NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Sandrawi

Misteri Kematian Sandrawi

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Matabatin / Mata Batin / TKP / Tumbal / Tamat
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

“SANDRAWI!”

Jeritan Ratih memecah malam saat menemukan putrinya tergantung tak bernyawa. Kematian itu bukan sekadar duka, tapi juga teka-teki. Sandrawi pergi dalam keadaan mengandung.

Renaya, sang kakak, menolak tunduk pada kenyataan yang tampak. Ia menelusuri jejak sang adik, menyibak tiga tahun yang terkubur. Dan perlahan, luka yang dibungkam mulai bersuara.

Mampukah Renaya memecahkan misteri tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernyataan

“Gimana sekarang? Udah percaya, Mbak?” tanya Renaya pelan, sorot matanya mengunci wajah kakaknya.

Hati Kinasih yang sejak tadi berusaha menyangkal, kini mulai diaduk oleh gelombang amarah yang menggelegak. Matanya menatap tajam ke arah foto yang terpampang jelas di layar ponsel milik sang adik. Bukti itu menampar kesadarannya tanpa ampun.

“I… ini…” suaranya tercekat di tenggorokan.

“Aku nggak pernah main-main soal hal begini, Mbak. Apalagi kalo sudah menyangkut Ibu sama Sandrawi,” Renaya menegaskan, tak membiarkan keraguan merayap kembali di benak Kinasih.

“Dasar bangsat!” pekik Kinasih penuh geram.

Renaya terkejut melihat bagaimana rona wajah sang kakak memerah hebat, urat-urat di lehernya tampak menegang menahan emosi yang meluap tak terbendung.

“Selama ini aku dibohongi! Bodohnya aku percaya sama dia tanpa curiga sedikitpun!” suara Kinasih bergetar, jemarinya mengepal erat hingga buku-bukunya memutih. Tanpa mampu menahannya, butiran hangat menetes dari sudut matanya.

Renaya hanya mampu mengusap pelan lengan sang kakak, berusaha menenangkan meski ia tahu luka di hati Kinasih tidak akan mudah terobati.

“Kita nggak bisa diem aja, Mbak,” gumam Renaya tegas. “Kita harus bongkar semuanya, termasuk kematian Sandrawi. Ada kemungkinan mereka juga terlibat di balik tragedi itu.”

Kinasih buru-buru menghapus jejak air matanya dengan punggung tangan, lalu mengangguk mantap. Hanya beberapa menit yang lalu ia masih buta, masih menyangkal kenyataan. Namun kini, saat bukti terpampang begitu jelas, Kinasih tak bisa menutup mata lagi. Ini tentang keluarganya—tentang Ibu mereka, tentang adik mereka yang sudah tiada.

Jika sebelumnya Kinasih memilih masa bodoh terhadap penYebab kematian Sandrawi, maka detik itu hatinya tergugah untuk berdiri di pihak Renaya. Mereka harus mencari kebenaran.

“Apa aja yang kamu temuin selama nyelidikin ini, Ren?” tanya Kinasih, suaranya lebih tenang tapi nadanya masih mengeras.

Renaya menarik napas dalam-dalam, mencoba menyusun rentetan fakta yang telah dia gali selama ini. Lalu, perlahan namun tanpa satu pun disembunyikan, Renaya mengurai segalanya kepada sang kakak—dari kecurigaannya, hingga rahasia besar yang selama ini tersimpan rapat. Termasuk kenyataan pahit bahwa Sandrawi, adik mereka, ternyata tidak pernah mengenyam bangku kuliah seperti yang selama ini dikira.

Sekilas, Renaya menangkap gelagat Kinasih yang tampak mengalihkan tatapan ke sudut ruangan ketika bagian tentang kuliah Sandrawi disebutkan. Ada keraguan yang melintas di wajahnya, ada kegelisahan yang samar namun tak luput dari pengamatan Renaya.

“Harusnya aku lebih peka sama Sandrawi…” bisik Kinasih lirih. “Aku ngerasa gagal jadi kakak… aku terlalu sibuk sama urusanku sendiri, sampai nggak tahu kalau dia nggak kuliah…”

Renaya menghela napas berat, membiarkan beban di dadanya luruh sejenak.

“Sandrawi pasti bisa memaklumi, Renaya…” gumam Kinasih, suaranya terdengar ragu, nyaris seperti membela diri.

Renaya menatap kakaknya tajam, bibirnya mengerucut sebelum berkata, “Mbak tahu, ya? Kalau Sandrawi ternyata nggak pernah kuliah?”

Sorotan mata Kinasih langsung menghindar, gerakan kepalanya mengangguk pelan. Ia memang tahu, sejak lama. Kinasih paham benar bahwa Baskoro tidak pernah benar-benar menyekolahkan adik bungsu mereka. Hanya saja, selama ini ia memilih bungkam, tidak ingin mengusik urusan ayah mereka dengan Sandrawi.

Melihat bagaimana sang kakak dengan mudah mengakui hal itu, Renaya hanya mampu menarik napas panjang. Bahkan amarah pun rasanya tak lagi sudi mampir di hatinya. Semua energinya telah terkuras sejak lama.

“Maaf… harusnya aku kasih tahu kamu dari awal kalau Sandrawi nggak benar-benar kuliah…” suara Kinasih terdengar lirih, dipenuhi penyesalan yang datang terlambat.

Renaya mendengkus kecil, kepala terasa semakin berat menahan sesak yang tak kunjung reda. “Nggak ada gunanya lagi sekarang, Mbak. Mau Mbak tahu atau nggak… semuanya tetap nggak akan berubah.”

Kinasih menunduk, menahan genangan air mata yang hendak jatuh. “Aku merasa gagal jadi kakak buat dia…”

“Kita semua gagal,” sahut Renaya getir. “Waktu dia paling butuh seseorang, kita malah nggak pernah ada.”

Perasaan bersalah mengimpit Kinasih semakin dalam. Ia, yang tinggal paling dekat dengan Sandrawi, ternyata paling tidak tahu menahu soal kondisi adiknya sendiri. Rasa acuh yang selama ini ia banggakan, kini menikamnya balik tanpa ampun.

“Jadi… kita harus gimana sekarang, Ren?” suara Kinasih nyaris berbisik, menyiratkan kelelahan yang tak mampu ia sembunyikan.

Renaya diam sejenak, pikirannya berpacu merangkai langkah selanjutnya. Setidaknya, kini ia tidak lagi berjuang sendirian.

“Mbak udah pernah lihat surat terakhir yang ditulis Sandrawi sebelum dia… pergi?” tanya Renaya pelan.

Kinasih menggeleng, ekspresinya kosong. Sejak awal ia memang tak pernah ingin mencampuri urusan itu, memilih berpaling tanpa peduli.

Beruntung Renaya selalu membawa surat itu ke mana pun ia pergi. Tanpa berkata panjang lebar, Renaya merogoh tasnya dan mengulurkan selembar kertas kusut ke hadapan sang kakak.

Kinasih menyambutnya dengan tangan bergetar, matanya menelisik tiap baris kata yang tergores di sana. Seketika, bulir bening tak kuasa tertahan, jatuh membasahi pipi yang memucat.

“Aku… aku benar-benar kakak yang buruk… harusnya aku ada di samping dia waktu dia butuh aku…” bisiknya penuh penyesalan.

Renaya menggeleng pelan, menahan getir yang kembali menyeruak. “Nyalahin diri sendiri nggak akan ngerubah apa-apa, Mbak. Lebih baik kita fokus cari tahu kenapa semua ini bisa terjadi. Kematian Sandrawi… nggak pernah terasa wajar di mataku.”

Kinasih mengangguk, mencoba menenangkan hatinya. Surat itu kembali ia perhatikan, hingga alisnya mengernyit ketika memperhatikan detail tulisan tangan yang begitu rapi, tegak bersambung.

“Ren… ini tulisan Sandrawi?” tanyanya ragu. “Kok… kayaknya nggak mirip, ya?”

Renaya mengangguk, mengerti maksud pertanyaan sang kakak. “Aku juga ngerasa aneh, Mbak. Tulisan dia nggak kayak gini, makanya aku lagi nyelidikin soal ini.”

“Kamu udah bandingin sama tulisan-tulisan dia yang lain?” Kinasih menatap Renaya dengan mata merah membara.

“Udah. Dan hasilnya… beda jauh.”

Diam sejenak, Kinasih mengamati surat itu lebih dalam. “Coba kamu bandingin sama tulisannya Bagantara…” ucapnya pelan.

Renaya mengangguk setuju. Terlepas dari semua konflik batin, nama Bagantara kini memang wajib masuk dalam lingkaran kecurigaan mereka. Terlalu banyak hal mencurigakan, terlalu banyak kebetulan yang tidak masuk akal.

Tanpa menunggu lama, Kinasih bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar. Ia kembali membawa sebuah buku catatan milik sang suami, menyerahkannya dengan tangan bergetar.

“Ren… kamu aja yang cek. Aku nggak sanggup lihat,” suaranya pecah, tubuhnya kembali roboh di atas sofa.

Renaya menerima buku itu, menelan ludah sebelum mulai mencocokkan satu per satu goresan tinta di halaman-halaman itu.

Dan detak jantungnya seketika mengencang, saat matanya menemukan pola yang tak bisa ia sangkal.

1
Ruby
semangat ya Thor, aku bakal balik lagi kok. Ceritanya bagus, penuh misteri!!
Anonymous: Aww trimksih banyak yaa
seneng banget ada yang support begini🌷☺️🫶
total 1 replies
Ruby
Wahh curiga sama bapaknya /Drowsy/
Ruby
terus pria yang sebelumnya menatap sandrawati b*ndir siapa?
Ruby
siapa yang naruh bawang di sini?!/Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!