NovelToon NovelToon
TITIK NOL TAKDIR

TITIK NOL TAKDIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Spiritual / Penyesalan Suami / Duniahiburan / Matabatin / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:643
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Alif

Bara, pelaut rasional, terdampar tanpa koordinat setelah badai brutal. Menjadi Musafir yang Terdampar, ia diuji oleh Syeikh Tua yang misterius: "Kau simpan laut di dadamu."

Bara menulis Janji Terpahit di Buku Doa Musafir, memprioritaskan penyembuhan Luka Sunyi keluarganya. Ribuan kilometer jauhnya, Rina merasakan Divine Echo, termasuk Mukjizat Kata "Ayah" dari putranya.

Bara pulang trauma. Tubuh ditemukan, jiwa terdampar. Dapatkah Buku Doa, yang mengungkap kecocokan kronologi doa dengan keajaiban di rumah, menyembuhkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Alif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12: CAHAYA DARI PULAU: ARKA MERESPONS KEDAMAIAN

Kesendirian yang Menguji

Bara terbangun perlahan dari tidur sebentar di Cadas Sunyi. Setelah Wali Allah menghilang, pulau terasa lebih sunyi dan dingin daripada sebelumnya. Ia kini sendirian, tetapi dengan beban nasihat yang berat: "Jangan berdoa untuk pulang."

Ia kembali ke Cadas Sunyi. Bara duduk, memandang laut lepas. Ia mencoba mengaplikasikan nasihat itu, berhenti memohon hasil, dan hanya berdoa untuk kekuatan Tawakal Murni.

Jangan berdoa untuk pulang. Kalimat itu terus berputar di kepalanya, menolak naluri terdalamnya sebagai suami dan ayah.

Bara memejamkan mata. Ia merasakan kesepian yang menguji imannya. Ia merasa lebih terisolasi, seolah Tuhan meninggalkannya sendirian tanpa tanda. Namun, Bara menahan diri untuk tidak mencari jejak Wali Allah atau meminta diselamatkan. Ia hanya diam, merangkul kesendirian yang baru ini.

Ia merasakan kehangatan yang ditinggalkan Syeikh Tua di dadanya mulai memudar, dan dingin kembali merayap. Ini adalah godaan kesepian yang nyata dan brutal.

Menerima Rasa Sakit sebagai Proses

Bara tahu, ia harus bergerak. Ia butuh kayu bakar untuk menghalau dingin malam. Ia bangkit, kakinya terasa kaku.

Ia berjalan ke arah pepohonan Cemara Laut. Matanya fokus mencari ranting kering. Namun, pandangannya yang masih lemah membuatnya lengah. Kakinya menginjak sesuatu yang keras dan tajam, sebuah ranting patah yang runcing tersembunyi di balik dedaunan kering.

"Aduh!"

Bara terjatuh. Ia menarik kakinya dan melihat telapak kakinya terluka, mengeluarkan darah segar. Luka itu tidak parah, tetapi cukup dalam dan terasa menyakitkan.

Bara menatap luka kecil itu. Alih-alih panik atau frustrasi, Bara mengambil napas panjang.

Ini adalah bukti bahwa aku masih hidup.

Ia membersihkan luka kecil itu dengan air dari Mata Air 'Bisikan' yang ia kumpulkan dengan sabar. Ia merobek sedikit sisa kain dari celananya untuk membalut luka. Rasa sakit fisik yang kecil dan nyata ini menjadi bukti bahwa ia harus menerima penderitaan fisik sebagai bagian dari proses Tawakal. Ia harus menerima rasa sakit, bukan melawannya.

Respon Tenang Arka yang Aneh

Ribuan kilometer jauhnya, di rumah, Rina masih terpaku pada Arka setelah Bunda Ida pergi. Arka, yang tadinya rewel, kini tiba-tiba sangat tenang. Ia duduk diam di pojok kamarnya dengan pensil dan kertas, sebuah perilaku yang jarang terjadi kecuali dalam kondisi spiritual murni.

"Arka, kamu baik-baik saja, Nak?" Rina bertanya lembut.

Arka tidak menjawab, tetapi ia menatap ke arah ibunya, matanya damai. Ia menggeser kertas gambarnya.

Rina mendekat dan melihat ke bawah. Ia sangat terkejut.

Arka, yang memiliki kondisi ASD dan biasanya hanya menggambar garis-garis acak saat rewel, kini telah menggambar pola abstrak yang berulang, geometris, dan rumit. Pola itu, meskipun kasar dan tidak sempurna, sangat menyerupai lipatan sorban dan aura yang mengelilingi kepala Syeikh Tua (Wali Allah) yang Rina lihat bayangannya.

Ini nyata. Ini bukan halusinasi.

Rina merinding. Arka, yang tidak fokus pada dunia luar, kini merekam energi spiritual yang Rina hanya lihat sekelebat bayangannya di luar rumah. Ini adalah konfirmasi pertama bahwa keanehan yang ia rasakan nyata dan terhubung dengan Bara, yang kini sedang menjalani ujian spiritual baru.

"Nak, kamu menggambar apa ini?" Rina bertanya, suaranya bergetar.

Arka menunjuk ke gambar itu, lalu menunjuk ke jendela, ke arah Pohon Cemara yang sama tempat Rina melihat bayangan berjubah menghilang. Kemudian ia kembali diam, melanjutkan pola yang lain, yang menyerupai bentuk Tongkat Musafir Syeikh Tua.

Rina menyadari bahwa anak yang bisu itu adalah penerima Divine Echo yang paling sensitif, dan kini ia sedang menyalurkan kedamaian baru yang diperoleh Bara setelah melepaskan keinginan untuk pulang.

Godaan Uang dan Perlindungan Bukti

Di tengah kebingungannya, telepon Rina berdering.

"Halo, Rina. Ini Andi, rekan kerja Bara," suara di seberang terdengar profesional. "Saya mendengar kabar. Saya bisa bantu. Saya punya dana tunai yang cukup besar. Saya bisa pinjami kamu, tanpa bunga, untuk dua tahun ke depan. Untuk biaya sekolah anak-anak."

Ini adalah godaan uang yang sangat besar. Rina berada di titik terendah finansial, dan tawaran ini akan menyelesaikan semua tekanan dari Bunda Ida dan Bapak Herman.

Rina melihat ke selembar kertas gambar Arka. Pola sorban itu memancarkan aura ketenangan yang kuat. Rina merasa penjualan dirinya terhadap uang ini, atau berutang besar, akan merusak konfirmasi spiritual yang baru ia terima. Ia merasa, jika ia menerima godaan logis ini, ia akan meragukan Divine Echo dan Tawakal Bara.

Rina menarik napas. "Terima kasih banyak, Andi. Tapi... aku tidak bisa menerimanya. Aku akan mencari jalan lain."

"Kamu yakin, Rina? Uang ini bisa menyelesaikan semua masalahmu sekarang."

"Aku yakin. Terima kasih atas kebaikanmu," Rina menutup telepon, tangannya gemetar.

Ia telah menolak tawaran yang bisa menyelamatkan keuangannya, memilih untuk berpegangan pada keyakinan spiritual yang diberikan Arka melalui gambarnya.

Keseimbangan Logika dan Iman

Rina menatap gambar Arka di tangannya. Gambar pola sorban kuno itu, yang merupakan manifestasi karomah Syeikh Tua, terasa begitu nyata dan damai, mengalahkan keraguan logisnya.

Rina berjalan ke kamar dan menyimpannya. Gambar itu kini menjadi bukti fisik pertama bagi Rina bahwa Bara tidak hanya berjuang secara fisik, tetapi juga spiritual.

Ia keluar dari kamar Bara dan melihat ke arah Arka, yang kini sudah meninggalkan gambar itu dan bermain dengan tenang di karpet.

Jika Bara benar-benar sudah melepaskan keinginannya untuk pulang, seperti yang dia sampaikan melalui kedamaian ini, aku juga harus kuat menahan semua godaan logis dunia.

Rina tahu, keputusannya menolak bantuan finansial besar itu sangat berisiko. Namun, ketenangan yang Arka pancarkan terasa lebih berharga daripada semua uang di dunia. Ia kembali ke peran utamanya: menjaga keutuhan keluarga.

Luka yang Paling Sunyi Timbul Kembali

Rina kembali ke ruang tamu dan melihat putrinya, Nirmala (Mala), duduk di sofa sambil membaca buku mewarnai.

"Mala, Sayang," panggil Rina, berjalan mendekat dengan kelegaan di hatinya karena Arka sudah tenang. "Arka tadi sudah tenang, kamu lihat kan?"

Mala mendongok. Di mata lima tahun itu, Rina melihat luka yang paling sunyi. Mata Mala mencatat semua yang terjadi: rengekan Arka, fokus Rina pada Arka, dan kini perhatian Rina yang tercurah pada gambar aneh yang ia lihat Rina pegang.

Mala merasa lukanya semakin parah. Ia berpikir, Bahkan keajaiban Ayah pun hanya untuk Arka.

"Bunda hanya peduli sama Arka dan gambar aneh itu," Mala bergumam, suaranya sangat pelan.

"Apa, Sayang? Bunda peduli sama kamu juga, Nak. Bunda hanya senang Arka sudah tenang," jawab Rina, yang terlalu fokus pada konfirmasi spiritual dari Arka sehingga ia luput menangkap kedalaman luka putrinya.

"Tidak. Ayah juga hanya peduli sama Arka. Surat Ayah, janji Ayah, pasti hanya untuk Arka," kata Mala, matanya berkaca-kaca. Ia merasa tidak dianggap penting atau didengar.

Rina segera memeluk Mala. "Tidak, Sayang. Ayah pasti sayang sama kamu. Ayah pasti menulis janji untuk kamu juga."

Mala melepaskan pelukan Rina. Ia berlari ke kamarnya, meninggalkan Rina dalam kebingungan dan rasa bersalah yang menusuk.

Rina menyadari, ia terlalu fokus pada perang spiritual Bara dan krisis fisik Arka, hingga ia mengabaikan luka emosional Nirmala. Rina kembali diingatkan bahwa konflik terbesarnya bukanlah uang atau kewarasan, melainkan keutuhan emosional anak-anaknya.

Sentuhan Divine Echo

Di kamar tidur kecilnya, Mala mengambil kertas kosong dan pensil yang tersisa. Ia meletakkan kertas itu di meja belajarnya yang kecil.

Mala, yang jarang sekali menulis kecuali untuk mewarnai, berniat menulis apa pun yang ada di hatinya. Ia ingin menyampaikan rasa sakitnya yang terabaikan, rasa bersalahnya pada Rina, dan pertanyaannya pada Ayahnya.

Ia mulai mencoretkan pensil di atas kertas putih yang kosong.

Tepat di saat yang sama, ribuan kilometer jauhnya, di pulau sunyi, Bara masih duduk di Cadas Sunyi, baru saja menyelesaikan pembalutan lukanya. Ia kini memejamkan mata, memfokuskan Tawakal Murni-nya.

Ia tidak berdoa untuk pulang. Ia hanya berdoa untuk Mala.

“Ya Allah, jangan biarkan Nirmala merasa sendirian. Izinkan ia tahu, ia adalah prioritas di tengah badai ini.”

Tiba-tiba, Bara merasakan sentuhan dingin aneh di punggungnya, sensasi yang sama saat ia menulis doa di buku yang kini rusak. Ia membuka mata. Tidak ada siapa-siapa.

Sentuhan dingin itu adalah Divine Echo yang mengkonfirmasi bahwa doanya telah sampai, memicu Mala untuk menulis surat rahasia di rumahnya.

Rina mendengar suara goresan pensil Mala dari kamar. Suara itu terdengar sangat cepat dan intens.

1
Kartika Candrabuwana
bab 26 keren
Kartika Candrabuwana
bsb 25 keten
Kartika Candrabuwana
bab 24 keren😍
Kartika Candrabuwana
bab 23 keren😍👍
Kartika Candrabuwana
bab 22 ok👍
Tulisan_nic
Belum baca keseluruhan isi novel ini,tapi dari awal baca sudah mendapat banyak pelajaran tentang tawakal sesungguhnya,semangat berkarya Author.Aku kasih rate 5 biar semakin bersemangat /Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Kartika Candrabuwana: terima kasih. 😍👍
total 1 replies
Kartika Candrabuwana
iya betul😍
Tulisan_nic
Definisi ikatan batin suami istri
Kartika Candrabuwana: betul sekali
total 1 replies
Tulisan_nic
Ketika ujian hidup terasa sangat sulit😭
Kartika Candrabuwana: anak autis sungguh ujian yang berat/Sob/
total 1 replies
Kartika Candrabuwana
bab 21 luar biasa.
Kartika Candrabuwana
istri yang tegar😍👍
Kartika Candrabuwana
kasihan sekali. semangat bara💪
Tulisan_nic
semakin seru,semangat Thor🫶
Kartika Candrabuwana: ok..semangat👍
total 1 replies
Tulisan_nic
semoga mustajab Do'a seorang Bapak
Kartika Candrabuwana: amiin👍
total 1 replies
Tulisan_nic
Titik pencapaian paling sakral
Kartika Candrabuwana: tawakal total
total 1 replies
Tulisan_nic
Benar adanya,setiap orang yang merasa ajal di depan mata yang terfikirkan adalah bagaimana ia memperlakukan orang-orang yang di cintainya. Semangat Bara...kau akan menemukan daratan!
Kartika Candrabuwana: saya coba menyentuh hati tiap pembaca🙏
total 1 replies
Kartika Candrabuwana
luar biasa teguh👍😍🤣
Kartika Candrabuwana
kalinat yang sangat menyenuh hati/Sob//Sob/😍👍
Kartika Candrabuwana
bab 20 ok👍
Kartika Candrabuwana
bab 19 ok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!