Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Menjaga mereka.
Di tempat persembunyiannya, Saras merenung. Dendamnya pada Fia sudah membutakan akal sehatnya. Ia merasa Fia telah merusak semua rencananya.
"Gara-gara kamu, Fia! Gara-gara kamu!" gerutunya sambil mengepalkan tangan.
Tiba-tiba, Alfred datang menghampirinya. Wajahnya babak belur akibat perkelahian dengan Fia.
"Kita harus segera pergi dari sini," kata Alfred dengan nada cemas. Perempuan itu sangat luar, sama seperti bapaknya. Renes pasti akan mencari kita sampai dapat kalau kita menyakiti nya."
Saras menatap Alfred dengan tatapan dingin. "Abang sudah melukainya. Abang tenang saja. Saya sudah menyiapkan rencana yang lebih besar. Rencana yang akan membuat Renes dan Fia menyesal seumur hidup. Kita sakiti saja Laras. Lagipula aku tidak bisa dapatkan Renes."
"Dia saudaramu..!!! Kalau kau mau, sakiti anaknya. Abang tidak mau ada anak keturunan dari orang yang tidak kusuka." Jawab Bang Alfred. "Kurasa Renes sangat menyayangi anak Hananto itu, coba saja dia tidak menghamili Laras pasti semua jalan kita juga mudah.
"Memang Laras terlalu bo*oh, Renes adalah jatahku malam itu. Aku tidak mau bisnisku hancur karena Renes maupun Fia." Ujarnya kesal.
Bang Alfred menelan ludah, merasa ngeri dengan tatapan Saras. Ia tahu, Saras tidak akan berhenti sampai dendamnya terbalaskan.
...
Siang harinya, Bang Renes bersama para sahabatnya menuju rumah sakit tempat Laras dirawat. Mereka membawa serta bingkisan dan do'a agar Laras segera pulih dan kebahagiaan bayi mereka.
Sesampainya di sana, mereka disambut oleh senyum bahagia Laras. Laras terlihat segar dan cantik, meskipun baru saja melahirkan. Pipinya sedikit lebih chubby.
"Terima kasih sudah datang." ucap Laras dengan suara lembut. "Laras senang kalian semua ada di sini."
Bang Renes mendekat dan mengusap kening Laras. "Kami semua bahagia karena kamu, Laras. Kami akan selalu ada untukmu."
Mereka kemudian bercengkerama dan berbagi cerita. Suasana haru dan bahagia menyelimuti ruangan itu. Bang Renes merasa bersyukur memiliki Laras dan bayi mereka dalam hidupnya.
Namun, di balik kebahagiaan itu, Bang Renes tidak bisa melupakan masalah yang sedang mereka hadapi. Ia tahu, Saras masih berkeliaran dan bisa mengancam keselamatan keluarganya kapan saja. Ia harus segera bertindak untuk melindungi mereka.
Pikiran Bang Renes terpecah mengingat Fia masih dalam keadaan terluka.
...
Sementara itu, di kamar mess nya, Fia sedang terbaring sendirian, tubuhnya demam. Ia merasa bersalah karena telah membuat Bang Renes khawatir. Ia bertekad untuk menjadi lebih kuat dan lebih berhati-hati di masa depan.
Berkali-kali Fia mencoba bangkit tapi tenaganya seakan habis tak bersisa. Ingin menghubungi papanya tapi ia sangat malu untuk melakukannya.
"Fia tidak akan mengecewakanmu Om, lagi." gumam Fia dalam hati. "Fia akan melakukan yang terbaik untuk melindungi Om, Mbak Laras dan keluarga kecil Om Ren."
Tiba-tiba, Letnan Arial datang mengunjungi. "Fia, kamu di dalam?? Coba buka pintunya..!!"
"Masuk saja, Om. Tidak di kunci..!!" Kata Fia.
Hati-hati sekali Bang Arial membuka pintu, jelas ia cemas karena dirinya sedang mengunjungi seorang gadis.
"Saya masuk ya..!!" Katanya sambil membuka pintu selebar mungkin agar tidak menimbulkan fitnah.
Bang Arial melihat Fia berbaring menahan sakit. Ia pun menyentuh keningnya.
"Astaghfirullah, Fiaa.. Kamu demam tinggi. Ayo kita ke rumah sakit.
" Nggak usah, Om. Fia nggak apa-apa. Jangan sampai orang tau, selain kita menjaga ketenangan, Fia nggak mau di anggap manja apalagi mbak Laras baru melahirkan juga." Jawab Fia.
"Ini beda Fia. Kamu harus dirawat," desak Bang Arial dengan nada khawatir. "Jangan keras kepala. Saya tidak mau terjadi apa-apa sama kamu."
"Tolong, Om..!!" Pinta Fia dengan mengiba.
"Istirahatlah. Saya akan menjagamu," kata Bang Arial dengan nada lembut.
Fia tersenyum tipis. "Terima kasih, Om."
Arial duduk di samping tempat tidur Fia, mengawasi gadis itu dengan cermat. Ia merasa bertanggung jawab atas keselamatan Fia. Ia tau, Fia adalah gadis yang kuat dan berani, tapi ia juga sangat rapuh. Hal yang paling ia takutkan saat iini adalah kemarahan Renes. Jika lettingnya itu sudah marah, maka hancurlah satu Batalyon beserta isinya.
...
Renes mengunjungi Fia di messnya. Ia sangat terkejut melihat kondisi Fia yang lemah.
"Fia, kenapa kamu tidak bilang kalau kamu sakit?" tanya Bang Renes dengan nada pelan namun jelas terdengar khawatir.
Fia hanya tersenyum lemah. "Fia tidak apa-apa, Om. Hanya demam biasa."
"Demam biasa apanya? Kamu pucat sekali. Lukamu pasti nyeri. Kamu butuh obatnya." Ujar Bang Renes. "Kamu harus segera ke rumah sakit."
"Nggak, Om. Fia disini saja. Sudah baikan." Jawab Fia.
Terang saja hal itu membuat Fia semakin cemas. Dirinya tidak ingin menerima sekecil apapun perhatian dari Bang Renes.
"Om.. Pulanglah.. Fia sudah menganalisa secara lengkap............."
...
Malam harinya, Saras dan Alfred menyusun rencana jahat mereka. Mereka berencana untuk menculik Laras dan bayinya.
"Kita akan menculik Laras dan bayinya. Kita akan menyiksa mereka di depan mata Renes," kata Saras dengan nada dingin. "Itu akan menjadi hukuman yang setimpal untuknya."
Alfred mengangguk setuju. "Rencana yang bagus. Tapi kita harus berhati-hati. Renes pasti akan mengerahkan semua kemampuannya untuk mencari kita."
"Jangan khawatir. Aku sudah menyiapkan segalanya," jawab Saras dengan seringai licik. "Kita akan menghilang tanpa jejak."
...
Di tengah malam yang sunyi, Saras dan Alfred menyelinap masuk ke rumah sakit tempat Laras dirawat. Mereka berhasil melewati penjagaan dengan mudah karena Saras telah menyuap seorang petugas piket jaga kesatrian, siapa lagi kalau bukan Pratu Rudi. Ternyata dia adalah mantan kekasih Danki dan juga kekasih Saras hingga saat ini.
"Bagaimana pengajuan nikahmu?" Tanya Saras.
"Masih di gagalkan Danki. Cepat masuk, rekanku tidak ada yang tau. CCTV sudah ku matikan." Jawab Pratu Rudi.
"Thank you, sayang..!!" Kata Saras seraya bergelayut manja. "Kapan kita nikah, aku hamil."
Pratu Rudi kaget setengah mati tapi ia menyembunyikan perasaannya.
"Urus masalah ini dulu, baru kita bicara tentang menikah."
Saras mengangguk kemudian masuk bersama beberapa anak buahnya.
:
Mereka kemudian menuju ke rumah Danton. Dengan hati-hati, mereka membuka pintu rumah dan masuk ke dalam.
Tidak ada satu pun dari mereka menyadari bahwa Bang Renes masih terjaga.
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂