NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

09. Pengacara untuk Arhan.

.

Di balik jeruji besi, Arhan duduk bersandar, mencoba menyerap setiap nasehat Pak Broto. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai gagasan di dalamnya.

Tiba-tiba, bunyi gembok dibuka mengejutkan dirinya. Ia mendongak, terlihat seorang petugas penjara, wajahnya yang dulu terlihat sangar, kini terlihat melunak. Entahlah, mungkin karena dirinya telah terbiasa melihat wajah itu.

"Arhan, ada kunjungan," ucap petugas itu. "Ibu dan adikmu."

Jantung Arhan berdegup kencang. Ia membeku sesaat, antara senang dan khawatir. Perlahan, ia bangkit dan mengikuti petugas menuju ruang kunjungan.

Di sana, sosok yang sangat dirindukannya berdiri mematung. Ibunya, dengan kerutan di wajah yang semakin kentara, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Di sampingnya, adik perempuannya, Rina, menggenggam tangan sang ibu seolah berusaha menenangkan.

"Arhan… anakku," lirih ibunya, suaranya bergetar.

Arhan mendekat, meraih tangan ibunya dan menciumnya takzim. "Ibu,,, maafkan aku."

Ibunya memeluknya erat, air mata mulai membasahi pundaknya. "Kenapa kamu tidak memberitahu kami, Nak? Kalau bukan Budi yang memberitahu kami tentang semua yang terjadi, apa kamu akan menanggung semuanya seorang diri?"

Arhan menunduk, rasa sesak semakin menghimpit dadanya. "Aku tidak ingin membuat Ibu dan Rina sedih.”

Rina, yang sejak tadi hanya diam menyaksikan, ikut memeluknya. "Mas, Aku tidak menyangka Mbak Nurmala tega berbuat seperti ini pada Mas Arhan."

Setelah pelukan terlepas, Arhan membawa ibu dan adiknya duduk di bangku yang tersedia. "Maafkan aku ya Bu,” ucap Arhan. "Apa yang terjadi padaku pasti membuat ibu malu.”

"Kenapa ibu harus malu, Nak? Ibu percaya, kamu tidak melakukan kesalahan," sahut ibunya, menggenggam erat tangannya. "Budi sudah cerita semuanya. Ibu tahu kamu tidak bersalah."

Arhan mengangkat wajahnya, menatap ibunya dengan tatapan penuh haru. "Terima kasih Ibu sudah percaya padaku?"

"Tentu saja, Nak. Ibu yang melahirkan kamu, Ibu tahu bagaimana sifat kamu, dan Ibu tahu kamu pasti punya alasan," jawab ibunya, mengusap lembut pipinya.

"Lain kali, apapun yang terjadi, kamu harus memberitahu ibu. Jangan menanggung semuanya seorang diri. Jika seperti itu, apa artinya kehadiran Ibu ini untuk kamu?”

Rina mengangguk setuju. "Ibu betul, Mas. Kami percaya sama Mas Arhan."

Arhan memeluk kedua wanita yang sangat dicintainya itu. Air mata akhirnya tumpah, bercampur antara kesedihan dan kelegaan. Ia merasa sedikit beban di pundaknya terangkat.

Waktu kunjungan berjalan terlalu cepat. Setelah saling bertukar cerita dan memberikan semangat, Arhan harus kembali ke selnya.

"Jangan khawatirkan kami. Ada Budi juga yang menjaga kami. Ibu bangga sama dia, walaupun sekarang sudah sukses, dia tidak pernah melupakan persahabatan kalian," ucap ibunya, sebelum berpamitan.

"Jaga diri baik-baik, ya, Mas," timpal Rina.

Arhan mengangguk, dengan dada yang terasa lega. "Ibu sama Rina hati-hati, ya. Sampaikan salamku untuk semua di rumah."

Setelah ibunya dan Rina menghilang di balik pintu, Arhan kembali ke selnya dengan perasaan yang lebih ringan. Ia tahu, ia tidak sendirian.

*

Keesokan harinya, Arhan mulai menjalankan rencananya. Ia mendekati narapidana lain, menawarkan bantuan dengan keahlian yang dimilikinya. Ia teringat nasehat Pak Broto, tentang pentingnya membangun jaringan.

Arhan berjalan di halaman penjara, dan melihat seorang pria yang duduk sendirian di sudut. Pria itu tampak berbeda dari narapidana lainnya. Penampilannya rapi, wajahnya cerdas, dan tatapannya tajam. Arhan merasa tertarik untuk mendekatinya.

"Permisi, boleh saya duduk di sini?" tanya Arhan sopan.

Pria itu mendongak, menatap Arhan dengan tatapan menyelidik. Lalu mengangguk tanpa suara.

Arhan duduk di samping pria itu. "Nama saya Arhan." Arhan mengulurkan tangannya.

Namun, pria itu hanya melihat uluran tangannya tanpa membalas. "Jatmiko," jawabnya singkat.

Arhan menarik kembali tangannya seraya mengangkat kedua bahunya. Sedikit malu sebenarnya. Orang itu seperti enggan bersentuhan dengannya.

"Saya sering melihat Anda sendirian di sini. Kenapa tidak berbaur dengan yang lain?" Arhan mencoba membuka percakapan.

Jatmiko tersenyum sinis. “Aku tidak tertarik dengan urusan mereka. Aku lebih suka menyendiri dan memikirkan hal-hal yang lebih penting."

Arhan merasa tertantang dengan jawaban Jatmiko. Ia merasa ada sesuatu yang menarik dari pria ini. "Hal-hal penting seperti apa?" tanyanya penasaran.

"Rahasia," jawab Jatmiko sambil tersenyum misterius.

Arhan tidak menyerah. Ia terus mencoba mendekati Jatmiko, mengajaknya berbicara. Ingin mengetahui sebab pria itu berada di tempat ini, walaupun pada akhirnya tetap tidak mendapatkan jawaban, pria itu memilih diam. Tidak mendapatkan cerita, akhirnya dia yang menceritakan tentang masalahnya, tentang pengkhianatan istri dan sahabatnya.

Awalnya, Jatmiko hanya mendengarkan dengan acuh tak acuh. Namun, lama kelamaan, ia mulai tertarik dengan cerita Arhan. Ia melihat ada semangat dan tekad yang kuat dalam diri Arhan. Ia juga merasa kasihan dengan nasib yang menimpa Arhan.

"Aku bisa membantumu," kata Jatmiko akhirnya.

Arhan terkejut mendengar tawaran Jatmiko. "Benarkah? Bagaimana caranya?" tanyanya antusias.

Setelah lama saling berbicara, akhirnya Arhan mengetahui bahwa Jatmiko adalah seorang ahli digital. Bertambah lagi satu teman yang akan mendukungnya

Ternyata benar apa yang pernah diucapkan oleh pak Broto. Di balik jeruji besi itu, ada banyak macam karakter yang bisa ia gali manfaatnya.

*

*

*

Beberapa hari berlalu. Tanpa terasa, sudah hampir satu bulan Arhan berada di balik jeruji besi. Pelajaran dari Pak Broto, Jatmiko, dan juga beberapa kawan narapidana lain, mulai membentuk Arhan menjadi pribadi yang lebih tajam dan terencana.

Di balik jeruji besi otaknya bekerja lebih keras dari sebelumnya, menyusun kepingan-kepingan rencana masa depan. Setiap orang yang ditemuinya di tempat ini adalah sumber pelajaran berharga.

Siang itu, Arhan baru saja hendak mau istirahatkan tubuhnya setelah mengikuti bimbingan dan rehabilitasi.

"Arhan! Ada kunjungan.” Suara petugas penjara memecah ketenangan.

Arhan mengerutkan kening. Siapa lagi? Budi sudah datang beberapa waktu lalu, begitu juga ibu dan adiknya. Dengan langkah sedikit tergesa, ia menuju ruang kunjungan. Di sana, seorang wanita muda dengan setelan rapi berwarna gelap berdiri, membelakanginya. Rambutnya diikat rapi, dan ia memegang sebuah tas kerja.

“Anda ingin bertemu saya?" tanya Arhan.

Wanita itu berbalik, dan Arhan melihat wajahnya yang asing. Aura profesionalisme terpancar dari sorot matanya. Wanita itu tersenyum tipis, namun terkesan serius.

"Selamat siang, Bapak Arhan," sapanya ramah, suaranya jelas dan tegas. "Saya Larasati."

Arhan mengangguk, masih sedikit bingung. "Ada yang bisa saya bantu, Bu Larasati?"

"Saya datang atas rekomendasi Pak Budi," Larasati menjelaskan, melihat ekspresi Arhan. "Saya pengacara, dan Pak Budi menceritakan kasus Anda kepada saya."

Arhan terdiam sejenak. Budi? Mengapa Budi tidak memberitahunya?

"Budi?" Arhan mengulang. "Anda kenal dengannya?"

Larasati mengangguk. "Ya, beliau juga adalah salah satu klien saya. Dan setelah mendengar cerita Anda, saya merasa terpanggil."

Arhan menatap Larasati lekat-lekat. Ia mencoba membaca ekspresi wanita di depannya. “Tapi, saya tidak tahu bagaimana caranya untuk membayar jasa Anda."

Larasati tersenyum, "Untuk hal itu anda jangan khawatir. Saya sudah terbiasa menangani kasus pro-bono,” ucapnya. “Lagi pula Anda adalah teman pak Budi. Artinya Anda adalah teman saya juga."

Arhan mengerutkan kening. "Pro-bono?" Istilah itu terdengar asing di telinganya. “Apa itu?”

“Itu adalah kasus hukum di mana seorang pengacara memberikan jasa hukum secara sukarela.”

"Jadi, Anda menawarkan bantuan hukum secara gratis?" tanya Arhan sedikit skeptis.

Larasati tersenyum lagi, kali ini lebih hangat. "Betul. Mungkin Anda tidak percaya, dan itu wajar. Tapi saya sungguh ingin membantu. Saya percaya, setiap orang berhak mendapatkan keadilan."

Arhan merenung. Tawaran ini terlalu bagus untuk ditolak. Dan ia memang membutuhkan bantuan hukum agar bisa segera keluar dari tempat itu. Lagi pula pengacara ini adalah rekomendasi dari Budi.

"Baiklah, Bu Larasati," kata Arhan akhirnya, memutuskan untuk mengambil risiko. "Terima kasih sebelumnya atas bantuan Anda.”

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Bisakah Anda ceritakan lebih detail tentang kasus Anda, dari sudut pandang Anda?"

Arhan mengangguk. Ia pun menceritakan semuanya.

1
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
Hasanah Purwokerto
Lha kok malah bela selingkuhan...
wah..minta dipecat dg tidak hormat nih istri...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!