Selina, seorang agen narkotika, yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, Selina justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie.
Hingga suatu ketika, Febrian menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
CUSS.. BACA NOVELNYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemuda pemegang rahasia
"Siapa Kau?!" tanya pemuda berkacamata minus itu tegang menelisik raut cantik wajah Sofie yang di huni jiwa Selina.
"Robin, ini aku, Selina."
Selina berbalik menghadap pemuda berkaca mata minus yang langsung mundur beberapa langkah, menjaga jarak dan bersikap waspada didepan Selina yang tidak ia kenali sebab tubuhnya telah berganti dengan tubuh Sofie.
Pemuda berambut gimbal dengan sepasang bola mata berwarna coklat namun sering menggunakan kacamata itu terlihat menyunggingkan senyuman sinis dibibirnya ketika Selina mengakui siapa dirinya.
"Cih! Jangan main-main denganku. Katakan, siapa kau sebenarnya?! Kenapa kau bisa tahu tempat ini?" Robin berdecih gusar.
Hatinya kesal karena wanita yang ada dihadapannya itu mengaku sebagai Selina, seorang wanita yang pernah menyelamatkan hidupnya dari kehidupan jalanan yang keras dan kejam.
"Dasar bocah idiot! Apa kau tidak mengenal aku lagi heh?!" Tangan Selina bergerak cepat menyerang Robin yang sudah siaga dari tadi.
Robin coba berkelit, namun gerakannya masih kalah cepat dengan Selina yang berhasil menangkap tangannya dan berputar meringkus tangannya kebelakang.
"Aarrgh..., Shit! Lepaskan aku wanita kasar!" umpat Robin meringis kesakitan.
Selina terkekeh geli melihat kedua telinga pemuda berkulit putih itu, berubah warna jadi merah jambu karna menahan rasa sakit di tangannya kena plintir Selina.
"Dengarkan aku baik-baik Robin. Ini rahasia. Cukup kita berdua saja yang tahu. Aku ingin kau bekerjasama denganku. Bantu aku mencari tahu pembunuh Selina sebenarnya. Jika kau tidak mau, kau akan ku kubur bersama mayat Selina." Gertak Selina mengukir seringai jahat di bibirnya.
"Mayat? Apa maksudmu Selina mati? Dia tidak mungkin mati. Kau jangan mengada-ada!" Bentak Robin tidak percaya.
Selina mendorong punggung Robin melepaskan tangan pemuda itu dan mengeluarkan ponselnya untuk memperlihatkan sebuah berita di media sosial yang memberitakan kematiannya beberapa hari yang lalu. Lalu memperlihatkan nya pada Robin.
Wajah Robin memucat. Jarinya gemetar hebat saat membaca berita tentang Selina yang ia lihat dari ponsel yang baru saja diberikan Selina padanya.
"Ini, ini tidak mungkin. Selina tidak mungkin mati. Selina wanita yang kuat. Dia, dia tidak boleh mati." Ceracau Robin seperti orang tak waras menatap Selina yang berwujud Sofie dengan tatapan hampa.
"Hentikan Robin! Jangan cengeng! Atau aku akan menghajarmu!" Selina tak mau terbawa arus kesedihan yang saat ini di tunjukan Robin dihadapannya.
Pemuda itu bisa meluluhkan pertahanan dirinya yang selalu berusaha tegar dan kuat di depan siapapun.
"Aku tak mengenalmu! Kenapa kau bersikap kasar padaku hah?!" Jerit Robin tak terima dengan perlakuan Sofie yang ia curigai mirip sekali dengan kelakuan Selina padanya.
"Aku Selina bodoh!" batin Selina ingin sekali mengumpat dan memaki pemuda itu. Namun ia mengerti, Robin tidak mungkin percaya jika ia mengatakan jiwanya berpindah ke raga Sofie.
"Aku Sofie, teman baik Selina. Banyak rahasia yang ia ceritakan padaku. Hari itu, sebelum kematiannya Selina bilang ada transaksi barang gelap yang ia lakukan dengan David atas perintah Marco. Kita harus mencari tahu penyebab kematian Selina yang terjadi malam itu juga. Aku curiga, Marco terlibat dalam pembunuhan itu. Kita harus mencari buktinya!" ungkap Selina menahan amarah yang bergejolak dalam dadanya.
"Hhh..." Robin menghela nafas berat.
"Mar-co? Aku sudah sering mengatakan pada Selina untuk menjauhi pria brengsek itu. Tapi dia tak pernah mau mendengarkan ku." Sesalnya penuh kesedihan.
Seulas senyuman getir terukir dibibir Selina.
"Tak usah disesali Robin. Semuanya sudah terjadi. Saat ini kita harus balas dendam atas kematian Selina." Jemari Selina menepuk-nepuk pundak Robin pelan.
"Tentu saja aku akan membalaskan dendamnya. Bagiku Selina bukan sebagai kakak angkat saja. Aku menyayanginya layaknya seorang pria dewasa pada seorang wanita." Tutur Robin memalingkan wajahnya menyembunyikan semburat luka dan kesedihan yang mendalam dari pandangan Selina.
Selina terpaku sejenak, lalu mengabaikan ucapan pemuda itu yang ia anggap hanyalah angin lalu. Dia mengeluarkan sebuah alat mini beserta ponsel milik Marco dari tasnya dan menyerahkannya pada Robin.
"Bantu aku membuka sandi ponsel ini. Ponsel ini milik Marco. Aku sudah memasang alat perekam mini di ruangan VIP tempat Marco biasa kumpul. Pantau aktivitas dan gerak-geriknya. Kebetulan malam ini dia akan bertemu dengan seorang wanita bernama Brenda. Laporkan padaku jika ada yang mencurigakan menyangkut apapun." Perintah Selina dengan nada berat.
Ujung matanya sempat menangkap butiran air mata yang jatuh dari pelupuk mata Robin ketika menerima ponsel dan alat mini yang ia berikan.
"Hhh... Dasar cengeng!" makinya dalam hati menepis perasaannya yang nyaris ikut larut dalam kesedihan yang di tunjukan Robin padanya.
TIT...TIT...
Robin kaget mendengar ponselnya berbunyi tiba-tiba. Dahinya berkerut menatap panggilan dari nomor asing yang masuk ke ponselnya.
"Itu nomorku. Simpanlah!" Ucap Selina mematikan panggilan telpon darinya kemudian dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas yang ia bawa sedari tadi.
"Kau juga tahu nomor ponselku dari Selina?" Robin menatap Selina bingung.
Kepala Selina mengangguk dan matanya berkedip iseng membuat Robin kebingungan sendiri akan jawaban Selina.
"Aku pergi. Ingat tugasmu baik-baik! Jangan lupa, malam ini pukul tujuh, kau harus standby menguping pembicaraan Marco!" Ujar Selina mengingatkan sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Robin yang masih dilanda kebingungan.
Pemuda itu hanya melepas kepergian Selina dengan hati penuh tanda tanya. Sejenak ia menimang nimang benda mini dan ponsel milik Marco yang kini berada di tangannya.
Tak lama kemudian, ia pun masuk ke dalam rumah mungil tempat persembunyian rahasianya yang selama ini cuma diketahui oleh Selina seorang. Dalam hatinya tersimpan pertanyaan besar. Bagaimana Sofie bisa tahu tempat itu?
*****
Sementara itu di rumah kediaman Marco. Pria itu terlihat asyik bergelut dengan seorang wanita penghibur yang sengaja ia bayar untuk melepaskan hasrat lelakinya yang selalu butuh pelampiasan.
Pertempurannya baru saja usai ketika Arnold, sang kaki tangan terbaiknya datang mengetuk pintu kamarnya yang tidak pernah ia kunci meskipun sedang bercumbu dengan seorang wanita.
"Masuklah!" perintah Marco.
Arnold perlahan membuka pintu dan tertunduk kaget melihat seorang wanita dalam posisi tertutup selimut tengah terbaring di atas ranjang bersama bosnya yang tanpa rasa malu sedikitpun, turun dari ranjang untuk mengenakan celananya.
"Ada apa?" tanya Marco memasang ekspresi wajah dinginnya pada Arnold sambil memasang celana.
"I-itu Tuan, kami sudah mendapat info dari perusahaan taksi yang mengangkut wanita pencuri ponsel Tuan malam itu. Namanya Sofia Margaretha. Dia naik taksi dari sebuah mall dan minta di antarkan kembali ke mall yang sama." Ujar Arnold gugup, merundukkan kepalanya takut.
Dia sadar, dia telah gagal menjalankan tugas yang di berikan bosnya. Dari sekian lama waktu yang mereka habiskan, hanya nama wanita itu saja yang bisa mereka dapatkan.
Arnold sudah mencoba mencari tahu siapa wanita itu sebenarnya. Ada banyak wanita bernama Sofia Margaretha. Dia tak tahu pasti wajahnya seperti apa. Orang yang tahu pasti wajah wanita itu hanyalah Marco dan juga Karin.
"Dasar tak berguna! Kalian benar-benar tidak becus!"
BUGH!
Tinju Marco melayang cepat memukul rahang Arnold yang terdorong surut mundur ke belakang sebanyak beberapa langkah.
"Cari wanita itu sampai ketemu! Atau ku patahkan lehermu!" Bentak Marco mengamuk melemparkan semua barang yang ada di dekatnya ke tubuh Arnold.
PRANG!
Sebuah vas bunga nyaris mengenai kepala Arnold jika pria itu tidak segera menghindar dari amukan Marco. Diapun bergegas keluar sebelum mati konyol di tangan bosnya yang sudah seperti orang kesurupan setan.
"Sofia Margaretha, siapa dia heh?!" Gigi Marco bertaut geram, mengepalkan tinjunya kuat menahan emosi yang meledak-ledak dikepalanya memikirkan si wanita yang belum diketahui identitasnya itu.
.
.
.
Apakah Marco berhasil menemukan Sofie?
BERSAMBUNG