Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.
Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.
Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?
Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Memaafkan
Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Keheningan masih menyelimuti apartemen mewah Ken. Di luar, hujan rintik-rintik menemani kegelapan malam.
Lea masih mengurung diri di kamar, meratapi first kiss-nya yang direbut paksa oleh ken. Namun rasa lapar akhirnya mengalahkan pertahanannya.
Lea mengintip dari balik pintu kamarnya. Terlihat Ken sedang duduk di sofa, wajahnya terlihat lelah, tapi matanya tajam dan waspada. Ia sedang memandangi laptopnya, jari-jarinya bergerak cepat di keyboard. Mungkin ia sedang mengurus urusan pekerjaannya, pikir Lea, merasakan sedikit rasa bersalah.
"Kenapa Kak Ken duduk di sana sih?" gumam Lea pelan.
Ken, dengan kepekaannya yang tajam, langsung mengangkat pandangannya. Tatapannya bertemu dengan tatapan Lea. Di dalam matanya, Lea melihat campuran kelegaan, kecemasan, dan sesuatu yang mirip dengan kekhawatiran. Ada sesuatu yang menghantuinya, pikir Lea.
"Lea! Kau pasti lapar, cepat makan aku sudah pesankan makan malamnya." Ujar Ken tegas tapi dengan nada sedikit lembut.
"Hm .... " Jawabnya singkat
Meskipun masih kesal, rasa lapar akhirnya mengalahkan keengganan Lea. Ia melangkah ke meja makan di dekat ruang tamu. Ken tersenyum tipis, menutup laptopnya, dan menyusul Lea. Suasana makan malam dipenuhi keheningan, hanya diselingi suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Lea makan dengan cepat, ia masih enggan bertemu pandangan dengan Ken.
Ken tidak ingin menganggu mood Lea, tapi ia juga ingin memperbaiki situasi. Mereka makan dalam diam, suasana hanya diisi dengan suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
Setelah makan malam, Lea langsung membereskan meja makan dengan cekatan. Ia mencuci piring dengan cepat dan tanpa sepatah kata pun. Namun, saat ia hendak kembali ke kamarnya, Ken berbicara lagi. Suaranya lebih lembut dari sebelumnya.
"Lea … aku benar-benar minta maaf. Aku tahu aku salah. First kiss-mu … itu berharga. Aku tidak berhak mengambilnya tanpa izin. Aku tak pernah bermaksud menyakitimu, sungguh. Aku sangat bodoh." Matanya menatap Lea dengan penuh penyesalan.
"Aku masih kesal sama Kakak!" Lea membuang muka.
"Aku memahami kemarahanmu. Dan aku menyesalinya. Kau berhak marah. Aku akan melakukan apa saja untuk memperbaikinya. Beri aku kesempatan." Lanjut Ken yang sudah mulai frustasi.
"Apa yang bisa kau lakukan? Kau tahu kan, first kiss itu ... itu sesuatu yang spesial. Kau telah merenggut sesuatu yang tak akan pernah bisa kembali. Bagaimana kau bisa mengembalikannya?"
"Aku. … tidak tahu. Tapi aku janji tidak akan mengulangi lagi ... tanpa izin dari mu. Aku janji akan selalu menghormati perasaanmu."
"Hah ... berati kakak akan melakukan lagi jika aku izinin!" Tanya Lea yang menangkap maksud lain dari ucap Ken.
"Dasar mesum!" Lanjut Lea masih kesal.
Ken mendekati Lea lalu meraih tangan Lea dengan hati-hati.
"Lea aku benar-benar menyesal." Ucap Ken sambil menatap lembut mata Lea.
Lea menarik nafas dalam. "Aku … masih kesal sama kak ken. Tapi …."
"Tapi … kau jugab… memaafkanku?" sambar Ken tak sabar, dengan tatapan yang penuh harap.
Lea tersenyum sedikit, namun masih ada sedikit keraguan.
"Hmm … iya. Tapi jangan pernah lakukan lagi!" peringat Lea tegas.
Ken mengangguk cepat." Aku janji." Sembari tersenyum lepas, membuat Lea terpesona dengan senyuman Ken.
Ken merasa sangat lega mendapat maaf dari Lea, Ken merasakan beban yang terangkat dari dadanya.
Lea mengajak Ken menonton drama Korea, sebuah cara untuk menghilangkan ketegangan dan menikmati waktu bersama.
Ken menurut, sambil terus memperhatikan laptopnya untuk beberapa hal penting.Ia sesekali melirik Lea yang sedang fokus pada layar TV, kadang tersenyum, kadang menahan air mata.
Tingkah Lea yang kontras itu membuat Ken menggelengkan kepala perlahan.Waktu berlalu dengan cepat.
Ken baru sadar bahwa waktu sudah larut malam ketika ia melihat Lea yang sudah menguap tapi masih enggan meninggalkan dramanya.
"Lea ini sudah larut malam baiknya kamu, istirahat besok sekolah."
"Tanggung Kak, bentar lagi ini selesai, aku penasaran endingnya."
Ken menggeleng pelan lalu fokus lagi mengotak atik laptopnya, mengabaikan Lea yang sedang menonton. Dua puluh menit kemudian. Ken akhirnya menutup laptopnya. Lalu mengalihkan pandangannya pada Lea, ternyata Lea sudah tertidur.
Ken meletakkan laptopnya lalu mendekati Lea yang sudah terlelap, ia mengamati wajah cantik Lea lebih dekat. Tangannya terulur merapikan rambut Lea yang jatuh menutupi sebagian wajahnya.
"Kau ternyata sangat cantik saat tidur." Gumam Ken pelan.
"Ekhem .... "
Ken tersentak dari lamunannya, tatapannya beralih dari Lea yang tertidur pulas ke Satria yang berdiri di belakangnya.
Kehadiran Satria memecah kesunyian malam, menghilangkan rasa lega yang baru saja Ken rasakan. Ken langsung kembali ke ekspresi datarnya yang biasa, menyembunyikan kejutan dan sedikit ketidaknyamanan karena ditemukan sedang memperhatikan Lea.
"Ada apa?" tanya Ken datar.
"Maaf mengganggu, tapi ini penting. Kita harus bicara." Jawab Satria dengan suara rendah.
Ken melirik Lea lagi sekilas, lalu memperbaiki posisi tidur Lea dengan hati-hati. Setelah memastikan lea masih tertidur nyenyak. Ken mengangguk pada Satria, memberi isyarat bahwa ia akan ikut.
Ken bangun dengan hati-hati, mencoba untuk tidak mengusik Lea. Ia mengikuti Satria ke ruang kerja. Pintu ruang kerja ditutup dengan hati-hati.
Di dalam ruang kerja, suasana berubah menjadi tegang. Ketegangan yang nyata terasa di udara.
Satria menatap Ken dengan tatapan serius, suaranya berat.
"Mereka sudah tahu, Ken. Mereka tahu tentang... Lea. Mereka tahu betapa pentingnya dia bagimu. Dan mereka akan memanfaatkannya." Ia menarik napas dalam-dalam. "Mereka akan menyakiti Lea untuk menghancurkanmu."
"Siapa mereka yang berani mengusik ku?" Tanya ken tegas dan tatapan tajamnya.
"Kita tidak tahu pasti siapa mereka, Ken. Bayu dan Bara sedang menyelidikinya. Info yang kita terima menunjukkan bahwa mereka telah mengetahui tentang keterkaitanmu dengan Lea." Jelas satria.
"Jadi mereka sudah menyadari Lea adalah … titik lemahku."
"Tepat. Mereka memanfaatkan itu. Kita harus memperketat keamanan buat Lea.
"Sejauh mana mereka telah bertindak?" Lanjut Ken.
"Saat ini mereka mengirim mata-mata untuk memantau pergerakan Lea. Dan itu berarti mereka bisa bertindak kapan saja."
"Mereka pikir bisa semudah itu menghancurkan The Silent. mereka akan tahu akibatnya jika berani menyentuh milikku." Ucap Ken dengan tangan mengepal erat.
"Aku tahu, tapi kita tetap harus waspada Ken. Ini menyangkut keselamatan Lea." Tambah Satria.
"Hm ... mulai besok tambahkan bodyguard bayangan buat keamanan Lea." Titah Ken tegas.
"Baik. Aku akan mempersiapkan semuanya. Tapi bagaimana dengan Lea? Apa yang akan kau katakan padanya."
"Untuk saat ini, biarkan ia tidak tahu. Yang perlu ia tahu adalah, ia aman bersamaku."
contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.
dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒