Kesalahan Semalam

Meisya menjalani takdirnya dengan sangat baik. Semenjak bertemu dengan Bu Laras, keberuntungan seolah menghampiri wanita itu secara perlahan. Dia mulai bangkit dari keterpurukan akibat kehamilan di luar nikah. Meisya bertekad untuk mengubah takdirnya dan memberikan kebahagiaan yang sempurna untuk anaknya nanti.

Di butik itu, Meisya bertemu banyak orang-orang baik. Beruntung sekali dia mendapat teman-teman kerja yang tidak pernah menghina dan memandangnya dengan rendah meski mereka tahu latar belakang kehamilan Meisya.

“Sya, perut kamu tuh gede banget deh. Emangnya kamu hamil anak kembar ya?” tanya Zia salah seorang pekerja di butik Bu Laras.

Meisya hanya tersenyum tanpa mau menjelaskan lebih rinci. Baginya, yang terpenting nanti dia bisa melahirkan dengan selamat dan sehat.

“Mungkin aja,” jawab wanita itu sembari menyunggingkan senyum terbaiknya. “Doakan aja lahirannya lancar.”

Begitulah Meisya. Wanita itu sedang berbahagia menanti kelahiran buah hatinya. Meskipun kehamilannya adalah sesuatu yang tidak diharapkan, tetapi Meisya sudah menganggapnya sebagai anugerah terindah yang ditakdirkan untuknya.

*

*

*

Sementara itu, Ello semakin rajin dan tekun belajar. Laki-laki itu rupanya sudah dibuat frustrasi dengan menghilangnya Meisya dari kehidupannya. Oleh karena itulah, Ello ingin segera menyelesaikan kuliahnya dan cepat-cepat menemui sang mantan kekasih yang kini bahkan sudah mulai melupakannya.

Meski Ello tengah libur kuliah, rupanya laki-laki itu tak ingin menggunakannya untuk pulang. Pemuda tampan itu malah memilih mengambil kerja paruh waktu dan semakin mendalami ilmu yang dia pelajari dengan mengambil pelajaran tambahan.

Keputusan Ello itu rupanya didukung penuh oleh orang tuanya. Mereka pikir, dengan Ello menyibukkan diri itu akan membuatnya melupakan Meisya dengan lebih cepat. Mereka masih berkeyakinan bahwa Meisya bukan wanita baik-baik. Oleh karena itu, mereka tak ingin Ello menjalin hubungan lagi degannya.

Namun, tujuan Ello bukanlah itu. Dia ingin segera menyelesaikan kuliahnya dan fokus, sebelum akhirnya mencari Meisya dan memperjuangkan lagi cintanya yang telah hancur. Ello hanya bisa berharap Meisya belum dimiliki laki-laki lain saat dia kembali nanti.

*

*

*

Hari terus berganti dan waktu yang dinanti oleh Meisya pun akhirnya tiba. Wanita itu sedang dibawa ke rumah sakit untuk segera melahirkan.

Mirna yang mendapat kabar sejak kontraksi pertama pun, kini turut menemani Meisya ke rumah sakit.

“Sya, kamu yakin bisa lahiran normal?” tanya Mirna sedikit ragu.

Pemeriksaan terakhir sebelum melahirkan tidak ada tanda-tanda darurat yang mengharuskan Meisya untuk melahirkan secara operasi caesar. Oleh karena itu, Meisya sangat yakin bahwa dia bisa melahirkan bayi-bayinya dengan normal.

“Nggak, Kak. Aku udah konsultasikan sama dokternya. Mereka akan pantau terus, dan kalau ada apa-apa langsung bisa operasi kok, Kak.”

Mirna pun hanya bisa mempercayakan semua pada Meisya. Meski dalam hati kecil, wanita itu sangat mengkhawatirkan adiknya yang masih terlalu belia untuk melahirkan.

Sementara itu, saat Meisya dibawa ke ruang khusus untuk persiapan melahirkan, Ello justru tengah dilarikan ke rumah sakit di London karena sebuah kecelekaan mobil. Meski tidak menderita luka serius, tapi Ello dibawa dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Dalam keadaan itu, dia bermimpi bertemu dengan dua anak kecil yang saling bergandengan tangan. Keduanya terlihat bahagia dan tertawa.

“Aku sudah tidak sabar bertemu dengan Mommy,” ungkap gadis kecil yang bergandengan tangan dengan saudaranya itu.

“Aku akan membuat Mommy bahagia dan menghapus semua kesedihan Mommy,” sahut pria kecil di sebelahnya.

Ello tersenyum dan terus mengikuti langkah kedua bocah itu. Sayangnya, dia tidak bisa melihat wajah mereka karena dia berjalan di belakang keduanya.

Tiba-tiba, mereka sampai di sebuah taman yang dipenuhi banyak bunga. Ello sendiri tak mengerti kenapa dia mengikuti dua bocah itu. Yang jelas, melihat kedua anak itu sudah membuatnya bahagia.

“Mommy!” seru kedua bocah itu begitu antusias saat melihat wajah ibunya.

Ello begitu penasaran dengan mereka, tetapi Ello juga tak bisa melihat langsung wajah ibu kedua bocah yang diikutinya itu.

Siapa dia? Kenapa sepertinya aku sangat mengenalnya?

Ello hanya bisa membatin tanpa berani bersuara. Namun, seketika ibu kedua bocah itu menyadari kehadirannya.

“Kenapa kalian diikuti dia? Mommy tidak suka ada orang asing yang mengganggu kita.”

Ello membulatkan mata lebar-lebar. Di sana tidak ada orang lain lagi selain dirinya, kedua bocah itu dan ibunya.

Apakah aku yang wanita itu maksud?

***

Kembang kopinya jangan lupa 💋💋💋