Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayang-bayang Tanggal Dua
Cahaya senter Inspektur Jaxon perlahan mengarah ke Reyna yang masih berdiri di tempat yang sama, sedikit menjauh dari Arthur dan Noah. Ia sedikit memejamkan mata karena silau cahaya senter. Ia tampak lelah dan sedikit tegang.
Noah, yang melihat Reyna di sana, berkedip beberapa kali. Sebuah senyum sumringah tiba-tiba terpatri di bibirnya. Ia selalu bersikap seperti itu di dekat Reyna— seperti kucing yang menggeliat manja. Ia pun berjalan menghampiri Reyna.
"Reyna? Ternyata kau ada di sini juga?" katanya, suaranya terdengar ceria dan ramah, berbeda dengan suasana tegang yang menyelimuti ruangan. Ia selalu menunjukkan sisi ramah dan menyenangkannya di dekat Reyna.
"Reyna ku~ kenapa kau tidak menjawab pesanku?" lanjutnya, dengan bibir yang sedikit dicembirutkan. Ia menyandarkan dagunya di bahu Reyna, menunjukkan keakraban yang tampak begitu natural di antara mereka.
Reyna hanya memutar matanya, menjauhkan kepala Noah dari bahunya. "Aku tidak menjawabnya karena aku tidak mau," katanya, suaranya datar, tanpa menunjukkan banyak emosi. Ia tampak terbiasa dengan sikap manja Noah dan tidak terpengaruh olehnya. Meskipun demikian, keakraban mereka tetap terlihat jelas.
"Kejam sekali~," rengek Noah, wajahnya dibuat seolah-olah seperti anjing yang baru saja ditendang oleh majikannya. Ia mengusapkan wajahnya ke punggung Reyna dengan manja, mencoba untuk mendapatkan perhatian darinya.
Arthur yang melihat interaksi antara Noah dan Reyna, matanya berkedut. Bukan karena cemburu—atau setidaknya, tidak sepenuhnya karena cemburu. Ia hanya merasa kesal, entah kenapa. Mungkin karena situasi yang menegangkan, mungkin juga karena sikap manja Noah yang berlebihan. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan menghampiri Reyna dan Noah. Dengan cepat dan tiba-tiba, ia menarik kerah belakang baju Noah, menjauhkan Noah dari Reyna. Gerakan Arthur itu tegas dan menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap sikap Noah.
Sikap manja Noah seketika berubah menjadi kesal. Ia menepis tangan Arthur dengan kasar. "Arthur, jangan mengganggu waktuku dengan Reyna," katanya, suaranya terdengar sedikit tajam.
Arthur, tidak mengalah, menjawab dengan sedikit kesal, "Kau tidak ada urusan dengan Reyna. Bukankah kau seharusnya pergi dari sini? Kita sedang menangani kasus serius."
"Aku ingin berbicara dengan Reyna dulu," kata Noah, berbalik dan hendak berjalan ke arah Reyna lagi. Namun, Arthur kembali menahannya, memegang kerah bajunya lebih erat. "Tidak ada yang perlu kau bicarakan," kata Arthur, suaranya tegas dan tanpa toleransi.
Inspektur Jaxon yang menyaksikan pertengkaran kecil di antara mereka hanya memberikan tatapan datar. Ia sudah sering menyaksikan pertengkaran kecil antara Arthur dan Noah, terutama ketika Reyna ada di dekat mereka. Tanpa banyak komentar, ia mengarahkan cahaya senternya ke arah Noah dan Arthur, membuat mereka berdua mengerang kesal karena silau. Cahaya senter yang terang membuat suasana tegang kembali terasa. Ketiganya, dengan segala ketegangan dan permasalahan pribadi mereka, masih harus menghadapi misteri pembunuhan berantai yang belum terpecahkan.
Reyna, lelah dengan pertengkaran Arthur dan Noah, berjalan mendekati Inspektur Jaxon. Ia mengambil amplop tebal yang berisi laporan autopsi dari tangan Inspektur Jaxon, kemudian berjalan menuju meja. Ia memeriksa isi amplop tersebut dengan seksama, sementara Arthur dan Noah masih terlibat pertengkaran kecil di sisi lain, tanpa menghiraukan mereka.
Inspektur Jaxon mendekat ke arah Reyna. Ia mengamati Reyna yang sedang membaca laporan autopsi dengan serius. Setelah beberapa saat, ia membuka suara, suaranya pelan agar tidak mengganggu pertengkaran Arthur dan Noah.
"Sayatannya… sama persis dengan kasus di Oakhaven," kata Inspektur Jaxon, menunjuk ke arah laporan autopsi yang sedang Reyna periksa. "Pisau bedah yang sama, teknik sayatan yang sama… tapi pisau itu selalu hilang."
Reyna mengangkat kepalanya, menatap Inspektur Jaxon. "Ya," jawabnya, suaranya serius. "Dan tanda tangannya... huruf 'A'." Ia menunjukkan sebuah foto yang ada di dalam amplop tersebut; foto tubuh korban yang menunjukkan huruf "A" yang bukan berasal dari sayatan, melainkan dari sebuah benda kecil berbentuk huruf "A" yang disematkan di tubuh korban. "The Nightingale... dia selalu meninggalkan tanda ini." Reyna menatap laporan autopsi kembali, mencoba menemukan sesuatu yang terlewatkan. "Tapi kenapa benda berbentuk huruf 'A' ini selalu ditemukan? Apa tujuannya? Apakah ini semacam pesan?" Ia mengerutkan keningnya, mencoba memecahkan teka-teki yang semakin rumit. Misteri di balik benda kecil berbentuk huruf 'A' menjadi kunci penting untuk mengungkap identitas dan motif ‘The Nightingale’. Hilangnya pisau dan munculnya huruf "A" ini... ada benang merah yang menghubungkan keduanya, dan Reyna berusaha keras untuk menemukannya.
Reyna menunjuk pada sebuah peta jalur kereta api yang ada di salah satu lembaran laporan autopsi. "Lihat," katanya, suaranya pelan namun tegas. "Willow Creek dan Oakhaven… keduanya terletak di jalur kereta api utama, tepatnya jalur nomor dua dan tiga."
Inspektur Jaxon mengikuti arah pandang Reyna. Ia mengangguk perlahan, memahami maksud Reyna. "Jadi, ada lima jalur kereta api utama di kota ini," katanya, "Dua jalur sudah menjadi tempat kejadian perkara. Apakah ini berarti…?"
Reyna menyelesaikan kalimat Inspektur Jaxon. "Apakah ini berarti ‘The Nightingale’ akan kembali melakukan aksinya di salah satu dari tiga jalur kereta api yang tersisa?" Ia mengerutkan kening, merasa tidak nyaman. "Kita harus bertindak cepat. Kita harus memperketat penjagaan di ketiga jalur kereta api itu. Kita perlu mengirim tim ke sana sekarang juga. Kita harus mencegahnya sebelum terjadi lagi." Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Kemungkinan akan ada korban lagi membuat mereka semakin tegang. Mereka harus bertindak cepat sebelum ‘The Nightingale’ kembali beraksi. Keberadaan benda kecil berbentuk huruf 'A' dan hilangnya pisau menjadi petunjuk yang harus mereka selidiki lebih lanjut. Waktu semakin sempit dan mereka harus menemukan cara untuk menghentikan pembunuh berantai itu sebelum korban berikutnya jatuh.
Reyna menatap peta jalur kereta api sejenak, kemudian mengangkat wajahnya, seolah-olah sebuah pikiran baru saja melintas di benaknya. "Inspektur," katanya, suaranya sedikit lebih pelan. "Ingatkah Anda? Kedua pembunuhan itu terjadi tepat di tanggal dua setiap bulan. Willow Creek pada tanggal dua bulan lalu, dan Oakhaven pada tanggal dua bulan ini."
Inspektur Jaxon mengerutkan kening, memperhatikan pola yang disebutkan Reyna. "Jadi… jika pola itu berlanjut…" katanya, suaranya sedikit khawatir.
Reyna melanjutkan, "Dia akan beraksi lagi pada tanggal dua bulan depan." Ia menatap Inspektur Jaxon dengan mata yang serius. "Kita harus bersiap."
Inspektur Jaxon mengangguk, memahami urgensi situasi. "Baiklah," katanya, "Saya akan mengadakan rapat darurat untuk semua detektif di divisi ini. Kita perlu membahas strategi penyelidikan dan memperketat penjagaan di ketiga jalur kereta api yang tersisa." Ia berhenti sejenak, mempertimbangkan waktu yang tepat untuk rapat tersebut. "Namun, sudah larut malam, dan hujan masih sangat deras. Beberapa detektif mungkin kesulitan untuk berkumpul malam ini. Saya akan mengadakan rapat besok siang. Semua detektif harus hadir." Keputusan Inspektur Jaxon itu menunjukkan keseriusannya dalam menghadapi kasus ini. Waktu sangat terbatas, dan mereka harus memanfaatkan setiap menit untuk mencegah tragedi berikutnya terjadi. Kegelisahan masih terasa di ruangan, namun ada juga tekad untuk menghadapi tantangan yang ada.