NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."



"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."


"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.


"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.


Yumna tersenyum sinis.
"Jadi, aku sedang diancam?"


"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,
Dan itu terlihat sangat menyebalkan.


Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

"Sekali lagi, selamat pak Zian."

Pak Handoko kembali menyalami Zian setibanya di tengah pintu ruangan yang terbuka. Ini pemberian selamat yang kedua kalinya dari GM yang hampir purna tugas itu padanya.

"Terima kasih, Pak." Zian pun kembali menerima jabatan tangan itu dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, penuh hormat.

"Semua ini juga berkat, Bapak."

Handoko tersenyum. "Aku tak sabar untuk menikmati hari-hari santai di rumah."

Handoko sudah cukup lama berencana mengundurkan diri dari jabatannya saat ini--karena masalah usia yang tak lagi muda--tapi, CEO perusahaan tak mengindahkan karena belum menemukan kandidat pengganti yang dianggap lebih dari sekedar mampu untuk melanjutkan tugasnya.

Kini, keinginan Handoko untuk rehat dan memiliki banyak waktu di rumah akan terlaksana.

Lelaki itu menepuk bahu Zian dengan cukup keras. Lalu keduanya sama-sama tertawa. Sebentuk kebahagiaan khas dua orang beda generasi dimana yang satu akan melanjutkan tugas yang lainnya.

Terdengar ketukan sepatu di atas lantai marmer yang licin. Pertanda seseorang sedang melangkah mendekat. Dan benar saja, dalam sekejap Talita muncul di sana. Wajah cantiknya yang dipoles makeup terlihat sedikit kusut masai.

Kesalahan bukan pada pemilihan warna foundation atau pun blush on. Tapi, sepertinya pada suasana hati Talita sendiri yang--sepertinya--sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana tidak, ia baru menemui Aira. Melancarkan sedikit serangan pada wanita yang disebut oleh Yumna sebagai istri Zian yang pertama.

Nyatanya, bukan pulang membawa kemenangan. Talita justru menderita rasa malu akibat ucapan si gadis hijab itu. Putri Handoko itu pun pulang membawa kesal yang tak lagi bisa disembunyikan.

Akan tetapi saat ia melihat Zian dan ayahnya sedang berdiri berdekatan, dalam satu obrolan yang diakhiri derai tawa bersamaan, membuat senyum terbit di bibir Talita. Baginya, pemandangan itu sungguh teramat indah dan memanjakan mata. Tak bisa disangkal dalam hatinya timbul keinginan bahwa itu adalah harmoni kedekatan antara menantu dengan calon mertuanya.

Jangan ada yang marah dengan ekspektasi Talita. Terserah dia mau menghayal yang bagaimana. Salahkan saja Zian yang terlalu tampan sempurna. Hingga banyak hati yang tertawan dan mendamba.

(Zian yang asli pasti tersenyum-senyum lebar saat membacanya--kalau dia mau baca. Kumis tipisnya juga bergerak-gerak seperti menari diiring rebana)

Talita baru menghampiri saat ayahnya kembali masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Sepertinya barusan itu seremonial serah terima jabatan ya." Gadis cantik tersebut mengulurkan tangannya pada Zian untuk berjabatan.

"Selamat, sang General Manager yang baru."

Zian menggeleng.

"Belum." Namun demikian ia menerima jabat tangan Talita dan melepaskannya dalam sekejap mata.

Memang belum waktunya mengucap kata selamat. Karena pimpinan perusahaan bahkan belum mengumumkan siapakah yang terpilih di antara tiga kandidat. Meski Handoko telah memberi Zian kode yang jelas, tapi lelaki itu tak ingin mendahului apa yang belum terjadi.

"Aku ingin jadi yang pertama yang mengucapkan selamat untukmu, Zian. Ayolah Jangan tolak niat baikku." Senyuman Talita semanis madu saat berkata demikian. Dipadu sedikit kedipan mata, serta body language yang membuat sulit bagi kaum adam untuk tak terpana.

Apakah Zian juga?

"Belum tentu aku yang terpilih, Talita. Ini masih belum final." Ucapan Zian bernada akrab. Tapi, akrab yang berjarak.

"Iya, benar. Tapi, pembicaraanmu barusan dengan ayah, itu sudah cukup kupaham. Dan ayahku tentu tak bertindak sembarangan tanpa isyarat dari atasan."

Menanggapi itu Zian hanya tersenyum tipis.

"Aku sangat merasa senang untukmu."

"Terima kasih, Talita." Zian kemudian menunjukkan gelagat untuk segera beranjak.

"Bisakah sedikit merayakan ini denganku?

Mungkin, dengan makan bersama?"

Talita saat ini sepertinya menggunakan segenap kemampuan tersenyumnya. Manis, menggoda, dan mematikan.

Zian harus diwanti-wanti agar tidak terjerumus dalam pesona senyum yang sepertinya dirancang khusus untuk menjerat laki-laki. Bahkan saat ini, lelaki itu sedang menatap senyuman Talita dengan seksama. Mungkin sedang mengagumi, atau sudah merasa terpesona.

Jika begitu, berarti Zian pun tergoda.

Talita juga melihat gelagat itu, membuatnya mendekat dua langkah, dan menambah sedikit kadar pemanis pada senyumannya.

Zian tak menghindar. Namun, apa yang tengah dipikirkannya jauh dari ekspektasi Talita, dan juga pembaca--kalau ada yang baca.

Zian sedang berpikir, Talita mungkin ikut kursus tersenyum, dan lulus dengan nilai tinggi. Dan sepertinya setelah ini Zian harus bertanya siapa gurunya pada Talita. Mungkin nanti dia bisa ikut belajar, atau meminta tiga orang sahabatnya untuk ikut kursus juga.

Ada-ada saja isi otak Zian.

"Waktu makan siang sudah lewat," kata Zian. Ucapan yang jauh dari prediksi.

"Mmm. Gak harus sekarang Zian."

Dengungan di awal kalimat itu hanya untuk menutupi sedikit kekecewaan.

"Mungkin nanti malam. Bagaimana?"

"Nanti malam ya." Zian terlihat sedang berpikir. Sesaat kemudian dia menggeleng

"Nanti malam aku ada janji dengan ayahmu."

"Ayah mengundangmu ke rumah?" Talita terlalu cepat mengambil kesimpulan. Dan ia juga terlalu percaya diri kalau tebakannya benar. Binar wajahnya pun tak membohongi apa yang dia rasakan.

"Tidak. Kami akan berkunjung ke kediaman CEO perusahaan."

"Oo." Talita mengangguk, sedikit kecewa. Namun, kemudian binar asa kembali tampak di wajahnya.

"Bersamaku juga? Aku kan masih sekretarisnya ayah."

"Hal itu, kau bisa tanyakan langsung pada pak Handoko." Zian mengakhiri kalimatnya dengan senyum, dan kemudian siap beranjak sebagaimana niat yang sempat tertunda.

"Zian!" Lagi-lagi Talita menahan langkahnya.

"Apa?"

"Kau tidak lupa dengan kesepakatan kita?"

"Kesepakatan apa?"

"Jika kau terpilih menjadi GM, aku yang akan menjadi sekretarismu."

"Pernah ada kesepakatan kayak gitu?"

Zian masih bertanya, seolah tidak tahu apa-apa. Atau, kalau pun memang tahu, tapi sekarang dia sudah lupa.

Sebenarnya memang pernah ada kesepakatan demikian antara Zian dengan Handoko saat ayah Talita itu memasukkan nama Zian sebagai kandidat GM. Tentu saja hal tersebut atas permintaan atau mungkin desakan dari Talita.

"Kamu sudah lupa?" Terlihat Talita menatap kecewa.

"Aku lupa karena kamu."

"Apa maksudmu, Zian?"

"Kesepakatan itu aku setujui dengan syarat."

"Syarat?" gumam Talita.

"Jangan bilang kau tidak tau."

"Aku..."

"Kau lupa syaratnya, maka aku pun lupa dengan kesepakatannya. Cukup adil 'kan?"

Zian mengakhiri kalimatnya dengan senyum. Tapi bukan senyuman ramah, atau pun senyum lembut seperti biasa. Ada misteri di balik senyuman Zian.

"Ee Zian, memang apa yang telah kulakukan?"

"Perlu kuuraikan? Kamu tidak amnesia kan, Talita?"

Saat Handoko mengajukan nama putrinya untuk menjadi sekretaris Zian nanti--jika dia benar-benar terpilih sebagai GM--lelaki itu memang tak langsung mengiyakan. Ia memutuskan untuk bicara empat mata dengan Talita lebih dulu.

Di depan Talita, Zian setuju dengan pengajuan Handoko, jika gadis itu mau memenuhi syaratnya. Satu sarat yang sama sekali di luar dugaan.

Zian meminta Talita untuk tidak mengusik Yumna--Sekretarisnya saat ini.

Talita menyetujui meski berjibun tanda tanya mulai memenuhi ruang otak gadis cantik itu.

Jika Zian sampai mengajukan syarat seperti itu pada Talita. Maka Siapakah sebenarnya Yumna bagi Zian?

Nyatanya tanda tanya Talita itu tidak pernah hilang meski dia berusaha mengabaikan. Kata "sahabat" yang diucap Zian tentang hubungannya dengan Yumna, tak bisa dipercaya begitu saja.

"Memang apa yang telah aku lakukan pada sekretarismu itu Zian, sampai kau menganggap aku melanggar syarat yang kau ajukan."

"Berapa kali kau mengganggunya, Talita. Kau pikir aku tidak tau?"

"Wahh!" Talita hampir tergelak dengan ucapan itu. Namun nyatanya ekspresi kemarahan mulai tampak di raut wajahnya. "Itu dia yang sudah mengadu? Harus kau tau, aduannya itu terlalu mengada-ada."

1
Ayuwidia
Aku baca ini sambil rebutan hp sama Ryu 😆

Aku kasih vote biar calonnya Zian tambah semangat
Najwa Aini: Makasih Votenya ya..buat bekal ngetik nih..uto up besok.

Ryu pliss deh..ngertiin kita yang udah tua2 ini...
total 1 replies
Ayuwidia
Nah lho, nggak bisa disangkal. Buruan halalin Kak Aira, Bang
Najwa Aini: Belum siap mahar.
Masa mau pakai mahar slang damkar juga
total 1 replies
Ayuwidia
Ahayyyyy, Kak Aira langsung nggak bisa ber word-word. Mukanya juga merah seperti kepiting rebus
Najwa Aini: Gak ada lagi narasi setelah itu kannn..
kenapa dibikin sendiri.
Aku sengaja di bagian itu selesai gitu aja..
Biar kalian rusuh. eh ini anak rusuh duluan
total 1 replies
Ayuwidia
Butuh hati buat bersandar
Najwa Aini: Uwuhhh tau banget si Dira.
punya kemampuan jadi cenayang nih
total 1 replies
Ayuwidia
Pujian dari lubuk hati terdalam, ahay. Memuja dalam senyap
Najwa Aini: Senyap itu tanda kasih sayang lbh besar..kataku ke Zian.

Dia bilang...
cakepp..
ambigu kannn
total 1 replies
Ayuwidia
Betul, sependapat
Ayuwidia
Nah lho, ajak ketiganya juga halal
Najwa Aini: Pasti seru kalau pendampingnya 3 orang sekaligus
total 1 replies
Ayuwidia
Tunangan Di memang gitu. Gampang ngambek. Kaya' bocah yang nggak dikasih permen sama emaknya
Najwa Aini: Dia juga cembokur ma Zian yg asli..
😁😁
total 1 replies
Ayuwidia
Woah, berapa mantan lu, Bang?
Najwa Aini: Kalau menurut cerita di kutunggu jandamu, mantannya 4..
Selaku itu memang dia
total 1 replies
Ayuwidia
Kamu mang harus giat bekerja, Bang. Demi memanjakan istri dan anak2. Hahay
Ayuwidia: pftttttt
total 4 replies
Ayuwidia
Barakallah fii umrik, Diandra
Ayuwidia: sama2
total 2 replies
Ayuwidia
apa tuch yang bikin seneng?
Najwa Aini: Makan bareng
total 1 replies
Ayuwidia
Jangan-jangan yg dijodohkan sama Zian adalah Aira. Kalau benar bakal so sweet banget
Ayuwidia: Hiyaaaaaa
total 2 replies
Ayuwidia
Nyungsep aja di planet Pluto klw udah gini
Ayuwidia: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 2 replies
Ayuwidia
Kali ini Aga nggak bisa diandelin. Ya salam
Najwa Aini: Aga kan cuma bicara jujur. masa salah...
total 1 replies
NA_SaRi
Mbak Dira knp? sini cerita 🤗
Nofi Kahza
idiiih. kok gedek aku ma ni orang. dia ngarep Aira nyuruh dia mampir
Najwa Aini: Gaya²nya siapa tuhhh
total 1 replies
Nofi Kahza
baca part ini serasa tiba2 makek hanfu
Najwa Aini: Ayuk ikut jadi pemeran di Dracin
total 1 replies
Nofi Kahza
terharuuuu
Najwa Aini: sana nangis dulu di pojokan
total 1 replies
Nofi Kahza
dosa buang rejeki tuh.. harus dinikmati. kan pemberian Tuhan
Najwa Aini: Iya benar Yumna.
menyala yumna
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!