NovelToon NovelToon
A Promise Between Us

A Promise Between Us

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:719
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Seorang wanita muda dengan ambisinya menjadi seorang manager marketing di perusahaan besar. Tasya harus bersaing dengan Revan Aditya, seorang pemuda tampan dan cerdas. Saat mereka sedang mempresentasikan strategi marketing tiba-tiba data Tasya ada yang menyabotase. Tasya menuduh Revan yang sudah merusak datanya karena mengingat mereka adalah rivalitas. Apakah Revan yang merusak semua data milik Tasya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Runtuh

Tasya menggeleng cepat, suaranya bergetar. "Revan, jangan kayak gini … kita ini cuma rekan kerja. Aku nggak bisa …"

Revan menatapnya tajam, wajahnya serius, seolah tak ingin ada kata-kata Tasya yang luput. "Nggak bisa kenapa, Sya? Karena kamu nggak suka sama aku, atau karena kamu takut nerima aku?"

"Revan …" Tasya menunduk, menggigit bibirnya. Dadanya terasa sesak, seakan ribuan kata menumpuk tapi tak sanggup ia ucapkan. "Aku … aku nggak mau bikin segalanya jadi rumit. Aku udah cukup nyaman sama kita yang sekarang. Jangan rusak itu."

Revan tersenyum miring, getir, tapi matanya tetap tak berpaling darinya. "Kalau yang kamu takutkan cuma merusak, biarin aku yang nanggung. Aku nggak akan maksa kamu sekarang juga buat jawab, tapi satu hal yang aku janjiin … aku bakal tetap ada di samping kamu."

Tasya mengangkat wajahnya, menatap Revan yang berdiri teguh di depannya. Ada api keteguhan dalam mata laki-laki itu, membuat hatinya kian bergetar. "Kenapa sih kamu keras kepala banget? Aku udah bilang nggak bisa."

Revan menunduk sedikit, suaranya turun pelan tapi penuh ketegasan. "Karena aku tahu, Sya. Kamu butuh seseorang yang nggak gampang pergi. Dan aku … aku mau jadi orang itu buat kamu."

Tasya terdiam, tak sanggup membalas. Jemarinya mengepal di sisi tubuh, berusaha menahan air mata yang hampir pecah. Ia hanya mampu berbisik lirih, "Revan, tolong … jangan bikin aku tambah bingung."

Revan menatapnya lama, lalu menghela napas berat. Ia melangkah mundur perlahan, memberi ruang untuk Tasya. Tapi sebelum berbalik, ia menatapnya sekali lagi dengan sorot mata yang mantap. "Aku nggak akan mundur, Sya. Kamu boleh nolak aku sekarang, tapi aku bakal tetep ada. Kamu bakal lihat sendiri kalau aku nggak cuma ngomong."

Tasya hanya bisa berdiri terpaku, menyaksikan Revan akhirnya melangkah menuju mobilnya. Hatinya kacau, campur aduk antara lega, takut, sekaligus hangat.

Saat mobil itu menjauh, ia meraba dadanya yang berdegup keras. Bukan hanya karena terkejut dengan pengakuan Revan, tapi juga karena ia tahu … sebentar lagi, ia mungkin nggak punya banyak waktu.

---

Di dalam mobil, Revan menggenggam erat setir dengan kedua tangannya. Malam di luar jendela melintas begitu saja, tapi pikirannya terus berputar pada satu hal, tatapan Tasya saat menolak tadi.

Ia menghela napas panjang, matanya terasa panas. "Kenapa sih, Sya … kenapa harus kamu?"

Setiap kali mengingat wajah pucat Tasya, tubuhnya yang bergetar saat memegang cangkir, Revan merasa dadanya diremas. Ada sesuatu yang jelas-jelas disembunyikan Tasya darinya, dan itu membuatnya makin frustasi.

Tangannya sempat terangkat, hampir memukul setir, tapi ia urungkan. Sebagai gantinya, ia menunduk, menutup mata sejenak. "Aku cuma pengen jagain kamu. Salah ya kalau aku nggak bisa pura-pura nggak peduli?"

Suara musik pelan dari radio sama sekali tak mampu menenangkan. Ia menoleh sekilas ke kursi penumpang kosong di sampingnya, membayangkan Tasya duduk di sana, tersenyum tipis seperti biasanya. Bayangan itu membuat hatinya makin perih.

Mobilnya berhenti di lampu merah. Revan bersandar ke sandaran kursi, menatap kosong ke depan. "Aku serius, Sya … aku bakal tetep ada. Meski kamu nolak aku seribu kali, aku nggak akan berhenti." Suaranya bergetar, tapi ada keteguhan di ujungnya.

Lampu hijau menyala. Ia kembali menginjak pedal gas, membawa mobil melaju ke arah rumah sakit. Ada satu hal yang ia tahu pasti malam itu, bahwa perasaan ini nggak bisa ia buang, dan ia nggak akan ninggalin Tasya sendirian, apapun yang terjadi.

Lorong rumah sakit malam itu sepi. Langkah Revan terdengar tergesa, tapi kali ini berbeda, bukan karena panik, melainkan karena hatinya terasa hampa.

Ia berhenti di depan pintu ruang kerja Bella. Mengetuk pelan, lalu masuk.

Bella yang masih duduk menatap layar laptop menoleh cepat. "Van? Kamu kenapa? Kok balik lagi?"

Revan terdiam sejenak, berdiri di ambang pintu dengan bahu turun. Wajahnya lelah, matanya merah seperti habis menahan sesuatu. Perlahan ia mendekat, lalu duduk di kursi di depan ibunya.

"Ma …" suaranya serak. "Tolong sembuhin dia."

Bella mengerutkan kening, menatap putranya penuh tanda tanya. "Dia? Maksud kamu … Tasya?"

Revan menunduk, kedua tangannya saling menggenggam erat di pangkuan. "Iya, Ma. Tolong lakukan apa pun. Jangan biarin dia kesakitan … jangan biarin dia sendirian." Suaranya bergetar, nyaris pecah.

Bella terdiam. Selama ini ia mengenal Revan sebagai anak sulung yang selalu kuat, selalu bisa diandalkan, jarang sekali menunjukkan kelemahan. Tapi malam itu … untuk pertama kalinya, Bella melihat putranya rapuh, seakan seluruh dunia bisa runtuh hanya karena satu nama: Anastasya.

"Van …" Bella menatapnya lembut, lalu menyentuh bahu anaknya. "Mama ngerti kamu peduli sama dia. Tapi kamu juga harus siap dengan kemungkinan apa pun. Penyakit ini bukan sesuatu yang gampang, Nak."

Revan mengangkat wajahnya, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak peduli, Ma. Aku cuma pengen dia sembuh. Aku … aku nggak sanggup kalau harus kehilangan dia."

Bella menghela napas dalam, ikut merasakan beban yang dipikul putranya. Tangannya menggenggam jemari Revan erat. "Mama janji, Mama akan lakuin yang terbaik buat Tasya. Tapi kamu juga harus kuat, Van. Dia butuh orang kuat yang ada di sampingnya, bukan orang yang ikut runtuh."

Revan menutup mata, air mata akhirnya jatuh tanpa bisa ditahan. Ia menunduk, menutupi wajah dengan telapak tangan. "Aku … aku nggak pernah ngerasa selemah ini, Ma."

Bella menarik putranya ke dalam pelukan. Untuk pertama kalinya sejak lama, Revan membiarkan dirinya dipeluk ibunya, tanpa berusaha terlihat kuat.

Dan untuk pertama kalinya juga, Bella sadar, anak sulungnya yang selama ini terlihat kokoh, ternyata bisa juga hancur karena satu hal yang bernama cinta.

---

Uap hangat masih menempel di kulit Tasya ketika ia keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang basah meneteskan air ke bahu, sementara piyama tipis membalut tubuhnya yang terlihat makin kurus.

Dengan langkah pelan, ia mendekati cermin di meja rias. Menatap pantulan dirinya sendiri, wajah pucat, lingkaran hitam di bawah mata, bibir yang nyaris kehilangan warna.

Tasya tersenyum tipis, senyum yang terasa hambar. "Kamu kelihatan berantakan banget, Sya …" bisiknya lirih, seolah sedang berbicara pada sosok di dalam cermin.

Tangannya terangkat, menyibakkan rambut basah yang menempel di pipi. Pandangannya kosong beberapa detik, hingga tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari hidungnya.

Ia tersentak. Menyentuh wajahnya, dan melihat jari-jarinya berlumuran merah.

"Darah?" suaranya tercekat.

Darah terus menetes, mengotori meja rias. Panik, Tasya buru-buru meraih tisu, menekannya ke hidung, tapi darah itu justru makin deras. Dadanya ikut berdegup kencang, rasa takut menghantam seluruh tubuh.

"Kenapa … sekarang …?" ia bergumam terbata, tubuhnya gemetar.

Kakinya lemas. Ia berpegangan pada pinggiran meja, berusaha tetap berdiri. Namun pandangannya mulai berkunang, tubuhnya oleng.

Dalam hati, ia mencoba menenangkan diri, memaksa suara tegas keluar di antara napasnya yang terburu. "Aku kuat … aku bisa tahan … aku nggak boleh keliatan lemah …"

Tapi air mata justru jatuh bersamaan dengan darah yang tak kunjung berhenti.

Di balik cermin, pantulan Tasya kini terlihat rapuh, seperti sosok yang nyaris runtuh kapan saja.

TO BE CONTINUED

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!