Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.
"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.
"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."
"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkhianat
Bram keluar dari kamar hendak mencari Bara, namun sayang setelah ia mencari di manapun bahkan di setiap sudut ruangan ia tidak menemukan sosok kakak tirinya itu.
"Ayah Ke mana kak Bara?" Tanya Bram pada ayahnya.
"Dia sudah pergi, pulang ke apartemennya. Ada apa?" Tanya balik Robert.
Bram yang ingin menjawab hanya bisa mengurungkan pertanyaan nya, namun rasanya ia begitu hatinya begitu gundah jika ia tidak menemukan jawaban atas segala kegundahan dalam rasa penasaran nya yang menggelitik.
Mungkinkah Bram harus menemui Bara secara langsung di apartemen nya? Untuk menanyakan segala rasa keingintahuannya. Jujur ia merasa shock akan pernyataan Bara yang mengatakan niat nya untuk menikahi Alina.
"Bram, ada apa nak?" Suara Robert membuatnya tersadar akan pikiran nya kusut kayak benang kusut saja.
Bram hanya mengeleng disertai helaian nafasnya yang mulai tidak teratur, seakan ia masih memendam sejuta pertanyaan yang ingin ia tanyakan, namun dengan siapa ia harus mengetahui semuanya?
"Tidak apa ayah, aku hanya penasaran mengapa tiba-tiba saja kak Bara ingin memutuskan menikah secepat itu." Ucap Bram yang masih belum percaya bahwa nantinya Alina akan menjadi istri dari kakak tirinya.
"Namanya juga jodoh, seperti kamu dan Naura yang langsung memutuskan untuk menikah." Jawab Robert yang enggan mengatakan faktanya.
Robert tidak ingin menjelek-jelekan nama Bara, karena jika ia tahu tabiat putranya yang tak ingin kehidupannya terusik.
Sebagai ayah, ia tahu bahwa ia harus bisa menempatkan dirinya dengan adil, sudah cukup Bara tinggal di luar rumah selama hampir dari 5 tahun karena menghindari ibu tirinya.
Kini di saat Bara akan menikah Alina, pria itu bahkan ingin kembali ke rumah nya tanpa ia harus memaksa putranya tinggal di sisinya. Baginya perubahan yang baik itu semua karena Alina.
Walaupun pernikahan mereka karena kecelakaan, namun baginya ada sisi baiknya ketika barang ini sudah mulai bisa ia atur, untuk itu ia tidak mungkin mengatakan secara gamblang kepada Bram, tentang apa yang terjadi dengan Bara hingga menikah dengan terburu-buru.
"Oh begitu, kalau begitu aku berangkat kuliah dulu ayah." Pamit Bram pada ayahnya.
"Tunggu, Kamu sudah sampai semester berapa?" Tanya pria tua itu yang sudah menganggapnya seorang Bram selama lebih dari 10 tahun.
"Saya sedang menyelesaikan skripsi, mungkin satu tahun lagi saya akan lulus. Doakan saja ayah."
Walau Bram bukan anak kandungnya, tapi robert uga begitu menyayangi dan perhatian kepada putranya itu. Pria itu merangkul Bram dan menutup pundaknya.
"Ayah akan selalu doakan yang terbaik untukmu, nanti kalo sudah lulus kamu bisa bekerja di perusahaan ayah." Ucap Robert.
Pria tua itu ingin putra tirinya juga ikut bergabung kelak untuk memajukan perusahaan bersama dengaan Bara. Robert tahu kepintaran Bram dari remaja sudah menonjol.
Berbeda dengan Bara yang selalu malas belajar dan pembikin onar. Padahal saat Bara kecil, sebelum ibu nya meninggal, ia termasuk anak yang jenius, bahkan ia sering mendapat nilai sempurna mata setiap mata pelajaran.
Semuanya berubah, ketika sang ibu yang menjadi panutan dan tumpuan kasih sayangnya meninggalkan nya seumur hidup. Dunia kecil Bara hancur dan runtuh, apalagi Bara merasa jauh dari ayahnya saat Robert sibuk dengan pekerjaan dan Lisa yang saat itu sudah menjalin cinta dengan ayah kandung Bara.
Puncak perubahan itu saat Robert memutuskan menikahi Lisa, setelah 1 tahun ibu kandung Bara berpulang. Bara semakin tersisih, hingga saat remaja Bara memutuskan keluar dari rumahnya sendiri, demi bisa hidup tenang.
Bram keluar dari rumahnya untuk pergi ke kampus menemui dosen pembimbingnya, ia juga berencana ingin bertemu dengan Alina untuk membicarakan masalah yang masih ruwet baginya.
Mobil Bram berhenti tepat ketika ia melihat Alina yang baru turun dari ojek online yang sering ia pesan untuk antar jemputnya, karena tidak tiap hari sang kakak akan mengantar, bahkan menjemputnya dari kampus.
"Alina......" Panggil Bram yang baru saja memarkirkan mobilnya sembarangan.
Alina yang baru turun dari ojek, ia sempat menoleh pada suara yang begitu familiar, suara yang sealu ia tunggu dan rindukan memanggilnya. Tapi kini tidak, Alina begitu kecewa pada pria yang kini sudah menjadi istri orang.
"Hey mobil lo halangin mobil gue, pindahkan." Seru mahasiswa yang disinyalir adik kelas Bram.
Bram yang hari ini begitu badmood pun kemudian mendelik pada sosok yang ingin mencari masalah dengannya.
"Ini kunci mobil gue, tolong lo aja yang parkirkan." Perintah Bram, dan itu membuat Alina cukup terkejut dengan sikap Bram yang tidak seperti biasanya itu.
"Hey lo nyuruh gue, udah kaya lo." Geram cowok itu yang measa kesal.
Cara mengambil dompet dari saku celananya, lalu ia memberikan uang berwarna merah sebanyak 5 lembar lalu ia lempar pada pria yang tadi mencoba mencari masalah dengannya.
"Ini cukup bukan, sana parkiran mobil gue." Ketus Bram dan memberikan kunci mobil itu pada pria tadi.
Pria yang tadi mencari masalah dengannya itu akhirnya memilih menyerah, uang adalah segalanya. Dan ia lebih memilih untuk mengambil uang itu dan memarkirkan mobil Bram.
Para tersenyum remeh melihat pria yang tadi ketus padanya sibuk mengambil uang yang terjatuh di tanah, bahkan Alina sampai geleng-geleng kepala melihat mantan kekasihnya itu kini telah berubah.
"Ikut aku, kita harus bicara." Ucap Bram menarik lengan Alina.
"Lepas kak, berapa kali aku harus bilang sih kalau kita itu sudah tidak ada hubungan lagi. Paham?" Berontak Alina.
Namun percuma saja, Bram langsung menarik tangannya dan tak membiarkan dirinya lepas dari genggamannya. Alina begitu kesusahan menyamai langkah kaki Bram yang panjang yang berjalan dengan sangat terburu-buru.
"Kak lepas, apa maumu sih?"
"Jawab pertanyaanku, apa benar kamu akan menikah dengan kakak tiriku." Tanya Bram menatap tajam Alina setelah ia membawa Alina cukup jauh dari halaman kampus.
Alina terhenyak dengan kelopak mata melebar lalu ia kerjap kan beberapa kali karena pertanyaan mantan pacarnya itu, ia yang baru tahu bahwa hubungan mereka kakak dan adik pun kemaren ikut penasaran dengan kehidupan mereka yang terlihat saling bermusuhan.
Pantas saja saat Alina tanya ia memiliki seorang saudara pada nya, Bram menjawab tidak. Karena dalam lubuk hati mereka berdua tidak saling mengakuinya.
"Untuk apa kamu kepo dengan segala urusan aku, urus saja Naura istri kamu." Geram Alina yang langsung mendorong kedua bahu Bram.
Alia segera melarikan diri menghindari Bram, namun sialnya Alina tak berkutik lagi karena Bram kembali meraih lengannya dan ia dibenturkan pada dinding dipojok disudut kampus.
Gadis itu meringis kesakitan karena benturan itu, belum lagi kedua lengan Alina di cengkeram oleh tangan besar Bram.
"Kak ini sakit." Ringis Alina.
Bram pun yang melihat Alina kesakitan pun merasa tak tega, ia pun membebaskan tangan Alina saat itu juga.
"Katakan padaku apa benar kamu akan menikah dengan Bara kakakku?"
"Katakan....." Bentak Bram saat pertanyaan pertama tidak Alina jawab.
"Iya, kau puas." Jawab Alina kesal.
"Ternyata kamu membohongiku, kau juga sama dengan ku, berkhianat." Geram Bram.
Satu tamparan terpaksa dilayangkan Alina pada mantan kekasihnya itu, ketika tangan nya terbebas dari cengkeraman Bram. Rasanya sakit hatinya dituduh seperti itu oleh pria yang dulu ia kasihi.