NovelToon NovelToon
Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pelakor jahat
Popularitas:616
Nilai: 5
Nama Author:

Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.

​Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”

​“Sederhana. Pernikahan.”

​Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.

​“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.

​Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”

Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?

CHAPTER 13

Chapter 13

POV – Kairav Arumbay

Setelah tragedi mawar merah...

Aku membuka pintu dan melihat Islana yang terbaring di tempat tidur. Para pelayan yang memiliki luka-luka di tubuh mereka, hanya bisa mendampingi Islana yang ketakutan. Hal pertama yang aku lakukan saat mendengar anak buah Oza datang dan melukai Islana adalah meninggalkan apapun dan langsung pulang dan melihatnya. Terlebih lagi Islana sedang berada di kamar mandi dalam keadaan tidak berdaya.

​Tapi ketika aku mendekat ke arahnya dan ingin melihat kondisinya, dia mengamuk dan memintaku untuk menjauh. Hatiku remuk melihat kebenciannya padaku. Menghindari sentuhanku dan bahkan tidak ingin mendengar suaraku.

​Dia justru meminta Omar untuk berada di sampingnya. Aku menatap Omar ketika dia menunggu respon dariku. Dia jelas-jelas sangat ingin menenangkan Islana dari wajahnya. Meskipun dia tidak akan bergerak tanpa persetujuanku.

​Aku dengan berat hati mengangguk dan memintanya untuk menemani Islana. Aku melihat bagaimana wajah cantiknya yang ketakutan menjadi lebih tenang dengan kehadiran Omar. Aku keluar dari kamar. Jika tidak aku akan memukul wajah Omar untuk pertama kalinya karena aku tidak bisa menahan emosiku.

​Aku berdiri di depan pintu sekitar satu jam lamanya. Setelah satu jam aku tidak tahan lagi dan membuka pintu tanpa mengeluarkan suara. Islana sudah tidur. Tidur di sebelah Omar yang duduk dan bersandar di kepala tempat tidur. Tangan mereka berpegangan.

​Aku berjalan dan menyentuh pundak Omar. Dia bangun dan terkejut melihatku di sana. Aku memintanya keluar dengan mataku. Dia sekali lagi terlihat enggan meninggalkan Islana, tapi tentu saja dia tidak punya pilihan.

​Setelah dia pergi, aku berjongkok dan melihat Islana. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatkan wajahku. Mengecup keningnya, mengecup matanya yang tertutup, dan juga mengecup hidungnya.

​Lalu handphone-ku bergetar. Aku mengeluarkan dari jas-ku dan di sana terdapat pesan yang melengkapi kejadian hari ini.

Ny. Malikah dan Astaria memberikan

informasi keberadaan Islana pada Klan Barabay kemarin.

Ada informan di Mansion. Hati-hati.

Tanganku mengepal dan seluruh otot di tubuhku terasa keras dan tidak sabar untuk membalas semua ini kepada mereka.

***

Masa Kini

POV – Islana

Aku bangun ketika sebuah jam weker di sebelahku berbunyi. Aku mengambilnya dan mematikan suaranya. Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Kamar tidur yang aku tempati tiga kali lebih besar dari kamarku sebelumnya. Kamar ini bahkan memiliki ruang tamu dan jendela mengarah ke danau.

​Lalu...ada yang menyentuhku dari samping. Sebelum aku bisa berteriak, tangannya menutup mulutku. Kai.

​Dia tersenyum dan menopang wajahnya dengan telapak tangan. Melihatku yang masih berbaring. Dia sudah mengganti pakaiannya dengan sebuah kaus berwarna putih. Matanya melihatku dengan penuh perhatian. “Jangan membuat para pengawal sibuk. Aku cuman tidur di sini.”

​Aku mendorong tangannya. “Kenapa kamu disini? Nggak punya kamar sendiri?”

​“Di sini ada sepuluh kamar, sayangnya hanya ada satu kamar di mana kamu tidur di dalamnya.” Matanya berbinar saat mengatakan itu. Matanya mengamati bibirku dengan intens.

​Kai terlihat berusaha mendekatkan dirinya. Meskipun bisa saja dia sengaja mengatakan itu agar aku terbuai dengan kata-katanya. Tapi di sisi lain aku merasa tersentuh mendengar itu. Seakan-akan dia menghargai keberadaanku di sini.

​“Sekarang apa yang kita lakukan di sini? Bersembunyi selama satu bulan? Tiga bulan?” Aku berusaha membicarakan topik lain.

​Kai lebih rileks pagi ini dibanding semalam. Dia terlihat tidak gentar dengan apa yang akan terjadi. “Jujur, di sini lebih tenang daripada di tengah kota. Mungkin kamu bakal suka.”

​“Mereka menakutkan, Kai.” Aku mengatakan apa yang ada di kepalaku.

​“Mereka menakutkan bagi yang belum pernah bertemu dengan mereka. Mereka memang brutal dan nggak punya perasaan tapi aku akan memastikan semua ini akan selesai cepat atau lambat.”

​Kai berdiri. “Ayo, sarapan pasti sudah siap.” Dia mengulurkan tangannya.

​Perutku berbunyi sebelum aku bisa menolaknya. Kai menahan senyumannya dan sekali lagi aku harus menaruh tanganku di atas tangannya.

***

Kai bersikeras kita sarapan tanpa mandi terlebih dahulu. Dona – dia juga sudah berada di rumah ini – memberikanku kimono berwarna biru tua untuk menutupi gaun tidurku. Kami turun ke lantai dua di rumah berbentuk istana ini. Aku memperhatikan rumah berbentuk persegi empat ini. Di tengah-tengah bangunan terdapat void kosong dan air mancur besar berada di tengah-tengahnya.

​“Kai,” tanyaku padanya saat berjalan untuk turun. “tadi malam pernikahan kita dianggap batal kan?”

​Kai berhenti. Aku juga ikut berhenti di belakangnya. Ketakutanku muncul karena aku yakin dia berang dengan pertanyaan itu. Dia berbalik dan dengan wajahnya yang jelas-jelas kekurangan tidur itu, dia menghembuskan napas panjang.

​“Kamu tau kan pernikahan ini harus tetap berhasil meskipun di sabotase?”

​Mendengar ancaman singkat itu aku menahan napasku. “Karena hidup keluargaku bergantung dengan pernikahan ini.”

​“Ya.” Kai tersenyum lagi seperti iblis yang menang dalam sebuah perdebatan besar.

​Kami berdua sampai di ruang makan. Tapi sebuah pemandangan membuat langkah kami berdua terhenti. Aku bahkan menutup sebagian tubuhku di belakang Kai. Melihat meja makan dengan salah satu mataku.

​Di meja makan panjang dan lengkap dengan belasan jenis makanan itu, dua orang duduk. Mereka duduk berseberangan. Seorang pria dan wanita muda.

​Siapa mereka?

​Tapi aku merasa pernah melihat mereka.

​Beberapa detik kemudian aku sadar dan mulutku terbuka dengan sendirinya.

​Aku melihat mereka di foto itu.

​Foto keluarga Kai.

​Mereka adalah adik dari Kai.

​Dan sekarang mereka menatapku yang berada di belakang Kai dengan mata penuh kebencian dan siap untuk membunuhku dengan tangan mereka.

1
danisya inlvr
Gemes banget 😍
Irisa_Sherenada: Gemes* Sama Kai ya? 😊
Irisa_Sherenada: Genes Sama Kai ya Kak? 😘
total 2 replies
Inari
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
Irisa_Sherenada: Makasih kakak. Stay tuned yah 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!