Hidup melarat dengan kebutuhan rumah tangga yang serba mahal serta kebutuhan anak juga sangat lah besar, mau bagai mana pun Hani mengatur uang maka tetap saja tidak akan cukup bila satu Minggu hanya tiga ratus ribuan saja.
Namun tak lama hidup nya berubah menjadi lebih baik, rumah pondok juga berganti dengan rumah megah yang luar biasa bagus nya.
apa yang sudah Hani lakukan?
Mungkin Hani melakukan pesugihan agar dia bisa kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Harus operasi
Kenapa tadi Imran dan istri nya lari lari dorong gerobak?" tanya Pak RT yang kebetulan melihat.
"Ari sakit kata nya sih tadi, Pak." jawab Ilham yang memang bertanya.
"Loh kumat to dia sakit nya?" Pak RT menoleh pada Ilham.
"Sakit begitu mana lah bisa sembuh, dia kan kanker itu sebenar nya." ujar Ilham yang tau Ari sakit apa.
Pak RT menarik nafas berat karena dia juga memberikan bantuan, tapi memang Ari sakit nya kanker tulang sehingga operasi yang lain kalau tulang nya kena lagi. memang susah kalau sakit kanker tulang, pindah tangan maka pindah lagi kesana kemari membuat tubuh pemuda itu habis.
Yang tangan sudah di operasi dan itu memakai bantuan dari Pak RT, jadi sekarang malah ada lagi di bagian kaki serta ada di tengkorak kepala nya. sudah pasti kalau yang bagian kepala sudah pasti sangat beresiko sekali, tidak akan bisa untuk operasi di kampung saja karena di sini fasilitas belum lengkap semua.
Sekarang hanya bisa mendatangi rumah sakit biasa atau yang bisa di bilang sebagai puskesmas, di sana masih bisa bayar dengan sekitar seratus ribu saja dan masih ada uang yang di berikan dari Linda. padahal rencana mau untuk beli beras, tapi sekarang malah anak nya juga sakit begini sehingga tidak bisa lagi mau belanja beras.
"Aku akan pergi dulu melihat dia, kasihan juga." Pak RT pun bergegas mengambil motor nya.
"Kok cuma dia saja yang terus terusan di bantu, kami juga sengsara loh." ujar warga yang lain.
"Jangan begitu lah, Bu! ini masalah nyawa anak, mau bagai mana kalau tidak di tolong." sahut Pak RT.
"Halah bilang saja karena Hani cantik maka nya di batu terus." warga malah semakin tidak suka dan segera pergi.
"Piye to lah, wong ini sakit jadi ya sudah sepatutnya di tolong." Pak RT menarik nafas berat karena semua warga memang saling iri.
Ilham tidak bisa mau memberikan komentar karena nanti malah timbul masalah lain, terserah saja orang mau apa karena dia juga kurang suka dengan Imran. menurut nya Imran kurang berusaha untuk membuat keluarga nya menjadi lebih baik, mau tanya cari kerja pun malu karena sudah takut di tolak walau belum mencoba.
"Ada apa, Ham?" tanya Atik yang mendengar percakapan mereka sekilas.
"Itu loh si Imran, kan dia kurang usaha to selama ini untuk mencari uang." sahut Ilham.
"Kurang usaha bagai mana, kan dia juga kerja kalau ada kerjaan." ujar Atik.
"Ya cuma sawah saja, coba lah kalau dia lagi habis di sawah maka kerja di bagian lain maka tidak akan kekurangan uang nya!" seru Ilham.
"Tidak semua laki laki bisa berpikir begitu, kadang memang kasihan kalau melihat Hani. tadi malam saja dia cuci piring di rumah Linda!" jawab Atik.
"Nah kan istri nya saja usaha, masa dia yang cuma diam saja!" kesal Ilham luar biasa.
Atik menarik nafas berat karena dia merasa memang Hani sudah luar biasa besar nya, jadi tidak bisa kalau cuma mau menghujat Hani yang sudah susah payah menjalani hidup nya ini, sebab mau di buat apa pun dia sudah berusaha untuk kuat dan baik baik saja untuk hidup nya. susah sekali mau mengatakan itu salah dan ini salah, karena kalau mereka yang ada di posisi Hani belum tentu bisa kuat juga.
"Aku nanti mau melihat dia lah kalau sudah ada motor nya." Atik pun kasihan juga.
"Aku juga mau pulang, ya sudah lah yang penting jangan suka mengatai saja." jawab Ilham.
"Tidak pernah aku sibuk mengatai orang, aku sibuk mengurus warung yang selalu mau bangkrut." sahut Atik.
"Maka nya kau tambah lah modal nya, minta dengan Bang Arif." ujar Ilham santai saja karena Atik memang Kakak sepupu dia.
"Ah modal terus, aku lelah sekali nambah terus tapi tidak ada untung." jawab Atik dengan hati yang kesal.
Ilham tertawa kencang karena memang warung Atik kurang maju karena dia sama sekali tidak dapat untung sedikit pun, banyak yang utang saja karena mereka belum ada uang untuk membeli secara cash, sayang nya saat sudah ada uang malah belanja di tempat lain.
...****************...
"Lihat ini, aku tidak mau kalau anak ku sampai mati." Hani berteriak pada suami nya.
"Kamu tenang dulu ya, aku akan berusaha mencari uang." janji Imran.
"Hentikan omong kosong mu itu, aku muak sekali dengan mulut mu ini." bentak Hani sangat marah karena keadaan Ari sudah semakin parah saja.
Imran kebingungan harus bagai mana, satu yang jadi pikiran adalah mendatangi rumah adik nya agar bisa meminjam uang. Ari harus operasi saat ini juga di rumah sakit kota, karena keadaan kanker di tulang kepala sudah semakin besar sehingga bisa merenggut nyawa apa bila sudah tidak segera melakukan operasi agar keadaan segera membaik.
Walau pun belum tentu di tolong namun setidak nya dia harus mencoba agar anak bisa selamat, uang dua puluh lima juta bagi Fatan adalah hal kecil dan kalau Imran yang meminta mungkin saja mau asal kan tidak ketahuan oleh Ambar, takut nya sang istri ini yang melarang suami nya.
"Ya Allah kenapa cobaan mu padaku berat sekali." isak Hani menekan rasa sakit di hati nya.
"Tunggu lah sebentar ya, aku akan segera kerumah Fatan." Imran pun bergegas pergi sambil berharap bisa di tolong.
"Terserah kamu saja, akan ku tahan nanti semua hinaan adik ipar mu apa bila dia memang mau membantu." sahut Hani.
Tidak Imran jawab karena mungkin saja Ambar akan menghina nya, sebab mulut wanita itu sungguh amat berbisa. dia merasa kaya dan punya segala nya sehingga tidak akan mungkin mau dengan hati lapang untuk membantu, semua pasti akan di ungkit sampah titik akhir karena memakai uang milik nya.
"Gimana keadaan adik, Bu?" Indri datang dengan wajah cemas.
"Mau di rujuk dan harus operasi." jawab Hani pelan.
"Ya Allah." Indri pun lemas karena sudah kepikiran soal biaya.
"Kenapa tuhan sangat tidak adil pada kita, kalau dia tidak di operasi maka Ari jelas tidak akan selamat." isak Hani.
"Bapak di mana sekarang, Bu?" tanya Indri karena tidak melihat Imran.
"Meminta tolong pada Paman mu, siapa tau saja dia mau membantu." harap Hani.
Indri pun menaruh harapan juga agar bisa adik nya selamat dan di obati, kasihan juga melihat Ari yang terbaring sakit di sekujur tubuh karena tulang sudah di penuhi dengan kanker yang sangat mengerikan itu.