Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Kubiarkan Kau Pergi!
Alana yang seharian tadi menangisi kepahitan dalam hidupnya, terlelap di samping Aravind. Tubuhnya meringkuk, memunggungi pria yang tak ingin dia lihat wajahnya. Tak ada ritual asmara sebelumnya, karena Alana menolak keras dengan keadaannya yang sedang kacau balau.
"Apa lagi yang membuatmu menangis Alana? Kenapa kini kau menyembunyikan kesedihanmu?" Gumam Aravind yang penasaran tentang kesedihan yang terjadi pada Alana.
Dua minggu berlalu, Aravind mencoba mencerna perubahan sikap Jeselyn yang berbeda 180 derajat. Wanita itu kini rajin memasak untuknya, dan menghabiskan banyak waktu bersamanya. Apalagi setelah tahu jika Aravind menemukan wanita yang bersedia melahirkan anak untuknya.
"Sayang, aku sudah memasak nasi goreng udang untukmu. Ini kesukaanmu kan?" Ucap Jeselyn lembut sembari meletakan dua piring nasi goreng di atas meja makan.
"Iya, terima kasih sayang," balas Aravind sambil mengecup kening Jeselyn. Pria itu kini mendapat apa yang seharusnya Jeselyn lakukan untuknya. Baginya, memiliki wanita lain membuat perubahan yang baik bagi dirinya dan rumah tangga Jeselyn.
Aravind merasakan sesuap dan tetap saja lidahnya belum bisa menerima rasa masakan buatan Jeselyn. Seolah lidahnya telah terbiasa dengan masakan buatan Alana. Pikirannya pun kini tertuju pada Alana, yang sudah beberapa hari ini tak pernah sarapan dan makan malam bersama.
"Bagaimana sayang, kau suka?" Tanya Jeselyn percaya diri.
"Tentu, tapi sepertinya aku tak bisa menghabiskannya. Oh, atau masukan pada kotak makanku. Akan ku bawa untuk makan siang, hari ini ada meeting dengan klien dan aku harus datang sangat pagi," jawab Aravind beralasan.
Jeselyn dengan senang hati melakukannya, semuanya demi keutuhan rumah tangganya. Wanita yang bahkan tak pernah menyentuh dapur itu, kini tengah menyiapkan bekal makan untuk suaminya.
Aravind berpamitan pada Jeselyn, tak lupa kecupan mesra di kening dan bibir yang sekarang jadi rutinitas setiap pagi karena permintaan Jeselyn.
Sepanjang perjalanan, pikiran Aravind hanya tertuju pada satu wanita. Alana kini sedang duduk di atas meja makan, menikmati nasi goreng buatannya. Gadis itu terkejut saat melihat pria di hadapannya.
"Aku ingin menikmati sarapan buatanmu," ucap Aravind yang langsung duduk di hadapannya. Alana mengambil sisa nasi gorengnya di wajan dan menyajikannya ke piring untuk pria yang ada di hadapannya.
Namun belum ada sesuap, seseorang menahan tangan Aravind yang sedang memegang sendok.
"Jadi, meeting pagi ini dengan anak pembantu keluargamu hah?"
Jeselyn dengan wajah penuh amarah menghampiri Alana, kemudian...
Plakkk!
Tamparan keras mendarat di pipi Alana, sementara Aravind segera menahan kedua tangan Jeselyn agar tidak melakukan hal yang lain.
"Keterlaluan sekali kau melukai Alana!" Bentak Aravind yang lebih membela istri kontraknya.
"Kau yang keterlaluan, kau menyembunyikan gadis ini bahkan di rumah yang cukup mewah. Kau juga tak menurutku untuk memilih wanita berumur dan berpendidikan. Tapi malah memilih wanita yang lebih pantas menjual miliknya di pinggir jalan," hina Jeselyn pada Alana yang kesal jika suaminya telah berbohong.
Tak dapat di pungkiri jika Jeselyn merasa tersaingi ketika tahu wanita yang di pilih untuk menjadi ibu dari anak suaminya adalah Alana.
"Cukup! Simpan semua hinaanmu itu nona Jeselyn! Jika kau berfikir aku sehina itu, maka suamimu lah yang pantas kau caci maki. Dia yang membuatku harus terikat dengan keadaan macam ini. Tanyakan saja pada suamimu, apa yang ku dapat dari kerelaan ku meminjam rahim untuk mengandung anaknya," ucap Alana yang tak terima dengan penghinaan Jeselyn padanya.
•••
Ketiganya kini berkumpul di ruang makan, Jeselyn merasa tak masuk akal dengan cerita Aravind menjadikan Alana wanita yang dia pilih.
"Jadi kau memilih anak pencuri untuk di jadikan ibu dari anakmu. Aku tak akan pernah merelakannya, jika memang kau tetap menginginkan Alana maka aku yang akan mundur," tantang Jeselyn pada suaminya, yang tentu saja di sanggupi oleh Aravind.
"Baiklah, jika itu maumu Jeselyn!"
Jeselyn terdiam mendengar jawaban Aravind yang berbalik menantangnya, wanita itu kini tahu jika Aravind mulai membagi perasaan pada anak pembantu keluarga mertuanya.
"Tapi, Aravind, dia... "
"Ya, aku anak pencuri nona Jeselyn. Dan aku menukar kebebasan pencuri itu dengan tubuh dan rahimku. Kalau memang kau tak berkenan, maka aku bersedia untuk menghentikan ini semua dan mengembalikan apa yang sudah di berikan suamimu."
"Alana, diamlah. Cukup aku saja yang menghadapi Jeselyn. Kau tak perlu membuka mulut untuk menjelaskan semua ini," ucap Aravind yang membuat Jeselyn terdiam karena suaminya lebih memilih membela wanita yang bahkan baru mengenalnya beberapa bulan ini.
"Kau lebih membelanya, daripada aku yang istri sahmu ini," ungkap Jeselyn yang kecewa pada Aravind dan memilih untuk keluar dari rumah itu. Sesak dadanya menahan sakit, karena untuk pertama kalinya Aravind memilih selain dirinya.
"Tidak, gadis itu tak bisa menggantikanku. Tak boleh, aku seharusnya bisa merebut hati Aravind kembali dan tetap menjadi ratunya," Gumam Jeselyn yang tak ingin kalah. Wanita itu pun mulai memikirkan strategi untuk membuat suaminya tetap di sisinya.
Sementara itu, Alana pergi ke kamarnya dan mulai mengemasi beberapa pakaiannya. Gadis itu berniat untuk pergi dari rumah yang telah merenggut kehormatannya hanya untuk di tukar dengan kebebasan dari seseorang yang telah menipunya.
"Apa yang kau pikirkan Alana? Pergi darimu dan melupakan semua perjanjian kita?" Cegah Aravind sambil menggenggam tangan Alana.
"Ya, setidaknya aku bisa lepas dari semua ini dan tidak menjadi penyebab hancurnya rumah tanggamu. Andaikan saja waktu di putar kembali, dan andai saja aku tahu Ira bukan ibu kandungku, aku tak akan bersusah payah menyerahkan kehormatanku padamu, Tuan Aravind!"
"Kau tak bisa pergi begitu saja, atau kau harus membayar dendanya!" Ancam Aravind yang membuat Alana menyeringai.
"Berapa? 100juta? Aku akan berikan sekarang juga jika itu yang kau inginkan!" Balas Alana sambil mengambil cek dan menuliskan nominal seratus juta.
Aravind yang merasa terhina, menggendong Alana ke pundaknya. Paha gadis itu di genggam erat, walau kakinya terus menendang perut Aravind dan mencoba melawan pria itu. Namun kekuatannya tak sebanding dan gadis itu di lempar ke atas ranjang tempat mereka beradu tubuh.
"Jangan pernah mencoba untuk melarikan diri dariku, atau hidupmu tak akan pernah tenang. Aku akan mencarimu walau harus ke ujung dunia sekalipun!"
Alana bergidik ngeri, mendengar dan melihat sisi gila Aravind yang baru dia ketahui. Pria itu pergi sambil mengunci kamar gadis yang kini tengah terikat dasi milik Aravind di ranjangnya.
"Dasar gila, kau pria paling gila yang pernah ku temui. Aku menyesal telah berurusan dengan monster sepertimu!"
Teriaknya saat Aravind keluar dari kamar dan mengunci pintu kamarnya. Alana hanya bisa berteriak dan menangis, merasakan sakit pada pergelangan tangannya yang terikat kuat.