"Putus kan pacar Lo!!"
Revano menatap tajam ke arah Renata, mata nya menelisik dari atas ke bawah, memperhatikan Renata dengan begitu intens.
Sementara Renata hanya diam...rasa cinta untuk pacarnya itu masih sangat dalam. Tidak mungkin kan dia begitu saja memutuskan hubungan ini, apalagi alasan karena seseorang.
"Gue kasih waktu sampai nanti malam,...kalau lo belum mutusin dia, siap siap saja....gue minta hak gue.."
"Gue makan Lo!"
Bisik Revano di telinga Renata, dengan hembusan nafas yang begitu kentara, membuat Renata seketika merinding.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulina alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Gila
"Gue pergi. Masih ingat kan kata-kata gue tadi pagi dan pastinya kalau lo nggak bodoh, lo juga akan mikir ulang."
Sudah malam, yang pastinya ini sudah pukul tujuh. Waktunya Revano pergi ke area balapan seperti apa yang dikatakannya kemarin itu kepada Radit kalau Revano menantang balapan Radit.
Entah kenapa tiba-tiba Revano sedari sore sepulang sekolah sudah di rumah dan kini saatnya mau pergi berpamitan dulu dengan Renata. Apa itu dinamakan pamitan atau sekedar mengingatkan Renata saja mengenai apa yang harus dilakukan Renata malam ini.
"Satu lagi. Jangan ke sana sendirian!!"
Ujar Revano lagi yang langsung saja memakai jaket kebesarannya kemudian melangkah pergi keluar dari kamar sementara Renata hanya mematung duduk di atas ranjang dengan tatapan yang entahlah yang pastinya dengan pikiran yang melayang kemana-mana.
"Ckk... sok perhatian. Kalaupun gue kenapa-napa pastinya lo malahan seneng lo juga nggak akan nolongin gue."
Setelah mendengar suara motor milik Revano keluar dari gerbang. Renata langsung saja mengambil ponselnya bukan untuk menghubungi Radit sang kekasih tetapi menghubungi Nana sahabatnya.
"Hulaa ada apa Besty?"
Satu kali panggilan langsung saja dijawab yang mana Nana memang jomblo sejati dan pasti tidak melakukan apapun di malam ini.
"Ikut gue ya. Tapi Lo jemput gue nggak usah pakai motor pakai mobil aja, mobil yang belum pernah lo pakai ke sekolah."
Mobil yang belum pernah gue pakai ke sekolah? Ada ada saja, emang kenapa sih?
"Siap. Gue tahu lo butuh gue dan gue tahu lo mau cerita malam ini. Gue jemput di mana?"
Meskipun sebenarnya agak sedikit bingung, tapi Nana mengiyakan ucapan dari Renata. Entahlah, dipikiran Nana pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Di minimarket jalan pemuda, gue OTW sekarang."
Renata langsung saja memutuskan sambungan telepon dari Nana, ia lega karena sahabatnya itu tidak banyak bertanya, sepertinya Nana memang sudah paham apa isi hati dari Renata itu dan malam ini Renata mau membuktikan.
Renata mengajak Nana bukan karena ia takut ke arena balapan sendirian tetapi memang ia butuh seseorang untuk dijadikan tempat keluh kesahnya nanti mungkin saja Renata akan melihat sesuatu yang membuatnya hancur tetapi mungkin itu memang harus dilakukannya.
...****************...
Beruntung sekali keadaan di kediaman Daneswara begitu sepi, hanya ada asisten rumah tangga yang mondar-mandir membersihkan rumah.
Pastinya Renata juga pamit mau keluar sebentar dan tidak ada pertanyaan lagi, itu sudah terbiasa di rumah ini jika penghuni rumah ini memang selalu pergi malam-malam entah itu ada urusan atau hanya sekedar keluar saja.
"Kenapa nunggunya di sini? gue sedikit curiga dan juga penasaran. Mau minta lo cerita sepertinya suasana lo lagi nggak baik-baik saja."
Beberapa menit sudah berlalu yang pastinya dari kediaman Daneswara untuk menuju minimarket yang disebutkan Renata tidak membutuhkan waktu yang lama hanya dengan jalan kaki saja meskipun tadi Pak satpam sudah menawarkan untuk mengantarkannya atau memakai motor nanti supaya bisa sampai ke mini market tetapi Renata menolaknya.
Bukan karena nanti takut Pak satpam itu mengadu kepada Revano, toh percuma saja Renata yakin pasti Revano sudah mengirimkan mata-mata untuk mengawasi dirinya.
Tak apalah, masa bodoh dengan mata-mata Revano yang penting ia berbuat di jalur yang aman tidak selingkuh atau bagaimana.
"Ceritanya panjang, nanti gue ceritain kalau sudah selesai misi. Sekarang cabut!! cus ke balapan tapi jangan deket-deket ke arenanya cukup mata gue mantau dari jauh."
Nana mengangguk, melirik sekilas ke arah sahabatnya yang sudah memakai sabuk pengaman kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sedang dengan hati yang benar-benar penasaran.
"Arena balapan? Kenapa lo nggak bareng sama Radit? bukannya tadi Radit juga nawarin untuk jemput?"
"Gue curiga sama Radit, makanya nggak usah dekat-dekat ke arena itu."
"Oh jadi lo mau mata-matain Radit?"
Renata menganggukkan kepalanya memang ia belum cerita kepada Nana tetapi sepertinya dari gelagatnya Nana sudah bisa membaca apa yang akan dilakukannya.
"Sebenarnya gue curiga sama dia. Pernah waktu kapan itu gue diceritain sama sepupu Gue kalau melihat Radit jalan sama mantannya. Tetapi gue anggap itu kebetulan, makanya gue nggak cerita sama lo. Apa gara-gara itu lo ada curiga sama Radit, takut kalau dia sama..."
"Benar ... gue curiga sama dia, kalau gue nggak ada dia sama siapa terus pulangnya ke mana? Jadi mendingan kita ikutin nanti Radit ke mana dia pergi setelah balapan, gue yakin dia mau ketemu sama mantannya itu."
Sementara Revano sudah sampai di arena balapan ia memang sengaja datang lebih dulu bukan untuk apa-apa tetapi untuk memastikan saja kalau istrinya itu tidak datang bersama dengan Radit dan Revano yakin kalau Renata itu bukan perempuan yang bodoh.
Revano tersenyum mana kala ia membaca pesan dari orang suruhan nya yang memang diminta untuk mengawasi Renata.
Dan pastinya Revano sedikit lega karena Renata membawa sahabatnya meskipun itu perempuan tetapi tidak masalah.
"Kenapa lo senyum-senyum? menang lotre? atau jangan-jangan..."
Lo tadi sudah unboxing terus lo tinggal ke sini, bener-bener ya gila lo!!
Bisik Mahesa di telinga Revano di mana memang bukan hanya ada Mahesa dan Revano saja tetapi ada orang lain, maka dari itu Mahesa tidak asal bicara.
"B@cot lo!!!"
"Hahaha pastinya belum, ah Cemen lo, Van. Lo yang sudah sah ngapain nggak lo unboxing, rugi dong 10 m loh Van..."
Bisik Mahesa lagi yang sepertinya memang sengaja memancing-mancing hasrat Revano.
Sedangkan Revano hanya diam saja tidak mau menanggapi ucapan-ucapan setan dari sahabatnya itu, ia lebih memilih untuk fokus ke ponselnya menatap pesan yang berulang kali dikirim oleh anak buahnya.
"Gila sudah mulai posesif? sejak kapan lo mata-matai Renata?"
Dirasa tidak ada jawaban ataupun tanggapan dari Revano, Mahesa melirik ke arah ponsel yang dipegang Revano dan di sana terpampang nyata foto Renata keluar dari rumah lalu masuk ke sebuah mobil yang di mana mobil itu ada seorang perempuan dan Mahesa tahu beserta dengan tulisan-tulisan di bawah foto itu.
"Berisik lo!! mendingan minggir deh dari tadi ganggu aja!!"
"Ogah enakan di sini ganggu lo lagi posesifnya. glGue nggak bisa bayangin gimana lo utarakin cinta sama dia dan cinta lo dibalas, pasti lo benar-benar akan mengurung si Rere itu dan nggak akan biarkan dia kemana-mana... apalagi lo kalau sudah jatuh cinta, ih seorang Revano Daneswara bad boy yang kenakalan tidak bisa diragukan lagi tetapi bisa jatuh cinta sejatuh-jatuhnya dengan seorang perempuan, wah itu nanti berita yang sangat menghebohkan...
Mahesa bertupuk tangan otomatis itu membuat teman-teman Revano langsung saja menoleh ke arah dirinya.
"Apa? Si bos jatuh cinta? perempuan mana yang bisa membuat hati si Bos luluh?
"Wow Kalau iya ini patut syukuran 7 hari 7 malam nih dan gue penasaran cewek cantik mana yang bisa memikat hati si Bos yang kaku itu..."
"Sepertinya gue kenal..."
"Sepertinya juga gue kenal..."
Teman-teman satu geng motor dengan Revano itu malah berceloteh sendiri mereka mati-matian menggoda Revano. Ya ada yang sok-sok tahu siapa perempuan yang bisa mengobrak-ngobrik hati Revano, yang itu entah benar atau tidak tetapi mereka senang jika memang iya.
"Kira-kira cewek itu beruntung atau buntung ya, dapatkan hati si Bos?"
"Maksud lo apa? sialan!! jelas dia beruntung. Gue ganteng, tajir kurang apa lagi coba!"
Da ocehan nya kali ini membuat Revano sedikit greget meskipun tidak marah tetapi ya begitulah Revano itu laki-laki yang tidak mempunyai kesabaran sama sekali.
Dan juga Revano senyum-senyum membayangkan wajah cantik Renata terlebih lagi ketika semalam dirinya tidur berdua dengan Renata tidak melakukan apa-apa hanya memeluk gadis cantik itu kemudian mencium seluruh wajah Renata. Iya mencium saja tidak melakukan lebih tetapi di dalam hati Revano sudah sangat senang sekali sudah merasa nyaman.
Sialan Renata!! benar-benar bisa membuat gue gila!!