Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 - Membolos
Setelah menghabiskan sarapan, Rangga segera mandi. Namun saat bercermin di kamar mandi, dia melihat bintitnya membesar. Rangga merasa tidak percaya diri pergi ke sekolah dalam keadaan begitu.
"Tapi kalau nggak sekolah, aku akan berduaan sama Kak Dita. Bahaya banget," gumam Rangga. "Mungkin aku ngungsi aja kali di rumah Ifan. Neneknya pasti pergi ke ladang kalau siang," lanjutnya. Dia segera menyelesaikan mandinya. Lalu mengenakan seragam sekolah layaknya orang yang niat sekolah, padahal tidak.
Rangga melihat Firza telah beranjak dari rumah duluan. Kini Rangga yang menyusul untuk pergi.
"Ngeloyor aja. Nggak salim dulu," tegur Dita.
Rangga langsung berbalik dan menghampiri Dita. Ia cium punggung tangan perempuan tersebut. Mata Rangga refleks terpejam saat hidungnya menyentuh kulit Dita. Lembut dan wangi, itulah yang ada dalam pikirannya. Tanpa sadar, Rangga tak kunjung melepaskan hidungnya dari tangan sang kakak ipar. Dia seolah terhipnotis.
Dahi Dita berkerut dalam. Ia menahan senyum. "Eh, mau sampai kapan salimnya, Dek?" ujarnya.
"Astaga, maaf, Kak. Soalnya tangan Kak Dita wangi," tanggap Rangga sambil malu-malu.
"Kamu tuh, lucu juga ya," komentar Dita yang merasa gemas melihat tingkah Rangga. Atensinya langsung tertuju ke arah bintitan di mata kiri Rangga.
"Mata kamu baik-baik saja kan? Yakin bisa sekolah dalam keadaan begitu? Biasanya anak muda kayak kamu tuh malu. Jerawat kecil satu biji aja malu," pungkas Dita.
"Aku nggak, Kak. Bagiku belajar adalah hal utama," sahut Rangga sok bijak.
Ketika beranjak dari rumahnya, Rangga langsung menelepon Ifan. Dia menyuruh temannya itu menunggunya di rumah.
Setibanya di tempat tujuan, Ifan dan Junaidi langsung menyambut. Memang kebetulan rumah Junaidi tak terlalu jauh dari rumah Ifan.
"Ngapain kau ngajak ngum..." Ifan menghentikan ucapannya saat melihat bintitan di mata kiri Rangga. "Lah, matamu kenapa, Ga?" tanyanya.
"Wah, bintitan itu. Biar aku tebak, kau pasti mau bolos sekolah karena itu kan?" tebak Junaidi.
"Kalian itu emang sahabat sejati. Tahu aja tujuanku. Nenekmu nggak ada di rumah kan, Fan? Aku numpang ya di rumahmu sampai jam pulang sekolah," kata Rangga.
"Tumben banget kau begini, Ga. Biasanya kalau nggak sekolah ya nggak sekolah aja gitu. Kau lebih suka di rumah sendiri. Tapi sekarang..." Ifan menatap curiga.
"Peka dikit lah, Fan. Kan sekarang di rumahnya ada Kak Dita. Nanti ipar adalah maut kejadian," ujar Junaidi sambil merangkul Ifan.
"Benar juga kau, Nai. Aku nggak kepikiran," tanggap Ifan.
"Apaan sih kalian. Pasti ngomongin Kak Dita. Udahlah! Dia itu udah ada yang punya. Abangku! Jangan macam-macam kalian," balas Rangga.
Ifan dan Junaidi hanya bertukar pandang. Namun kala itu mereka memutuskan untuk menemani Rangga membolos. Mereka melakukan banyak hal kala itu. Termasuk bermain game di ponsel.
"Eh, kita nonton bokep yok!" celetuk Ifan. "Aku dah bosan main game mulu," tambahnya.
"Dih! Nonton bokep kok rame-rame. Jijik banget!" balas Rangga.
"Tahu. Dasar omes!" cibir Junaidi. Dia cekikikan bersama Rangga.
Ifan tampak memutar bola mata jengah. Diam-diam dia memutar televisi dan menyalakan video yang ingin ditontonnya.
"Anjir! Nih anak beneran mainin video bokep!" imbuh Junaidi. Meski berkata begitu, dia tergoda juga. Matanya fokus ke televisi dan perlahan menurunkan ponsel.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Rangga. Sebagai lelaki, dia juga tak bisa menahan diri dari tontonan dewasa itu.
"Kalian pernah kepikiran nggak sih melakukannya sama cewek?" cetus Ifan. Atensinya terus tertuju ke televisi.
"Ya iyalah. Kau pikir aku tertarik melakukannya sama cowok?" balas Rangga.
"Maksudku melakukannya sekarang gitu. Coba-coba aja," sahut Ifan.
"Kata mamaku kita nggak boleh begitu sebelum menikah dulu. Dosa!" ucap Junaidi.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari