NovelToon NovelToon
Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:21.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ebez

Setelah Mahesa Sura menemukan bahwa ia adalah putra seorang bangsawan yang seharusnya menjadi seorang raja, ia pun menyusun sebuah rencana untuk mengambil kembali hak yang seharusnya menjadi milik nya.


Darah biru yang mengalir dalam tubuhnya menjadi modal awal bagi nya untuk membangun kekuatan dari rakyat. Intrik-intrik istana kini mewarnai hari hari Mahesa Sura yang harus berjuang melawan kekuasaan orang yang seharusnya tidak duduk di singgasana kerajaan.




Akankah perjuangan Mahesa Sura ini akan berhasil? Bagaimana kisah asmara nya dengan Cempakawangi, Dewi Jinggawati ataupun Putri Bhre Lodaya selanjutnya? Temukan jawabannya di Titisan Darah Biru 2 : Singgasana Berdarah hanya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pakuwon Wilangan

Hemmmmmmmmmm...

"Baiklah....

Kumpulkan semua pimpinan pasukan di pendopo rumah. Aku akan bicara dengan mereka semua", ucap Mahesa Sura segera.

" Baik Raden... ", ucap semua orang bersamaan sebelum pergi untuk menyelesaikan urusan masing-masing.

Ketika mentari mulai tenggelam di ufuk barat meninggalkan rona merah jingga yang indah menghiasi cakrawala langit, ribuan kelelawar keluar mencari makan, menciptakan sebuah pemandangan alam yang menakjubkan. Bersama dengan itu, lampu lampu sentir dari minyak jarak mulai di nyalakan di setiap rumah yang ada di Kampung Widas.

Malam mulai turun menyelimuti bumi, menciptakan kegelapan yang menjadi pengantar istirahat bagi mereka yang sudah bertarung dengan kerasnya kehidupan. Bunyi burung-burung malam sesekali terdengar dari gelapnya rimbun pepohonan, diikuti oleh riuhnya suara jangkrik dan belalang yang seolah berlomba-lomba menciptakan irama pengantar tidur bagi semua orang.

Tetapi itu tidak berlaku di rumah Rakai Pamutuh, sang kepala Kampung Widas yang juga merupakan pendukung utama Mahesa Sura.

Beberapa lampu sentir tambahan di taruh pada beberapa sudut pendopo rumah agar rumah ini semakin terang. Beberapa orang juga sedang sibuk menggelar tikar daun pandan sedangkan yang lainnya menyiapkan beberapa penganan sederhana dan buah-buahan pada nampan yang di tata melingkar. Tak lupa beberapa kendi air minum juga ditempatkan di sekitar nampan penganan.

Tak berapa lama kemudian, beberapa tokoh penting pendukung Mahesa Sura mulai berdatangan. Dewa Pedang Lembu Peteng datang bersama dengan Sempani dan Mpu Kampuh salah satu sesepuh paling dihormati setelah Dewa Pedang dari Lembah Seratus Pedang. Selain mereka ada Jayeng dan Rakai Sambu pemimpin pasukan dari Pandanalas.

Berturut-turut kemudian, Bekel Candramawa dan Ki Menjangan Rajegwesi dari Gumarang dan Caruban datang di belakang mereka. Selanjutnya Nyai Landhep dan Ki Tirtanegara bekas murid Padepokan Bukit Rawit yang dipercaya sebagai pemimpin para bekas murid menyusul duduk di sebelah timur.

Berikutnya adalah Resi Agastya datang bersama dengan Rakai Pamutuh. Dia langsung duduk di sebelah kiri tempat duduk yang disediakan khusus untuk Dyah Mahisa Danurwenda alias Mahesa Sura.

Tak butuh waktu lama, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Mahesa Sura datang ditemani Cempakawangi dan Dewi Jinggawati serta Tunggak.

"Aku mengucapkan banyak terimakasih atas kesediaan para sesepuh dan pendekar semua yang hadir disini. Selanjutnya kita akan membahas tentang bagaimana kita mulai bergerak besok pagi. Ki Rakai Pamutuh, apakah ada saran? ", Mahesa Sura menoleh ke arah Rakai Pamutuh di sebelah kirinya.

Hemmmmmmm..

" Menurut hamba Raden, kita harus menaklukkan dulu desa-desa di sekitar Widas sini. Setelah itu kita kuasai Pakuwon Wilangan sebelum mengincar Kota Anjuk Ladang.

Yang takluk tanpa melawan, akan kita masukkan sebagai pendukung dengan mengambil beberapa pemuda desa mereka sebagai prajurit. Ini akan menambah besar kekuatan kita untuk melawan Pemerintah Mandala Kertabhumi. Asal Raden tahu saja, saat ini kekuatan tempur Kertabhumi adalah 10.000 prajurit. Kita perlu terus menambah jumlah prajurit jika ingin bertempur secara imbang dengan mereka", usul Rakai Pamutuh segera.

"Omongan Rakai Pamutuh ada benarnya juga Raden..

Melawan Bhre Kertabhumi selain pakai kemampuan beladiri juga harus pakai jumlah. Jika kita hanya bermodalkan 2 ribu orang prajurit saja, mudah saja bagi mereka untuk menaklukkan kita", sambung Ki Menjangan Rajegwesi dari Caruban.

"Baiklah itu kesepakatan kita. Besok pagi rencana besar kita akan dilaksanakan. Aku harap kita tetap kompak dan bersatu. Hanya dengan itu, tujuan akhir kita untuk melenyapkan kelaliman Bhre Kertabhumi Dyah Sindupati akan bisa kita capai. Aku berjanji setelah aku duduk di tempat yang seharusnya menjadi milik ku, kalian semua juga akan mendapat kemuliaan seperti yang aku dapatkan", ucap Mahesa Sura dengan semangat berapi-api.

"Hidup Raden Mahisa Danurwenda..!!

Hidup Raden Mahisa Danurwenda..!!!! "

Pekik semangat dari Jayeng langsung membakar semangat semua orang. Malam itu dibahas apa dan bagaimana cara yang mesti mereka lakukan. Hingga larut malam pengaturan itu baru selesai.

Keesokan pagi nya, rombongan pasukan pemberontak Mahesa Sura bergerak meninggalkan Kampung Widas. Mereka membawa sebuah bendera berwarna merah dengan dengan garis putih melintang seolah-olah membelah bendera merah ini. Maka geger Kertabhumi pun dimulai pada hari itu.

Dua orang berlari sekencang-kencangnya menyusuri jalan desa Kitri yang ada di selatan Kampung Widas. Tak peduli luka akibat terantuk batu, mereka terus saja berlari ke arah rumah pemimpin desa mereka, Ki Lurah Jayacepaki.

Seorang lelaki tua dengan tubuh sedikit gemuk dan perut buncit sedang asyik menikmati hangatnya wedang jahe dan gedang goreng saat kedua orang itu datang ke rumah besar itu. Kedatangan mereka cukup mengagetkan si lelaki tua ini hingga wedang jahe nya tumpah ke celana.

"Kampret sialan! Kenapa kalian datang mengejutkan ku begitu hah?! Mau membuat aku mati kaget?! Lari pontang-panting begitu, kalian baru melihat setan?! ", bentak lelaki tua itu sambil mengibaskan jarit nya yang basah kuyup.

" I-ini lebih seram dari setan, Ki Lurah..

Itu itu ada ribuan orang membawa merah putih merah masuk ke tapal batas desa. Ki Jagabaya berusaha untuk menghentikan mereka te-tetapi .. ", si lelaki yang kesandung batu kakinya itu menoleh ke arah kawannya dengan ragu-ragu.

" Tetapi apa? Kalau bicara jangan sepotong sepotong, kamprett...!! ", tanya Ki Lurah Jayacepaki tetap dengan nada tinggi.

" Ki Jagabaya malah di hajar habis-habisan oleh salah satu dari mereka. Entah sekarang hidup atau mati, kami tidak tahu.. ", jawab lelaki itu penuh ketakutan.

APAAAAAAAA...??!!!!!

" Ki Jagabaya adalah orang dengan kemampuan beladiri tertinggi disini, jika-jika dia saja kalah su-sudah tak ada lagi yang bisa melawan mereka ", kini ganti Ki Lurah Jayacepaki yang ketakutan.

" Lantas kita harus bagaimana Ki Lurah?!! ", tanya keduanya segera. Terpancar jelas kekhawatiran di wajah keduanya.

" A-aku juga tidak tahu... ", jawab Ki Lurah Jayacepaki kebingungan.

Belum sempat Ki Lurah Jayacepaki berpikir lebih jauh, tiba-tiba rombongan yang dimaksud oleh kedua orang anak buah Ki Jagabaya itu muncul di depan kediaman lurah Desa Kitri ini.

" Heh Lurah Kitri! Keluar kau sekarang!! "

Suara berat seperti petir menyambar di siang bolong itu sontak membuat Ki Lurah Jayacepaki dan orang-orang yang berada di rumah nya kaget setengah mati. Mereka bergegas keluar dan melihat ribuan orang kini mengepung tempat itu.

"K-kalian siapa dan ma.. mau apa kemari? ", tanya Ki Lurah Jayacepaki penuh ketakutan.

Mahesa Sura menepuk kuda tunggangan nya maju ke depan Ki Lurah Jayacepaki.

" Aku Dyah Mahisa Danurwenda, putra Dyah Pitaloka putri dari Bhre Kertabhumi Dyah Pangkaja. Dengan ini aku menyatakan bahwa Desa Kitri adalah wilayah kekuasaan ku.

Sekarang tentukan pilihan mu, Ki Lurah. Tunduk pada ku atau tetap ikut pemerintahan Bhre Kertabhumi Dyah Sindupati? Tunduk pada ku, aku jamin kedepannya Desa Kitri akan lebih makmur tetapi jika kalian menolak maka jangan salahkan kalau menundukkan desa ini dengan kekerasan.. ", tutur Mahesa Sura dengan nada pelan tapi sangat menakutkan di telinga Ki Lurah Jayacepaki.

"Kami kami... ", Ki Lurah Jayacepaki Yolah toleh seolah-olah sedang mencari jawaban.

" Ayo cepat jawab! Tunduk atau kami bumi hanguskan desa ini.. ", teriak Tunggak sok seram. Beberapa orang yang tahu aslinya Tunggak seperti apa langsung menunduk karena takut tertawa.

" Kami tunduk kepada Raden Mahisa Danurwenda. Mohon lindungi kami dari pemerintah Kertabhumi..", ucap Ki Lurah Jayacepaki segera.

Para pengikut Mahesa Sura tersenyum lega mendengar jawaban ini. Dan mulai hari itu penaklukan wilayah Pakuwon Wilangan pun terjadi.

Satu persatu desa di tundukkan dan diambil sumpah setia nya. Setelah Desa Kitri, desa-desa lainnya seperti Desa Wangon, Jemparing, Pagilasan, Centini, Duren, Marga dan Sengon menyusul di tundukkan. Diantara desa-desa itu hanya Desa Centini saja yang sempat memberikan perlawanan berarti karena menjadi tempat tinggal Ki Singoludra, seorang pendekar tua yang cukup punya nama besar meskipun akhirnya ia harus terkapar setelah di hajar habis-habisan oleh Sempani.

Dari desa desa tersebut pasukan Mahesa Sura mendapatkan tambahan prajurit sebanyak 800 orang karena setiap desa menyumbang 100 orang pemuda. Wilayah terakhir yang belum mereka taklukkan hanya Kota Pakuwon Wilangan saja.

Seorang prajurit Pakuwon Wilangan terburu-buru menuju ke arah Pendopo Pakuwon Wilangan. Beberapa bagian tubuh nya terdapat luka yang menyebabkan pendarahan cukup parah tetapi ia terus saja memaksakan diri untuk

Saat itu Akuwu Wilangan, Macan Biru sedang berbincang dengan Bekel Wirogati yang merupakan pimpinan prajurit Pakuwon Wilangan dan Mantri Mpu Dharmawasesa. Kedatangan sang prajurit yang merupakan pimpinan regu patroli Pakuwon Wilangan ini sontak membuat mereka bertiga terkejut.

"Banu, apa yang kau lakukan hah?! Kenapa mengganggu pembicaraan penting kami? ", tanya Bekel Wirogati dengan nada tidak senang.

" Mohon ampun Gusti Bekel. Hamba ingin melaporkan hal yang gawat ", lapor si prajurit Pakuwon Wilangan bernama Banu ini sembari berjongkok menyembah.

" Lekas katakan apa yang mau kau laporkan, Banu. Jangan bertele-tele.. ", sahut Akuwu Macan Biru segera.

" Hamba baru berpatroli ke Desa Sengon. Saat ini desa itu sedang di serbu oleh sekelompok orang yang membawa bendera merah putih merah. Kami berusaha untuk menahannya tetapi jumlah mereka terlalu banyak, Gusti Akuwu.. Hamba beruntung bisa meloloskan diri", jawab Prajurit Banu sembari meringis menahan rasa sakit.

" Apa kata mu??!!

Jumlah mereka terlalu banyak? Apa mereka berasal dari satu kelompok?! ", tanya Akuwu Macan Biru sambil berdiri dari tempat duduknya.

Banu mencoba untuk menata nafasnya yang masih terengah-engah sebelum menjawab,

" Jumlah mereka lebih dari 2 ribu orang prajurit, mungkin hampir 3 ribuan orang dan sepertinya mereka bukan berasal dari satu kelompok Gusti Akuwu. Dan besar kemungkinan,

Mereka sedang menuju kemari... "

1
y@y@
🌟👍🏿👍🏼👍🏿🌟
Ali Gilih
sabar dulu kang ebeezz..
Windy Veriyanti
makin seru aja nih ceritanya 👍
dibikin series kolosal pasti bagus
saniscara patriawuha.
coba pake WA cepet nyampe tuhhh surat...
Muhammad Haidir
perang perang tumpas seluruh prajurit kertabuhumi yg datang ke wilanggan jangan sisakan satu pun . /Panic//Panic//Panic//Panic/
Rafly Rafly
daya juga udah menggerakkan jari buat komentar../Grin/
Camad Pener
wah jadi perang nih antara wilangan dengan anjuk ladang seru nih...
rajes salam lubis
mantap abiieezzz
Ebez: terimakasih atas dukungan nya ya bang Rajes🙏🙏 😁😁
total 1 replies
y@y@
⭐👍🏿💥👍🏿⭐
Ebez: terimakasih atas dukungan nya ya kak Yaya 🙏🙏😁😁
total 1 replies
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
Tarun Tarun
SDH ku duga bahwa kmampuanya hanya s
Ebez: hehehe ya memang segitu aja Bang Tarun🙏🙏 😁😁
total 1 replies
Ali Gilih
selalu mendukungmu kang ebeezz..
Ali Gilih
sangat bagus sekali
Noni Mdp
mantap thoorr
Abdus Salam Cotho
target selanjutnya 💪💪💪
Ebez: menahan serangan Kertabhumi bang Abdus 🙏🙏😁😁
total 1 replies
saniscara patriawuha.
wessss kelemmmm gajahhhh mungkurrrnyaaa......... dadiii wadukkkkk....
Ebez: wkwkwk beda penafsiran kang Saniscara🙏🙏 😁😁
total 1 replies
Adi Dwiyono
gajah Mungkur ini ternyata penjahat ya....kenapa di zaman sekarang malah di jadikan nama bendungan besar...
Ebez: beda orang beda cerita ya bang Adi 🙏🙏😁😁
total 1 replies
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Akhirnya sampai juga beritanya ke Gajah Mungkur, bakal adu strategi perang nih 😁
Ebez: hehehe iya tuh Bang Joe 😁😁
total 1 replies
Thomas Andreas
mantaap
Thomas Andreas
gagal deh tunggak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!