka atau mungkin akan memisahkan keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13.Ciuman

Di dalam, Dirga duduk bersandar di kursinya, menutup berkas dengan gerakan pelan. Pandangannya kosong menatap meja, bibirnya terangkat tipis, getir. Gumam lirih lolos begitu saja dari mulutnya.

“Barusan gue seperti menasihati diri sendiri…”

Aruna tertegun di ambang pintu. Ia tak sengaja mendengar jelas kalimat itu.

“Maksud lo, Ga?” tanyanya pelan, alisnya berkerut.

Dirga mendongak, sedikit terkejut karena tidak menyadari kehadiran Aruna. Tatapan mereka beradu sejenak, lalu ia menegakkan duduknya, menyamarkan wajah yang sempat murung.

Senyum tipis tersungging di bibirnya. “Ah… itu cuma kebiasaan gue aja, Run. Kadang kalau abis ngomong sama pasien, gue refleks mikir, kayak lagi ngomong ke diri sendiri. Supaya gue juga inget buat nggak nyerah.”

Aruna menatapnya penuh selidik, seakan tak puas dengan jawaban itu. Ada sesuatu di nada suara Dirga yang terasa terlalu getir untuk sekadar refleks biasa.

Namun Dirga cepat-cepat menutup topik. Ia meraih berkas baru dan menaruhnya di meja, seolah sibuk. “Udah, sana… lo harus istirahat juga. Jangan kebanyakan mikirin pasien orang lain. Gue masih ada catatan yang harus diberesin.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam itu, aroma iga sapi bakar menyeruak hangat memenuhi udara. Warung sederhana itu sudah seperti rumah kedua bagi mereka, tempat segala tawa, curhat, dan rahasia kecil tertinggal. Maya, Raka, Bima, dan Nadya sudah duduk rapi di meja panjang dekat jendela, menunggu dengan wajah setengah kesal setengah lapar.

Begitu Aruna dan Dirga melangkah masuk, Maya langsung melompat dari kursinya dan menyambar tangan Aruna.

“Lama amat sih lo, Run! Kita hampir aja balik gara-gara nungguin kalian!” serunya, matanya melotot kecil tapi senyum tak bisa disembunyikan.

Aruna terkekeh, hendak menjawab, tapi Maya menunduk cepat, berbisik di telinganya.

“Rahasia gue masih aman kan, Run?”

Aruna mendengus, malas, namun mengangguk. “Iya, aman.”

Maya langsung tersenyum puas dan kembali duduk di samping Raka, bergelayut manja sambil mengedip nakal—pertanda rahasia ciuman mereka aman.

Sementara itu, Dirga masih berdiri di ambang pintu dengan wajah datar. Pandangannya menyapu meja yang riuh, lalu ia mendesah.

“Kayaknya gue balik aja deh…” gumamnya.

Bima yang mendengar itu langsung berdiri, meraih lengannya tanpa basa-basi.

“Enak aja! Dari tadi gue udah kelaparan gara-gara nungguin lo. Jangan merusak suasana!” Dengan sedikit tenaga, ia menarik Dirga duduk di sampingnya—dan otomatis, tepat di sebelah Aruna.

Dirga hanya mendengus kecil, tapi akhirnya menurut.

Tak lama, makanan pun datang. Piring-piring penuh iga bakar berkuah kental tersusun di meja, ditambah sambal merah yang menggoda.

Suasana mendadak hangat, penuh suara sendok garpu, gumaman puas, dan celotehan yang saling tumpang tindih.

Dirga dengan tenang mulai memotong daging iga di hadapannya. Ia memisahkan potongan dari tulangnya satu per satu, meniupnya pelan agar tidak terlalu panas. Setelah selesai, tanpa banyak bicara ia meraih piring Aruna, lalu menukarnya dengan piring miliknya.

“Makan yang ini aja,” ucapnya ringan, seolah hal itu wajar dilakukan. “Udah gue potongin biar gampang.”

Aruna tertegun sesaat, menatap piringnya lalu menoleh pada Dirga.

"Thank you''.ucap Aruna , ujung bibirnya terangkat tipis menarik piring iga bakarnya.

Dirga hanya mengangguk kecil, senyum tipis muncul tanpa bisa ditahan.

Tak mau kalah Maya pun langsung menatap ke arah Raka dan bermanja, begitu melihat perlakuan dirga pada Aruna yang hanya sebatas sahabat bisa seromantis itu.

“Baby…” Maya mendadak memonyongkan bibir imut ke arah Raka.

“Iya, sayang?” sahut Raka lembut, membuat meja langsung hening.

“Kayaknya aku nggak bisa deh megang pisau, kalau nanti tangan aku luka gimana?” rengeknya manja.

Raka nyengir sok gagah. “Tenang, sayang. Baby kamu ini dokter bedah. Macam pisau apa pun bisa aku pegang demi kamu.”

“Mau aku suapin, honey?” sambungnya penuh gaya.

Maya langsung mengangguk manja dan membuka mulut lebar-lebar.

“Hap.”

Iga bakar itu mendarat mulus di mulut Maya, disaksikan tatapan jijik bercampur iri dari Bima.

“Woy! Dunia bukan cuma kalian berdua! Nggak menghargai gue banget!” protes Bima sambil menghantam sendok ke meja.

“Biarin. Makanya jangan jomblo!” balas Maya dengan nada penuh ledekan.

Aruna dan Dirga hanya bergidik geli, seolah melihat ulang “trauma” masa lalu ketika mereka dipaksa mama dan bunda beradegan bucin serupa.

Setelah perut mulai terisi, Bima mengeluarkan satu set kartu UNO dari tasnya.

“Ayo, kita main. Biar makan malam nggak cuma makan doang.”

Maya langsung bersinar. “Deal! Tapi harus ada hukumannya!”

“Hukuman apa?” tanya Nadya hati-hati.

Maya menyeringai nakal. “Yang kalah harus cium orang di sebelahnya. Setuju?”

“Aku setuju banget, sayang!” Raka mengacungkan tangan dengan semangat.

“Yaiyalah lo setuju, soalnya mau cium Maya,” sindir Bima.

“Iri bilang, bos,” balas Raka makin menohok.

“Pokoknya kamu kalah -kalahin aja ya, Baby!” Maya menepuk lengannya.

“Siap, Honey!” sahut Raka.

Dirga langsung nyeletuk santai, “Belum puas sama yang tadi pagi?”

Maya dan Raka kontan melotot.

“Ngapain tadi pagi?” tanya Nadya penasaran.

“Jangan-jangan kalian ciuman tadi pagi, di mana Ga?!” tuduh Bima menatap serius ke arah Dirga meminta kejelasan.

“NGGAK!” Maya dan Raka menjawab kompak.

"Lo apa-apaan sih Ga, sembarangan aja. "celoteh Maya memelototinya.

“Udah-udah, buruan katanya mau main UNO,” sela Aruna, menengahi sebelum suasana makin panas. Maya hanya bisa melotot ke arah Dirga yang tersenyum tipis penuh dosa.

Kartu dikocok, permainan dimulai. Suasana jadi kacau: ada yang teriak, ada yang curiga Bima sengaja “ngatur” permainan, ada yang ketawa sampai meja hampir terguling.

Hingga akhirnya, kartu terakhir membuat Bima kalah telak.

“Woy! Si Bima kalah!” teriak Raka sambil menepuk meja.

Maya bersorak, “Ayo, ayo, hukumannya jangan lupa!”

Bima menoleh ke kanan. Nadya duduk di sana, wajahnya memerah, matanya menghindar, tangannya gelisah di pangkuan.

Suasana hening. Semua mata menatap mereka berdua.

Bima mencoba tersenyum miring, padahal jantungnya nyaris meloncat keluar. Ia tahu, rasa itu sudah tumbuh lama. Dan sekarang, takdir seperti bercanda di hadapannya.

Perlahan, ia mendekat. Nadya menahan napas, tubuhnya kaku.

Ciuman singkat itu mendarat di pipinya. Hanya sekejap, tapi cukup membuat meja pecah oleh teriakan.

“WOOOOOO!” Maya bertepuk tangan seperti cheerleader.

Raka berdiri dramatis, menunjuk Bima. “Sejarah geng kita berubah hari ini!”

Aruna tertawa kecil, sementara Dirga hanya melirik datar tapi matanya jelas menangkap sesuatu.

Nadya buru-buru menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Pipinya merah padam.

Bima kembali duduk, menunduk sedikit. “Nad… maaf ya. Itu cuma permainan. Gue nggak mau bikin lo nggak nyaman.”

Nadya menoleh perlahan, menatapnya sebentar, lalu tersenyum tipis. “Nggak apa-apa.” Suaranya lembut, tapi justru menghantam dada Bima lebih keras dari apa pun.

Malam itu berakhir dengan tawa riuh dan kejutan tak terduga.Kesempatan emas yang tidak pernah Bima impikan bisa mencium pipi Nadya meskipun hanya ciuman singkat ,namun membuat gejolak di hatinya terus tumbuh .

Malam terasa lebih ringan, penuh gurauan dan godaan yang belum tuntas. Namun saat Aruna dan Dirga tiba di depan apartemen, suasana mendadak berubah.

Di lantai, tepat di depan pintu mereka, tergeletak sebuah buket bunga mawar putih dan merah yang terikat rapi dengan pita emas. Aroma segarnya samar menyergap udara. Di sela kelopak, terselip sebuah kartu kecil berwarna gading.

Aruna spontan membungkuk, meraih bunga itu dengan dahi berkerut. Jantungnya berdegup aneh ketika membaca tulisan tangan rapi di kartu:

“Selamat atas pernikahan kalian.”

Tidak ada nama pengirim. Tidak ada tanda apa pun selain kalimat singkat yang justru terasa lebih menusuk.

Aruna menoleh pada Dirga, tatapannya penuh tanya. “Ga… ini dari siapa?”

Dirga berdiri kaku. Pandangannya terarah ke buket di tangan Aruna.

.

.

.

Bersambung

Wah wah wah siapa nih yang ngirim buket bunga ke mereka berdua ?.

lanjut next bab ya guys. selalu tinggalkan jejak, karna jejak apapun dari kalian itu sangat sangat berarti buat aku ❤🥰

Terimakasih😊☺

1
vj'z tri
🫣🫣🫣🫣 akhirnya Dirga tahu juga 🥹🥹
vj'z tri
😱😱😱😱🫣🫣🫣 tidak run kamu dlm bahaya
Hanik Andayani
nanti juga ketahuan run ,
Hanik Andayani
busyet ini emak2 pada kepo , 😄
Wida_Ast Jcy
hahaaa.... mainannya ini malah buat copot jantung kak🤣🤣🤣🤣 aduh
vj'z tri
kalau lu masih gak berubah ren setelah dengar ini 🤧🤧🤧🤧aku ingin marah lampiaskan tapi ku hanyalah sendiri disini ingin aku tunjukkan pada siapa saja yang ada bahwa hatiku kecewa🤧🤧🤧🤧
Kutipan Halu: wkwkwk
total 1 replies
dilafnp
pacaran jalur halal ternyata..
dilafnp
udah nikah aja nih? padahal aku ngarepnya tadi ada flirting flirting pas di tempat kerja
dilafnp
liat biodata keduanya aja kebayang gue romancenya 😍😍
iqbal nasution
buktikan dirga... harga diti itu
iqbal nasution
kalo udah nikah, harus macam2.
vj'z tri
🤧🤧🤧🤧 pada bicara seenak udel nya sendiri
Kutipan Halu: iyaa kan kk makannya banyak org2 kasus pelecehan ngk mau speak up😭😭
total 1 replies
vj'z tri
cie cie bakal nyengir terus ini 🤣🤣🤣
Kutipan Halu: kawal sampai kawin kk🤭🤭
total 1 replies
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kaus ora koe
Mingyu gf😘
hayo loh ketahuan gak nih🤣
Hanik Andayani
menunggu konflik , tapi jangan konflik berat kak👍
Hanik Andayani
wkwkwk hadeh ganteng2 ini orang bikin esemosi pak dokter 🤣
Hanik Andayani
nah kan ganteng , semangat baca nih , aku mampir ya kak
Hanik Andayani
ah terlalu 😄
Hanik Andayani
cantik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!