Jihan Hadid, seorang EO profesional, menjadi korban kesalahan identitas di rumah sakit yang membuatnya disuntik spermatozoa dari tiga pria berbeda—Adrian, David, dan Yusuf—CEO berkuasa sekaligus mafia. Tiga bulan kemudian, Jihan pingsan saat bekerja dan diketahui tengah mengandung kembar dari tiga ayah berbeda. David dan Yusuf siap bertanggung jawab, namun Adrian menolak mentah-mentah dan memaksa Jihan untuk menggugurkan kandungannya. Di tengah intrik, tekanan, dan ancaman, Jihan harus memperjuangkan hidupnya dan ketiga anak yang ia kandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Mereka berjalan menuju ke ruang perawatan dimana perawat sudah memindahkan Jihan disana.
Mereka bertiga masuk dan melihat Jihan yang sedang melamun.
"Jihan...." panggil Adrian yang langsung duduk di samping tempat tidurnya
"Kenapa kalian kesini lagi? Aku tidak mengenal kalian bertiga."
Jihan meminta mereka bertiga untuk keluar dari ruang perawatan.
"Kami tidak akan keluar dari ruangan ini, karena kamu mengandung anak kita bertiga." ucap David.
"A-aku hamil? Anak kalian bertiga?!" tanya Jihan sambil melihat mereka bertiga yang sangat tampan.
Mereka bertiga tersenyum tipis saat Jihan memandangi wajah mereka.
"A-apakah ini yang dinamakan surga?"
Jihan langsung kembali pingsan dan membuat mereka bertiga terkejut.
"JIHAN!! Bangun sayang, ini bukan surga." ucap Adrian.
David berteriak memanggil dokter agar segera datang ke ruang perawatan.
Dokter yang mendengar teriakan David, langsung berlari menuju ke ruang perawatan.
Ia segera mandi memeriksa Jihan yang kembali pingsan.
"Kenapa dia pingsan lagi?" tanya dokter.
Yusuf langsung tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan dari dokter.
"Jihan mengira kalau kami adalah malaikat dan ia mengatakan apakah ini yang dinamakan surga." ucap Yusuf.
Dokter ikut tertawa kecil dan ia meminta mereka untuk tidak membuat Jihan stres.
"Memang kalian sangat tampan dan jelas saja jika Jihan mengira kalau ia berada di Surga." ujar dokter yang kemudian keluar dari ruang perawatan.
Mereka bertiga kembali tertawa terbahak-bahak mengingat perkataan Jihan.
"Apakah kita memang setampan ini?" tanya David.
“Kita memang tampan, tapi bisa brutal kalau musuh berani menyentuh orang yang kita cintai,” balas Adrian dengan nada dingin namun serius.
Mereka kembali duduk di samping tempat tidur Jihan.
"Cantik sekali calon istri kita, " ucap Yusuf.
"Iya, dia memang sangat cantik sekali." ujar Adrian sambil mencium kening Jihan.
Beberapa menit kemudian Jihan membuka matanya perlahan dan melihat mereka yang masih tertawa kecil.
“Kalian menyebalkan sekali,” gumam Jihan lirih.
Mereka bertiga langsung menoleh ketika mendengar perkataan Jihan.
“Aku hilang ingatan dan malah ditertawakan,” ucap Jihan pelan dengan wajah cemberut manja.
Adrian mendekat, menggenggam tangannya penuh harap.
“Sayang, apakah kamu sudah ingat dengan kami?”
Jihan menganggukkan kepalanya dan langsung menyebut nama Kumpir.
Mereka bertiga kembali tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari Jihan yang menyebut nama Kumpir.
“KUMPIR!” seru David paling keras, diikuti tawa pecah dari Yusuf dan Adrian.
“Kumpir itu makanan favorit kamu! Kamu yang ngajarin kami semua cara makan pakai topping gila itu, inget nggak?!” ucap Yusuf dengan mata berbinar.
"Tengah malam beberapa hari yang lalu kita makan kumpir, sampai akhirnya ada orang yang mencelakai Adrian.x
“Syukurlah, kamu ingat semua." ucap Adrian sambil mencium kening Jihan
David dan Yusuf mencium punggung tangan Jihan.
“Selamat datang kembali, Jihan Hadid."
Mereka bertiga langsung memeluk Jihan dari tiga sisi hati-hati agar tidak mengenai perut dan luka bekas tembakan.
“Aku kangen kalian dan aku senang ternyata kalian bukan malaikat pencabut nyawa."
“Kalau kami malaikat, jelas tampan. Tapi sayangnya masih manusia dan masih pengen nikah sama kamu,” ucap Adrian menggoda.
“Dengan syarat, kita makan kumpir lagi setelah kamu sembuh total,” timpal David.
“Deal, tapi kali ini dengan topping keju semua."
Mereka berempat kembali tertawa kecil mengingat Kumpir.
Tak berselang lama perawat datang membawa nampan berisi bubur, susu kedelai dan buah jeruk untuk Jihan.
"Biar kami saja yang menyuapi Jihan." ucap Adrian.
Perawat menganggukkan kepalanya dan keluar dari ruang perawatan.
Adrian mengambil mangkuk bubur, David mengambil susu kedelai dan Yusuf mengandung jeruk.
"Enak kan, punya calon suami seperti kita." David mengedipkan sebelah matanya.
Jihan tersenyum tipis dan ia membuka mulutnya saat Adrian menyuapinya.
"Buburnya tidak ada rasanya," ucap Jihan sambil melirik ke arah David.
Jihan sangat suka dengan bubur yang dibuat oleh David.
"Ok, Ok. besok kalau kamu sudah sembuh. Aku buatkan bubur spesial untuk Jihan Hadid."
"Terima kasih, David."
Jihan mendekatkan wajahnya ke wajah David dan langsung menarik ciuman di bibir.
"Jihan curang!!" protes Adrian dan Yusuf.
Adrian dan Yusuf ikut maju agar mendapatkan ciuman dari Jihan.
"Kalian seperti anak kecil dan jika ada orang yang melihatnya. Mereka tidak akan percaya, jika kalian mafia." ucap Jihan.
"Kami memang anak kecil, calon suami dan calon ayah." ujar mereka bertiga.
Jihan kembali menikmati bubur, susu coklat dan jeruk.
Setelah selesai makan Adrian meminta Jihan untuk kembali istirahat.
Mereka bertiga kembali duduk di samping tempat tidur Jihan.
Mereka tertawa kecil melihat tingkah Jihan yang menggemaskan.
Disaat mereka sedang tertawa terbahak-bahak, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka perlahan.
Hembusan angin dingin masuk ke ruangan, membuat suasana berubah mencekam dalam sekejap.
David yang duduk paling dekat dengan pintu langsung menyipitkan mata dan berbisik tajam,
“Persik!!”
Itu adalah kode darurat yang hanya dipakai saat nyawa mereka benar-benar dalam ancaman.
Adrian dan Yusuf langsung bereaksi tanpa pikir panjang. Adrian cepat menggendong Jihan yang masih dalam kondisi lemah, sementara Yusuf menutup tubuhnya dengan jaket agar tidak terlihat.
Pria asing berpakaian seperti staf rumah sakit masuk sambil menunduk, namun gerak-geriknya mencurigakan.
Tangannya menyentuh sesuatu di balik jas putihnya.
DOR!
Terdengar suara tembakan keras dari pistol David yang menembus dada pria itu sebelum sempat mengeluarkan senjatanya.
Tubuhnya roboh seketika—mati di tempat. Ternyata dia adalah salah satu anak buah Ares.
Beberapa perawat dan dokter yang mendengar suara tembakan segera datang.
Salah satu dari mereka adalah dokter yang sebelumnya menangani Jihan. Ia melihat tubuh di lantai dan menutup pintu dengan cepat.
“Kalian harus segera sembunyikan Jihan,” ujar dokter dengan napas terengah.
“Luka tembaknya masih basah dan ia masih membutuhkan perawatan khusus"
“Di mana tempat paling aman di rumah sakit ini?”
“Ada ruang bawah tanah di sisi timur rumah sakit. Itu ruang penyimpanan lama yang tidak lagi dipakai. Tidak ada CCTV di sana, dan hanya sedikit staf yang tahu.”
"Tunjukkan jalannya. Sekarang.”
Dengan bantuan dua perawat yang bisa dipercaya, mereka membawa Jihan melewati lorong belakang dan lift barang menuju ruang bawah tanah rumah sakit.
Ruang itu dingin dan minim penerangan, tapi cukup luas untuk tempat perawatan darurat.
Dokter segera menyambungkan peralatan medis agar Jihan tetap stabil.
Setelah semuanya aman, dokter menatap mereka bertiga.
“Aku akan pastikan tidak ada satu pun staf tahu Jihan ada di sini. Tapi kalian harus waspada. Ini belum selesai.”
David menganggukkan kepalanya dengan matanya gelap penuh kemarahan.
“Mereka sudah keterlaluan dan mereka akan menyesal menyentuh Jihan.”
