cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya karangan dari Author, apabila ada.kesamaan nama.dan tempat Author minta maaf. Alkisah ada seorang pemuda bernama naga lahir dari seorang ayah bernama Robert dan Ibu bernama Julia, Robert sendiri adalah seorang pengusaha suskses yang mempunyai berbagai bisnis yang berada di beberapa negara, baik Asia maupun Eropa. Dengan status sebagai anak orang kaya dan sekaligus pewaris tunggal Naga adalah anak yang sombong dan angkuh, jika Ia menginginkan sesuatu maka sesuatu itu harus bisa menjadi miliknya apapun cara nya. namun lama kelamaan kesombongan dan keangkuhan Naga mulai luntur karena satu sosok wanita yang mempunyai paras yang cantik bernama Jelita.Jelita sendiri adalah anak sulung dari 2 bersaudara pasangan dari seorang petani bernama pak Karyo dan bu ambar namun karena tekad dan keinginannya untuk membanggakan keluarga ini lah yang membuat Naga jatuh cinta kepada Jelita dan perlahan-lahan berubah menjadi orang yang jauh lebih baik lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira Sakti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UJIAN CINTA DAN PENGORBANAN SANG CRAZY RICH
Di tengah gemerlap popularitas yang tengah menghampiri, Jelita tak pernah sekalipun melupakan pendidikan. Ia tetaplah seorang siswi teladan di SMA Internasional Pelita Harapan Palembang. Setiap ujian, namanya selalu bertengger di puncak, mengukuhkan posisinya sebagai yang terbaik.
Di balik prestasi itu, ada Naga, sang kekasih, yang selalu setia mendampingi. Mereka adalah dua sejoli yang tak hanya dimabuk asmara, tetapi juga berprestasi. Jelita selalu menjadi yang pertama, sementara Naga menduduki peringkat kedua.
"Aku sangat senang dan bahagia, Sayang, bisa selalu berada di dekatmu," ucap Jelita suatu sore di tepi Sungai Musi.
Naga menggenggam erat tangan Jelita, matanya memancarkan cinta. "Aku juga senang, Sayang. Aku berjanji, setelah lulus SMA, aku akan membawa orang tuaku untuk menemui orang tuamu. Aku ingin mempersuntingmu, menjadikanmu pendamping hidupku."
Mendengar ucapan Naga, Jelita terdiam. Kata-kata itu menyentuh relung hatinya. Ia melihat kesungguhan dari mata Naga, cinta yang tulus. Air mata mulai membasahi pipinya, air mata kebahagiaan.
Namun, takdir berkata lain. Ayah Jelita, Pak Karyo, seorang buruh, mengalami kecelakaan di tempat kerja. Sebuah kecelakaan yang mengubah segalanya.
Pak Karyo dilarikan ke rumah sakit. Jelita dan ibunya diliputi kecemasan. Mereka berdoa tanpa henti.
Dokter menjelaskan bahwa luka Pak Karyo serius. Selain itu, ia mengidap penyakit langka, Sindrom Vaskular Atipikal Palembang (SVAP).
"Penyakit ini sangat langka. Kami sarankan agar Bapak Karyo dirujuk ke Singapura," ujar dokter.
Jelita dan ibunya bagaikan tersambar petir. Biaya pengobatan di Singapura sangat mahal. Mereka hanya keluarga sederhana.
Di tengah keputusasaan, Naga datang membawa harapan. Ia adalah crazy rich Palembang yang memiliki segalanya, namun semenjak mengenal Jelita lebih dekat lagi Naga menjadi orang yang tak angkuh dan tak sombong lagi. Ia menggunakan kekayaannya untuk membantu sesama yang membutuhkan.
"Jelita, jangan khawatir. Aku akan membantumu," ujar Naga tulus. "Aku akan berbicara dengan orang tuaku. Aku yakin mereka bersedia membantu."
Jelita menatap Naga tak percaya. "Naga, aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu."
"Jangan pikirkan itu, Jelita. Aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Ayahmu adalah ayahku juga. Kita adalah keluarga," jawab Naga.
Keluarga Naga setuju membantu. Pak Karyo diterbangkan ke Singapura dengan jet pribadi. Jelita dan Naga ikut mendampingi.
Di Singapura, Pak Karyo dirawat di rumah sakit terbaik. Tim dokter ahli memberikan perawatan intensif. Namun, proses penyembuhan berjalan lambat.
Jelita dan Naga tidak pernah menyerah. Mereka selalu berada di sisi Pak Karyo, memberikan dukungan. Mereka juga tak henti-hentinya berdoa.
Namun, kondisi Pak Karyo tiba-tiba memburuk. Dokter mengatakan bahwa penyakit SVAP semakin parah.
"Kami sudah melakukan segala yang kami bisa, tapi kondisi Bapak Karyo semakin kritis," ujar dokter sedih.
Jelita merasa dunianya runtuh. Ia tak bisa membayangkan hidup tanpa ayahnya. Air mata membasahi pipinya.
Naga memeluk Jelita erat-erat, mencoba memberikan kekuatan. "Jelita, jangan menyerah. Kita harus tetap berdoa. Tuhan pasti memberikan yang terbaik."
Jelita mencoba tegar. Ia tahu harus kuat demi ayahnya, ibunya, dan Naga. Ia tidak boleh menyerah.
Malam itu, Jelita dan Naga berdoa bersama di samping tempat tidur Pak Karyo. Mereka memohon keajaiban.
Keesokan harinya, sebuah keajaiban terjadi. Kondisi Pak Karyo berangsur membaik. Dokter mengatakan ada perkembangan positif. Penyakit SVAP mulai mereda.
Jelita dan Naga sangat bersyukur. Mereka tahu doa mereka didengar oleh Tuhan. Mereka berjanji akan terus menjaga dan merawat Pak Karyo.
Setelah beberapa minggu di Singapura, kondisi Pak Karyo semakin membaik. Dokter memberikan izin untuk kembali ke Palembang.
Jelita dan Naga sangat bahagia menyambut kepulangan Pak Karyo. Mereka menjemput Pak Karyo di bandara dengan sukacita. Setibanya di rumah, mereka disambut oleh keluarga dan teman-teman.
Sejak saat itu, kehidupan Jelita dan Naga kembali normal. Mereka fokus untuk menyelesaikan pendidikan SMA mereka. Jelita tetap menjadi siswi terbaik, sementara Naga terus memberikan dukungan. Namun, kejadian yang menimpa Pak Karyo mengubah cara pandang mereka terhadap hidup. Mereka menjadi lebih peduli terhadap sesama dan lebih menghargai waktu yang mereka miliki.
Di sekolah, Jelita dan Naga semakin aktif dalam kegiatan sosial. Mereka bergabung dengan organisasi siswa yang bergerak di bidang kemanusiaan. Mereka sering mengunjungi panti asuhan, memberikan bantuan kepada korban bencana alam, dan melakukan kegiatan sosial lainnya.
Suatu hari, Jelita dan Naga mendapatkan tawaran untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri. Jelita mendapatkan tawaran untuk belajar di Amerika Serikat, sementara Naga mendapatkan tawaran untuk belajar di Inggris. Tawaran ini merupakan kesempatan emas bagi mereka untuk mengembangkan diri dan memperluas wawasan.
Namun, tawaran ini juga menjadi dilema bagi mereka. Mereka berjanji untuk selalu bersama, tetapi program pertukaran pelajar ini akan memisahkan mereka selama beberapa tahun. Jelita merasa bimbang. Ia tidak ingin berpisah dengan Naga, tetapi ia juga tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini.
"Naga, aku tidak tahu harus bagaimana," ujar Jelita dengan nada sedih. "Aku ingin sekali mengikuti program ini, tetapi aku juga tidak ingin berpisah denganmu."
Naga memeluk Jelita erat-erat. Ia mengerti perasaan Jelita. Ia juga merasa berat untuk berpisah dengan Jelita, tetapi ia tahu bahwa kesempatan ini sangat penting bagi Jelita.
"Jelita, aku tahu ini berat bagi kita," ujar Naga dengan nada tulus. "Tetapi, aku tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari. Ikutilah program ini. Raihlah impianmu. Aku akan selalu mendukungmu, meskipun kita terpisah jarak."
Mendengar ucapan Naga, Jelita merasa terharu. Ia tahu bahwa Naga sangat mencintainya dan selalu ingin yang terbaik untuknya.
"Terima kasih, Naga," ujar Jelita sambil memeluk Naga erat-erat. "Aku berjanji akan selalu mengingatmu dan mencintaimu, meskipun kita terpisah jarak."
Akhirnya, Jelita memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Ia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat.
Saat hari keberangkatan tiba, Naga mengantar Jelita ke bandara. Mereka berdua berpelukan erat-erat, air mata membasahi pipi mereka.
"Aku akan merindukanmu, Jelita," bisik Naga di telinga Jelita.
"Aku juga akan merindukanmu, Naga," balas Jelita. "Jaga dirimu baik-baik. Aku akan segera kembali."
Jelita kemudian melangkah masuk ke dalam pesawat. Ia melambaikan tangan kepada Naga, air mata terus mengalir di pipinya. Naga membalas lambaian tangan Jelita, hatinya terasa berat.
Selama berada di Amerika Serikat, Jelita belajar dengan tekun dan giat. Ia berusaha untuk meraih prestasi yang terbaik. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial dan budaya. Ia ingin memperkenalkan Indonesia kepada dunia.
Meskipun terpisah jarak, Jelita dan Naga tetap menjalin komunikasi. Mereka sering bertukar kabar melalui telepon, email, dan media sosial. Mereka saling memberikan dukungan dan semangat.
Namun, hubungan jarak jauh tidaklah mudah. Jelita dan Naga sering merasa rindu satu sama lain. Mereka juga sering merasa cemburu dan khawatir.