Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
“Asap putih, asap hitam. Bukalah!”
“Deg, deg... Deg, deg!” Seketika jantung kesatria itu berdetak lebih kencang.
“Apa ini?” Batinnya bertanya-tanya. Bingung.
Kesatria itu bertanya-tanya dalam hatinya. “Siapa dia?” Dia berpikir bahwa orang yang berada di hadapannya bukanlah orang biasa.
Benar saja seketika dengan cepat Anantari berteleportasi. Lalu memukul keras kesatria itu.
“Ting!” Anantari berteleportasi.
“Bukk!”
“Boom!” Anantari melancarkan serangannya. Dia hendak memukul pria tersebut. Namun pria itu menahannya dengan cepat, hingga mundur beberapa langkah karena pukulan Anantari begitu keras menghantamnya.
Anantari menyeringai.
“Darrrr!” Kilat menyambar.
Seketika hujan turun, membasahi tempat pertarungan Anantari dengan kesatria itu.
Anantari terbang ke belakang mulai mencari celah untuk menyerang.
“Musnahkan!”
“Wushhh!” Seketika gumpalan air berbentuk busur panah. Jumlahnya sepuluh busur, melesat ke arah kesatria itu.
Namun dengan cepat kesatria itu menghindari serangan. Dia terbang ke atas.
“Ting!” Kesatria itu berteleportasi berada di hadapan Anantari.
Dia mengucapkan sebuah mantra pemanggil.
“Wahai dewa-dewi alam, berikan aku seluruh kuasamu!”
“Hantam!” Seru kesatria itu.
Seketika sebuah benda berbentuk seperti sebuah tombak keluar dari pergelangan tangannya. Dan dia melesatkan tombak itu dan menyerang ke arah Anantari.
Namun dengan cepat Anantari menghindari serangan.
“Ting!” Anantari berteleportasi berada di atas sang lawan.
“Musnahkan!”
“Wushhhh!” Gumpalan air itu menghantam cepat ke arah lawan.
Terlambat untuk menghindar. Musuh itu terkena serangan Anantari. Dia terlempar jauh.
“Ting!”
“Musnahkan!” Anantari melancarkan serangan demi serangan kepada musuh. Sehingga sang musuh mulai terpojok.
Lalu musuh itu mengucapkan sebuah mantra untuk kedua kalinya. Dia hendak akan memanggil dewa alam.
“Wahai dewa dewi alam, sekali lagi berikanlah aku kuasamu!” Seketika pepohonan di sekitarnya bergerak.
“Orang ini. Dia bisa menggunakan kekuatan pohon. Siapa dia sebenarnya?” Batin Anantari bertanya-tanya.
Sekarang giliran kesatria itu menyerang Anantari. Dia mulai melancarkan serangannya.
Pohon-pohon di sekitar adalah sumber kekuatannya. Dan dia sekarang bisa menggunakan kekuatan itu sesukanya.
Terlihat musuhnya menyeringai. Entah apa yang sedang dia rencanakan.
“Hantam!”
“Pretak, pretek!” Tumbuhan di sekitar menjulang hidup lalu menyerang cepat Anantari.
“Wushhhhh!” Dengan cepat Anantari menghindari serangan.
“Boom!” Seketika batang pohon itu menembus tanah.
Telat satu detik saja, sepertinya Anantari akan terhantam oleh batang-batang pohon itu.
Lalu terlihat sang musuh mengeluarkan sebilah pedang dari pergelangan tangannya. Itu adalah sebuah pedang. Dan musuhnya merubah pedang itu menjadi sebuah pedang bercahaya. Terlihat silau berkilauan. Sepertinya pedang itu begitu tajam.
Anantari lalu bertanya-tanya di dalam hatinya. “Siapa dia sebenarnya? Apa kekuatan yang di milikinya? Dia bisa menggunakan apa saja. Aku pikir begitu.” Batin Anantari bingung, tak karuan.
Anantari berpikir, pertama sewaktu dia menyerang sang musuh, musuhnya bisa berubah diri menjadi asap. Dan kedua dia bisa mengendalikan tumbuh-tumbuhan di sekitar. Dan untuk ketiga kalinya, sekarang dia bisa merubah batang pohon yang keluar dari lengannya menjadi sebuah pedang.
Anantari berpikir dia harus berhati-hati melawan musuhnya kali ini.
“Ting!” Musuh menghilang.
“Kemana dia pergi?” Batin Anantari.
“Sing, sing!” Dengan cepat Anantari menghindari serangannya. Lalu Anantari terbang ke atas awan.
Musuhnya mengejar.
“Ting!” Seketika musuhnya berada di hadapan Anantari.
“Srekkkk!” Anantari tergores oleh pedang tersebut.
“Argggh, sakit sekali!” Seru Anantari.
“Sing, sing!” Anantari menghindari serangan demi serangan. Dia mulai terpojok oleh musuh.
“Apa yang harus ia lakukan sekarang?” Batinnya.
“Srekkk!” Seketika Anantari terkena serangan musuh.
Lalu terlihat Wira, dan Genta cemas melihat Anantari hampir kalah oleh sang musuh. Genta ingin membantu Anantari, namun Wira menahannya.
“Hentikan prajurit baru. Dia bukan tandinganmu!” Wira memerintah. Wira menyuruh Genta hendak diam saja bersamanya. Dan Wira percaya Anantari bisa mengalahkannya.
“Lihat saja prajurit baru, ketika Anantari mengamuk. Seberapa kuat pun musuhnya dia pasti akan mengalahkannya. Karena Anantari adalah dewi air. Dia tidak kalah.” Ucap Wira.
“Baiklah.” Timpal Genta. Genta berpikir Anantari bukan orang yang sembarang. Wira orang yang ia kagumi saja bilang begitu. Dan Genta begitu penasaran dengan Anantari. Seberapa kuat dia sebenarnya.
Terlihat Anantari begitu kewalahan menghadapi sang musuh. Namun tiba-tiba dia teringat dengan perkataannya kepada Kalang setelah pertarungannya dengan Archeri.
“Aku berjanji aku tidak akan membiarkan para sahabat-sahabatku pergi lagi. Aku akan berjanji akan selalu bersama mereka selama aku masih bisa bertarung untuk tanah kerajaan. Aku akan berjanji akan menjaga satu sama lain. Karena aku telah bersumpah.”
“Baiklah Kalang, aku tidak akan menarik kembali ucapanku. Aku sudah berjanji pada teman-temanku. Aku sudah berjanji pada romo, pada sang ibu, kak Laksmi, juga Esa.” Lalu Anantari menarik napasnya dalam-dalam dan memejamkan matanya.
“WAHAI DEWA, DEWI KEHIDUPAN. BERIKANLAH AKU KEKUATAN, GUNCANGKAN DUNIA, TURUNKAN HUJAN, BERIKANLAH AKU SEMUA KEKUATANMU!” Seru Anantari.
“DARRR!” Kilat menyambar. Awan semakin gelap dan hujan turun semakin deras mengguyur tempat mereka bertarung.
“Bushh!” Seketika pakaian Anantari berubah menjadi sebuah gaun salju. Dan tiba-tiba dia memakai sebuah mahkota berkilauan. Dia berubah menjelma menjadi Dewi Salju.
Musuhnya menohok. “SIAPA DIA. KENAPA DIA BERUBAH MENJADI SANGAT ANGGUN? LANTAS KENAPA DIA MENGGUNAKAN MAHKOTA DI KEPALANYA, SIAPA DIA SEBENARNYA?” Batin musuhnya bertanya-tanya.
“WAHAI SANG LANGIT BERTERIAKLAH!”
“Darrrr!” Timpal sang langit.
Sekarang seluruh kekuatan alam berada dalam kendalinya.
Seketika hujan-hujan itu membentuk, mengeras menjadi sebuah es. Dan es itu berubah menjadi dua buah tombak yang siap menyerang sang musuh.
“Musnahkan!”
“Wushhh!” Dengan cepat es itu menyerang ke arah musuh.
Namun musuhnya menghindari serangan tersebut.
Anantari terlihat menyeringai. Lalu dia berteportasi berada di hadapan musuh.
“Musnahkan”
“Wushhhh!” Dengan cepat musuh itu menghindar.
Anantari terkesan dengan kehebatan musuh. Musuhnya hampir mengimbangi kekuatannya ketika berubah menjadi dewi salju. Anantari berpikir kekuatan sang musuh lebih kuat di bandingkan Archeri (lawan yang melawan Anantari sebelumnya).
Lalu Anantari membentuk lagi kekuatannya menjadi sebuah naga yang terbentuk dari butiran salju yang menggumpal. Naga itu lebih kuat di bandingkan dengan naga Anantari sewaktu latihan bersama Esa.
“WAHAI SANG NAGA MUSNAHKAN!”
“Wushhhhh!” Seketika naga salju itu melesat dengan cepat ke arah kesatria itu.
Lalu naga itu mengeluarkan semburan yang terbuat dari es. Seketika es itu dengan cepat mengarah ke arah sang musuh. Musuhnya hanya bisa menghindari serangan demi serangan Anantari. Dia kewalahan.
“MUSNAHKAN!” Seru Anantari.
“Wushhhh!” Seketika semburan naga itu menghantam sang musuh. Dia terpental ke bawah.
“Brakkk!” Musuhnya tergeletak, berbaring diatas tanah. Terlihat lemah. Dia lalu menyerah.
Terlihat Genta begitu takjub dengan Anantari.
“Wah dia menjelma menjadi seorang dewi salju. Dia begitu anggun sekali.” Batin Genta di dalam hati. Genta terpesona ketika Anantari menjelma menjadi seorang dewi salju.
Lalu Anantari berubah kembali ke wujud manusianya. Anantari, Wira, dan Genta lalu menghampiri kesatria itu, dan mulai menanyakan sesuatu kepadanya. “Ohok, ohok!” Terlihat pria tersebut begitu lelah bertarung dengan Anantari.
“Maafkan aku. Aku telah bersalah telah menyerang dan menjarah desa ini. Sesungguhnya di kerajaan kami (kerajaan Darius) sedang tidak baik-baik saja. Ada seseorang yang membelot.
Dia menggulingkan kekuasaan sang raja yang sekarang menjadi pemimpin kerajaan Darius, hanya demi sebuah tahta. Dia adalah pembunuh bayaran.” Seketika Anantari terperanjat ketika mendengar nama pembunuh bayaran.
“Bukankah kamu adalah salah satu dari mereka?” Tanya Wira.