NovelToon NovelToon
Lewat Semesta

Lewat Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia risti

Anara adalah siswi SMA berusia 18 tahun yang memiliki kehidupan biasa seperti pada umumnya. Dia cantik dan memiliki senyum yang manis. Hobinya adalah tersenyum karena ia suka sekali tersenyum. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Fino, laki-laki dingin yang digosipkan sebagai pembawa sial. Dia adalah atlet panah hebat, tetapi suatu hari dia kehilangan kepercayaan dirinya dan mimpinya karena sebuah kejadian. Kehadiran Anara perlahan mengubah hidup Fino, membuatnya menemukan kembali arti keberanian, mimpi, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia risti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Malam itu, Fino masih memikirkan Anara. Nomor teleponnya mendadak tak bisa dihubungi, dan itu membuatnya semakin khawatir.

"Bagas," panggilnya ketika Bagas baru datang sambil membawa dua bungkus nasi goreng.

"Apa?"

"Apa yang lo tahu tentang Anara?" tanya Fino langsung ke inti.

"Maksud lo… tentang ayahnya?"

Fino mengangguk.

"Nggak banyak. Tapi gue tahu, ayah Anara itu penjudi. Hampir tiap hari rumahnya didatangi debt collector. Mereka sering pindah-pindah, dan Anara nggak sekolah bertahun-tahun karena harus bantu ayahnya bayar hutang. Baru setelah pindah ke sini, dia bisa sekolah lagi," jelas Bagas.

"Pantas saja… impian dia…" gumam Fino, mengingat beberapa hari lalu.

Fino menatap kosong ke arah jendela kamar, membiarkan gumamannya tadi menguap di udara.

"Lo mikirin dia terus, ya?" suara Bagas memecah keheningan sambil membuka bungkus nasi gorengnya.

Fino tidak langsung menjawab, hanya menarik napas panjang. "Gue cuma… nggak nyangka hidup dia seberat itu. Dia selalu keliatan kuat, padahal…"

Kata-kata itu terhenti, seolah Fino tak sanggup melanjutkan.

Bagas mengunyah pelan. "Anara emang gitu, Fin. Dia nggak suka orang kasihan sama dia. Kalau lo mau bantu, lo harus pinter—nggak bikin dia keliatan lemah."

Fino hanya mengangguk.

**

Keesokan harinya, Fino dan Bagas sudah lebih dulu sampai di sekolah. Mereka duduk di teras kelas, menunggu Anara yang tak kunjung datang.

“Lo sih, gue bilang apa… jangan-jangan Anara—” ucapan Bagas terhenti ketika Fino tiba-tiba berdiri sambil memandang ke arah gerbang.

“Anara…” ucap Fino pelan.

Gadis cantik pemilik senyum manis itu berjalan menuju mereka dengan langkah ringan, seolah tidak ada yang terjadi.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Fino langsung.

Anara tersenyum tipis. “Memangnya kenapa? Aku baik-baik saja.”

“Akhirnya, Nar. Aku kira kamu—”

“Aku apa?” potong Anara sambil menaikkan alis.

Bagas buru-buru memotong, “Nggak apa-apa. Yaudah, ayo. Pak guru bentar lagi datang.”

“Iya, bawel banget,” jawab Anara sambil tertawa kecil. Sebelum akhirnya berjalan menuju kelas.

Di dalam kelas, Anara tetap seperti biasanya. Ia duduk tenang dengan buku-buku catatannya, menunduk fokus seakan dunia di sekelilingnya tak ada. Bahkan hingga jam istirahat, ia masih sibuk menyalin sesuatu.

“Nar, nggak mau ke kantin?” tanya Bagas sambil menoleh.

“Duluan aja. Aku masih harus nyalin ini sebentar lagi,” jawab Anara tanpa mengangkat kepala.

“Oke deh.” Bagas mengangguk lalu berjalan keluar menuju kantin.

Sementara itu, Fino masih duduk di bangkunya. Tatapannya tak lepas dari punggung Anara. Entah kenapa, ada perasaan ingin tahu yang makin menguat. Akhirnya, ia berdiri dan menghampiri meja Anara.

“Mau aku bantu?” tanyanya.

“Enggak usah, ak—” Ucapan Anara terhenti. “Yah…”

Fino mengerutkan kening. “Kenapa?”

“Ini… catatannya nggak lengkap. Kalau gini, aku harus ke perpustakaan.”

“Yaudah, ayo. Aku temani.”

“Beneran? Tapi ini jam makan siang kamu.”

“Jangan dipikirin, ayo.” Fino berjalan lebih dulu, dan Anara akhirnya mengikutinya.

Sesampainya di perpustakaan, Fino membantu Anara mencari buku yang dibutuhkan.

“Ah, ini dia!” seru Anara pelan. Tangannya terulur untuk mengambil buku itu, namun gerakan itu membuat lengan bajunya sedikit terangkat. Pandangan Fino langsung terpaku—ada memar kebiruan di sana.

“Tangan kamu…” ucap Fino nyaris berbisik.

Anara buru-buru menarik lengannya dan menutupinya. Wajahnya berubah kaku. Ia hendak berbalik pergi, tapi langkahnya terhenti saat melihat dari arah berlawanan sebuah rak buku besar mulai miring, siap menimpa Fino.

“Awas!” seru Anara sambil menarik Fino dan mendorongnya menjauh.

Namun, Fino bergerak cepat. Ia memeluk Anara dan membanting tubuh mereka berdua ke samping, membuat rak itu jatuh tanpa mengenai mereka.

“Anara…” gumam Fino dengan napas terengah. Namun, matanya langsung membesar saat melihat Anara tak sadarkan diri.

**

Fino berlari tergesa menuju UKS, menggendong Anara di pelukannya. Napasnya terengah, keringat dingin membasahi pelipisnya.

“Bu, tolong! Dia pingsan!” seru Fino saat sampai di pintu UKS.

Perawat sekolah segera menghampiri, membimbing Fino meletakkan Anara di ranjang. Tangannya cekatan memeriksa suhu dan denyut nadi Anara.

Belum sempat Fino menjelaskan, suara riuh mulai terdengar di luar UKS. Beberapa siswa yang tadi berada di perpustakaan ikut datang.

“Itu gara-gara Fino, lho!” ujar seorang siswa dengan nada penuh tuduhan.

“Iya, katanya dia narik Anara sampai jatuh.”

“Dari dulu juga gitu, tiap ada Fino pasti ada aja masalah.”

“Bener. Pembawa sial.”

Bisik-bisik itu makin ramai. Tatapan mereka menusuk ke arah Fino seperti anak panah. Fino mengangkat kepalanya, menatap satu per satu wajah yang memandangnya sinis.

“Aku nggak—” ucapnya, namun suaranya tertahan.

"Hei, kalian jangan nuduh sembarangan! Gue yakin Fino nggak salah.” Ucap Bagas yang baru datang.

Tapi suara Bagas kalah oleh kerumunan yang terus berbisik.

Perawat menatap Fino singkat, lalu berkata datar, “Kalau kamu mau, kamu bisa keluar dulu. Biar dia istirahat.”

Fino terdiam. Dadanya terasa sesak. Tatapan terakhirnya tertuju pada Anara yang terbaring lemah. Entah kenapa, luka memar di lengan gadis itu terus terbayang di kepalanya—dan perasaan bersalah ikut menekan di dadanya.

Pelan-pelan, Fino melangkah mundur, melewati kerumunan yang tak berhenti berbisik. Setiap langkah terasa berat, seolah semua kata “Pembawa sial” itu menempel di punggungnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!