NovelToon NovelToon
Bukan Lagi Istri CEO

Bukan Lagi Istri CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Janda / Kehidupan di Kantor / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yazh

Cerita yang memberikan inspirasi untuk wanita diluar sana, yang merasa dunia sedang sangat mengecewakannya.
Dia kehilangan support system,nama baik dan harapan.

Beruntungnya gadis bernama Britania Jasmine ini menjadikan kekecewaan terbesar dalam hidupnya sebagai cambukan untuk meng-upgrade dirinya menjadi wanita yang jauh lebih baik.
Meski dalam prosesnya tidak lah mudah, label janda yang melekat dalam dirinya membuatnya kesulitan untuk mendapat tempat dihati masyarakat. Banyak yang memandangnya sebelah mata, padahal prestasi yang ia raih jauh lebih banyak dan bisa di katakan dia sudah bisa menjadi gadis yang sempurna.

Label buruk itu terus saja mengacaukan mental dan hidupnya,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengakuan terdalam

Britania bisa saja mengucap penolakan seperti tadi pada Nathan, tetapi hatinya sungguh tidak bisa. Ia menyadari, kali ini tembok tinggi yang dibangunnya dengan susah payah untuk membatasi diri dari laki-laki, sudah runtuh oleh Nathan. Bukan karena Nathan berusaha lebih keras dari kebanyakan laki-laki sebelumnya, tetapi pada dasarnya cinta memang tidak butuh sebuah alasan.

Kalau memang semesta sudah menjatuhkan hati Britania pada pria itu, dia bisa apa?

"Kamu memang pintar hampir dalam segala hal, Bri. Tapi nggak untuk berbohong. Kamu nggak pandai untuk itu, apalagi di depan Aku," ujar Nathan, suaranya tenang, namun penuh ketegasan. Ia meletakkan tangan di pinggang Britania, membiarkan tubuh gadis itu tetap menempel padanya.

Perlahan, Britania melonggarkan tangannya yang membelit perut Nathan. Hal itu membuat Nathan menegakkan punggungnya, memberi sedikit jarak fisik, namun tatapan matanya tetap mengunci mata Britania.

Gugup? Jelas Britania sangat gugup ditatap olehnya begitu dalam. Ia merasa kalah, semua pertahanannya telah dikikis habis oleh Nathan.

"Brii... bilang sama aku kalau kamu nggak menginginkan aku," Nathan berbisik, suaranya rendah, tepat di telinga Brii. "Lihat mata aku, Bri. Lihat bagaimana seriusnya semua kata-kataku. Jangan membuat aku menerka-nerka tentang perasaan kamu lagi. Aku hanya ingin kamu mengijinkan aku masuk dalam dunia kamu. Kalau kamu nggak berani menjawabnya karena kamu takut aku hanya main-main, aku bisa buktikan, Bri. Kita akan langsung nikah begitu kamu bersedia."

Ucapan Nathan membuat Britania kembali tersentak. Pria ini tidak main-main. Ia serius. Dan keseriusan itulah yang justru Britania takuti.

"Justru itu, Nath... " sela Britania cepat. "Karena kamu serius ingin nikah, makanya aku nggak bisa. Aku nggak pengin mengecewakan kamu, Nathan... hikss... Kamu belum tahu banyak tentang aku, tapi sudah berani mengajak aku menikah!" Britania memalingkan wajahnya, tidak sanggup lagi menatap mata Nathan yang begitu tulus.

Nathan dengan sigap menangkup wajah Britania, memaksanya untuk kembali menatap. "Lalu apa yang harus aku ketahui, Bri? Ceritakan sama aku sekarang. Ceritakan semua tentang kamu yang belum aku tahu."

Britania paling benci saat seperti ini. Inilah kenapa ia selalu menghindari laki-laki yang ingin menjalin hubungan serius dengannya. Berkali-kali ia harus mengembuskan napas panjang, mencoba menenangkan dirinya,

Britania menghela napas untuk kesekian kalinya, sebelum siap untuk menjawab lagi pertanyaan Nathan.

"Aku benci menikah, Nathan. Aku nggak ingin menikah sama sekali! Aku benci punya hubungan yang seperti ituu! hikss... hikss... " serunya, setengah berteriak, melampiaskan perasaan sesak di dada yang sudah ia pendam bertahun-tahun.

Nathan terbungkam oleh pernyataan Britania. Tubuhnya tak bergeming, matanya memancarkan kebingungan yang nyata.

Britania sudah menduga reaksinya akan seperti ini. Ia sudah mempersiapkan mentalnya dengan baik. Walaupun sangat berat dan menyakitkan, Brii merasa lebih tenang sekarang setelah bisa mengungkapkan alasannya pada Nathan.

Beberapa detik kemudian, Nathan tersenyum tipis, sebuah senyum yang menenangkan. "Mau peluk aku?" Nathan merentangkan tangannya kembali. Itu sungguh di luar dugaan Britania. Nathan sama sekali tidak mempertanyakan 'kenapa', seolah ia sudah tahu jawabannya.

Britania menurut saja, masuk ke dalam pelukannya lagi. Nathan melingkarkan tangannya lebih erat, tangan satunya mengusap punggung Britania dengan lembut.

"Kamu punya sakit yang belum sembuh. Makannya nggak mau memulai hal yang sama karena takut luka itu kembali terasa... Iya?"

Britania kehilangan kata-kata. Sangat terkejut atas pernyataan Nathan. Memang bukan hal yang sulit bagi Nathan untuk mendapatkan segala info tentang dirinya, termasuk masa lalunya, tapi Britania tidak menyangka Nathan memilih untuk menebak dan menunggu.

"Kamu sudah tahu semuanya?" Britania mendongak dengan mata yang merah dan masih basah.

"Tidak sejauh itu. Aku menebak saja," Nathan menggeleng pelan. "Mungkin mudah buat aku mencari semua informasi tentang kamu, tapi aku memilih untuk tahu dari kamu, Bri. Kalau mau cerita, aku dengarkan. Kalau belum sekarang, aku akan tunggu kamu siap, untuk menceritakan semuanya sama aku." Nathan mengusap pelan pipi Brii, menghapus jejak-jejak air mata di sana.

Kedua bola mata Britania menatap Nathan, penuh tanya. Ia tahu Nathan tulus, tapi ia juga terlalu takut. "Aku nggak mau perasaanku makin dalam ke kamu nantinya, dan setelah kamu tahu semuanya nanti, aku harus kembali merasa kehilangan. Kita berhenti sampai di sini aja, Nath."

Nathan benar-benar hampir putus asa menjelaskan perasaannya. Dia membiarkan Britania berjalan menuju hamparan pasir putih yang tersapu ombak pantai. Britania duduk, membiarkan kakinya terendam air laut yang dingin.

Matahari senja mulai menampakkan pesonanya, gradasi warna langitnya sangat mampu mengubah suasana hati Brii untuk lebih membaik.

Britania sangat tidak mau egois memaksakan perasaannya pada Nathan, karena ia tahu Nathan sendiri akan terluka pasti kalau sudah mengetahui masa lalu kelamnya. Ia tidak ingin Nathan ikut terluka karena dirinya.

Tidak butuh waktu lama, Nathan ikut melangkahkan kaki telanjangnya untuk menyusul Britania. Ia duduk di sampingnya, membiarkan ombak menyapu kaki mereka.

"Bri... apa waktu kamu menemaniku di acara resepsinya Bentang, kamu menangis karena ini? Karena kamu membenci pernikahan?" tanya Nathan hati-hati.

Britania mengangguk pelan, air matanya kembali mengalir deras. "Dadaku mendadak sesak tiap kali berada di acara resepsi pernikahan, seperti ada beban yang sangat besar mengimpit dadaku sampai jantungku susah untuk berdetak dengan normal. Napasku sesak dan sakit, sakittt bangettt. Sejauh ini, itu sakit yang palinggg sakit dan menyiksa buat aku, Nath."

"Kamu tidak ingin sembuh dari rasa sakit itu?" tatapan Nathan sendu, hampir saja meluluhkan pertahanan Britani. Perempuan cantik, yang selalu terlihat elegant tak tersentuh itu sedang berjuang menolak perasaannya, namun hati kecilnya berteriak ingin menyetujui.

"Aku bahkan nggak pernah terpikirkan apakah akan bisa sembuh..." Britania akhirnya menyerah. Suaranya ragu-ragu seperti belum yakin dengan kata-katanya sendiri.

Lebih baik ia memutuskan untuk menceritakan semuanya. Biar saja Nathan tahu, mungkin dengan seperti itu, Nathan akan berhenti menunjukan perasaannya.

"Aku... aku pernah menikah, Nath." gumam Brii, Nathan diam, siap untuk menjadi pendengar terbaiknya, meski dalam hatinya kaget luar biasa.

Lanjut Brii, "Pernikahan terburuk yang pernah aku lewati. Aku masih berusia 18 tahun waktu itu, laki-laki itu datang dengan sejuta pesonanya dan langsung serius melamarku. Aku tinggal di desa, jadi sudah sangat wajar untuk menikah muda. Aku sangat mengaguminya. Di usia seperti itu, kebanyakan dari kita hanya masih asyik main-main dengan cinta, tapi dia sudah serius ingin menyuntingku. Hanya dua bulan... dua bulan usia pernikahan kita... Dia menghilang entah ke mana. Brengseknya, keluarga dia pun menutupi semuanya."

Britania berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam.

"Aku bukan sakit hati karena cinta yang mendalam padanya, tapi karena aku harus menanggung malu yang teramat sangat. Dan lagi, pada kedua orang tuaku... aku selama itu terkenal menjadi anak kebanggaan mereka yang selalu disanjung dan dipuji banyak orang, namun gara-gara masalah ini, aku seolah melemparkan kotoran di wajah mereka. Aku tahu pasti mereka jauh lebih terluka daripada aku. Dan yang paling bikin aku enggak terima, laki-laki itu tidak hanya melukai dan mengecewakanku, tapi juga seluruh keluargaku... Banyak cemoohan dan hinaan yang aku dan keluarga terima. Tidak sedikit yang mencaci maki aku, menganggap aku seorang istri yang tidak becus, sampai ada yang memberiku label wanita tidak benar makannya ditinggalkan oleh suami. Semua bentuk penghinaan terus menerus memojokkan ku tanpa ada yang memberi kesempatan untukku membela diri. Aku tidak ingin orang tua terus ikut menanggungnya, jadi lebih baik memilih pergi dari rumah sejauh mungkin, dan mulai menetap di sini sambil bertekad untuk memulai hidup baru yang lebih baik."

Nathan terus menyimak, tanpa menjeda sedikitpun semua perkataan Britania. Ia membiarkan Britania mengeluarkan semua yang terpendam di hatinya.

"Berawal dengan masuk kuliah jalur prestasi sambil kerja paruh waktu untuk menghidupi diriku sendiri, sampai akhirnya bisa lulus dan kerja di perusahaan kamu... Sejauh ini aku selalu membatasi diri dari beberapa laki-laki yang menyatakan cintanya. Aku benci dengan semua tingkah mereka, lebih tepatnya aku benci diriku sendiri yang tidak bisa seperti wanita lain, layak dicintai dan layak mempunyai kehidupan normal." Britania mengakhiri ceritanya, ia merasa beban berat di dadanya sedikit terangkat.

Nathan membalas dengan sebuah pertanyaan yang mengejutkan. "Itu alasan kenapa kamu selalu bisa diandalkan di perusahaan? Kamu selalu berusaha tampil sempurna dalam segala hal? Kamu sangat mandiri dan kamu hampir sempurna?"

Britania tersenyum miring padanya. "Sejak saat itu, aku sangat benci diabaikan dan dianggap tidak berguna. Aku nggak ingin ada yang merendahkan aku lagi, menghina dan meremehkan aku. Aku pun sangat bisa hidup tanpa laki-laki di sampingku... Luka itu membuatku tidak bisa tidur nyenyak berbulan-bulan Nath, sampai aku harus rutin mengonsumsi obat tidur dan antidepresan. Dalam keadaan hancur itu, tiap hari aku sering merasakan kehujanan yang menusuk tulang karena belum mempunyai tempat yang layak. Suara petir dan gemuruh angin saat hujan selalu mengusikku seolah sedang memberiku hukuman atas apa yang aku lakukan. Semuanya terjadi berulang kali sampai akhirnya aku bisa tinggal di asrama kampus. Sejak itu juga aku seperti mengalami panic attack tiap kali hujan deras disertai petir," wajahnya menengadah, menahan agar air matanya tidak turun semakin deras.

Nathan meraih tangan Britania, menggenggamnya erat. "Menangis saja, nggak apa-apa, Bri... Kalau itu bisa bikin kamu lebih lega."

Britania menoleh ke arah Nathan, air matanya tak lagi bisa ia tahan. "Kamu orang pertama yang sudah membuat aku menangis karena perasaan yang kamu ungkapkan. Dari dulu memang ada beberapa pria yang terang-terangan menyatakan cinta, tapi aku mendengarnya hanya seperti angin lalu. Bahkan aku sempat mengira kalau aku sudah kehilangan kemampuan untuk mencintai seseorang..."

Sesak banget nggak sih?

Kutunggu komen dan like kalian gaess🥰

1
Mundri Astuti
dah lah Bri sdhi sama Nathan, biar kamu waras, daripada jadian malah makan hati lagi ...
Yazh: Bukan tim Nathan nih😅
total 1 replies
Roxanne MA
ceritanya bagus
Yazh: Terima kasih kak, nanti aku mampir ceritamu juga/Smile/
total 1 replies
Roxanne MA
semangat ka
Yazh: Iyaa, semangat buat kamu jugaa😊
total 1 replies
Roxanne MA
haii kak aku mampir nih, janluo mampir juga di karya ku yg "THE ROCK GHOST"
Yazh: siap kak, terima kasihh💙
total 1 replies
Eliana_story sad
bagus tapi gue kurang ngerti ingres
Yazh: hehehe,, cuma sedikit kak kasih bahasa inggrisnya buat selingan.
total 1 replies
Eliana_story sad
hay mampir ya
Yazh: hai juga kak,, siap mampir,,
total 1 replies
KnuckleDuster
Menarik dari setiap sudut
Yazh: terimakasih kakk
total 1 replies
Yazh
ok kak,, terima kasih.. gass mampir 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!