Tes Tes Tes
Air mata Airin tertahankan lagi ketika mendapatkan tudingan yang begitu menyakitkan dari sang ayah.
Bahkan pipinya memerah, di tampar pria yang begitu dia harapkan menjadi tempat berlindung, hanya karena dia mengatakan ibunya telah dicekik oleh wanita yang sedang menangis sambil merangkulnya itu.
Dugh
"Maafkan aku nona, aku tidak sengaja"
Airin mengangguk paham dan memberikan sedikit senyum pada pria yang meminta maaf padanya barusan. Airin menghela nafas dan kembali menoleh ke arah jendela. Dia akan pulang, kembali ke ayah yang telah mengusirnya tiga tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Tertarik
Pesawat yang di tumpangi oleh Airin itu transit di Dubai. Mereka berada di bandara untuk beberapa saat. Yang dilakukan Airin juga hanya berdiam diri di lounge yang ada di sana. Namun dua pria yang tadi berada di belakang tempat duduknya sepertinya juga berada di tempat itu. Dan yang satunya, terlihat sangat tidak senang.
"Tuan yakin mau menunda pernikahan lagi? sudah satu tahun bertunangan, apa tidak sebaiknya dicoba saja. Siapa tahu dengan istri sah bisa..."
Pria yang tadi minta maaf pada Airin menggerakkan telunjuknya lurus tegak dan turun lalu seperti itu lagi, beberapa kali. Airin bukan gadis polos yang tidak mengerti. Sepertinya pria yang berada di depan pria yang menyenggolnya tadi memang punya masalah dengan juniornya.
Tapi karena itu bukan urusan Airin. Airin memalingkan wajahnya ke tempat lain. Saat dia akan menggeser duduknya, dia malah tidak sengaja menabrak seseorang yang menumpahkan minuman di jaketnya.
"Nona, maafkan aku! aku tidak sengaja?" kata pelayan yang ada di lounge itu dengan wajah yang terlihat takut dan panik.
Airin hanya mendesah kasar. Dia pernah berada di situasi itu. Dan memang, hal itu benar-benar akan membuatnya panik. Jika Airin marah, pasti manager lounge bandara itu akan memarahi pelayan itu. Mungkin hal paling buruk yang bisa terjadi adalah pelayan itu akan di pecat.
Airin berdiri dan menyeka sisa air di jaketnya itu dengan tangan.
"Tidak apa-apa, tidak masalah. Kamu tidak sengaja! aku akan membersihkan jaketku di toilet!" ujar Airin dengan bahasa Inggris tentunya.
Dan ketika Airin sedang mencari toilet, dia tidak menemukannya setelah beberapa waktu. Dia pun ingin kembali ke tempat tadi, mencoba mencari orang untuk bertanya. Dan saat Airin berbalik.
Brukk
Airin menabrak seseorang yang berjalan di belakangnya. Pria itu sama sekali tidak menyentuhnya, tapi karena Airin takut jatuh. Dia pun merangkulkan kedua tangannya ke leher pria itu.
Airin menatap pria yang terlihat marah itu. Menyadari dia telah berbuat lancang, dia pun segera berusaha berdiri.
"Maaf tuan, aku tidak sengaja! maaf!" Airin segera berlari menjauh dari pria itu.
Bagaimanapun, dia tidak mengenal pria itu. Dan langsung merangkulnya seperti itu. Entah apa yang pria itu pikirkan, Airin sama sekali tidak ingin terlibat masalah. Dia benar-benar harus pulang. Ada yang harus dia lakukan.
Pria itu terdiam. Pria dengan setelan jas mahal itu menyentuh dadanya. Dan wajahnya terlihat bingung.
"Aku tidak mendorongnya! kenapa aku tidak mendorongnya?" gumamnya terlihat bingung.
Pria tampan nan rupawan itu adalah Samuel Fernando Soler. Dia adalah pewaris Soler company yang begitu terkenal dan begitu besar. Perusahaan multinasional yang begitu ditakuti pesaingnya.
Hanya saja, pria itu punya masalah yang tidak bisa dia ceritakan pada sembarang orang. Dia tidak tertarik sama sekali, tidak bisa bangkit, tidak bisa tegak, meskipun ada wanita yang menggodanya, bahkan tanpa busanaa. Dan jika ada wanita yang nekat memeluknya dengan sentuhan aneh, dia akan sangat emosi dan selalu mendorong wanita itu menjauh. Namun tadi, saat Airin merangkul lehernya, kulit tangan Airin bersentuhan dengan begitu dekat dan cukup lama dengannya. Samuel tidak merasa tidak nyaman.
Airin mendengus kesal, dia hanya bisa melepaskan jaketnya dan menyimpan di dalam tasnya ketika panggilan untuk kembali ke pesawat menggema di bandara.
Airin kembali duduk di tempatnya, untungnya ada selimut di sana. Hingga dia bisa menutupi kaosnya yang memang agak tipis itu. Masih ada 8 jam perjalanan lagi. Airin memilih untuk kembali tidur. Karena mungkin saat kembali ke rumah. Dia tidak akan bisa langsung istirahat.
Dia pulang, tepat di anniversary pernikahan ayahnya dengan Susan, ibu tirinya. Dia tidak mungkin tidak muncul dan hanya beristirahat di kamarnya. Ayahnya akan marah lagi padanya.
Samuel terus melirik ke arah belakang. Entah kenapa, dia begitu penasaran dengan wanita yang ternyata berada satu penerbangan dengannya itu.
Hingga saat semua orang tampak tenang karena memang mereka sudah tertidur. Samuel mendengar suara seperti orang ketakutan dari arah belakang.
Samuel memberanikan dirinya menoleh. Dan ternyata, wanita yang tadi tak sengaja bertabrakan dengannya itu. Terlihat seperti orang yang sedang mimpi buruk.
Samuel melihat keringat di dahi dan pelipis wanita itu, padahal ruangan ini sangat dingin. Samuel melihat ke depan, bahkan asisten pribadinya Billy kuha sedang tidur.
Pria itu ingin berdiri, membangunkan wanita yang terlihat sangat tidak nyaman dan ketakutan itu. Tapi seorang pramugari sudah lebih dulu menghampiri Airin.
"Nona, nona" panggil pramugari itu sambil menepuk pelan punggung tangan Airin.
"Hahh" Airin terlihat membuka matanya dengan cepat.
Bahunya naik turun karena nafasnya tersengal-sengal.
"Nona baik-baik saja? apa ada yang sakit? ada yang tidak nyaman?" tanya pramugari itu dengan sopan dan tenang.
"Maaf, maaf aku mimpi buruk. Boleh aku minta air?" tanya Airin.
"Tentu saja, jika aku pergi mengambil air apa tidak masalah?" tanya pramugari itu.
"Tidak apa-apa, aku tidak akan tidur lagi" jawab Airin.
"Baiklah, tunggu sebentar nona" ujar pramugari itu dan langsung pergi.
Samuel yang duduk kembali di tempatnya tampak berpikir. Tapi dia yang memang cuek, dan dingin. Malah enggan menoleh lagi. Dia malah khawatir dituding kepo.
Sedangkan Airin, dia menyeka wajahnya dengan tissue. Mimpi yang dia alami memang sangat buruk. Kejadian tiga tahun ini itu terus saja menghantuinya.
Kejadian dimana dia terjebak situasi, tidak bisa mengelak. Karena tidak diberi kesempatan berbicara sama sekali. Dimana untuk pertama kalinya, setelah 18 tahun untuk kali pertamanya ayahnya memukulinya.
Untuk kali pertama, dia berdarah karena ayahnya, tangannya luka. Tangan itu, bahkan di siram dengan air panas, hingga lukanya pun masih ada sampai saat ini. Di lengan bagian bawahnya. Itu sangat menyakitkan.
Karena itu kemanapun dia pergi, dia selalu menggunakan jaket. Bukan malu, hanya saja tidak ingin membuat orang lain merasa jijik.
Namun setelah menyeka keringat, tangan Airin terkepal.
'Aku kembali ayah, aku akan meminta kalian semua membayar apa yang sudah kalian lakukan pada ibuku' batinnya begitu bertekad.
***
Bersambung...