Ayah Sambungku K-Pop Idol

Kirana tak berpikir bahwa saat ia memberikan alamat apartemennya, Hyunjin akan benar-benar datang. Ia hanya asal bicara. Ia sangat tahu Hyunjin tak mungkin mendatangi apartemennya. Tapi ternyata Kirana salah, Hyunjin benar-benar ada di sini, tepat di hadapannya.

"Boleh aku masuk?" pinta Hyunjin saat Kirana hanya berdiri mematung.

"Hah?" Kirana ragu, apakah ia akan membiarkan Hyunjin masuk? Tapi kemudian ia tahu ia harus. Jika tidak, seseorang bisa mengenalinya dan Hyunjin bisa terkena skandal. "Ya, tentu. Silahkan masuk."

Hyunjin pun melangkah masuk ke dalam apartemen Kirana. Setelah menutup pintu depan, Kirana membawa Hyunjin ke kamarnya karena khawatir Sienna akan terbangun dan heboh mendapati pentolan boy group favoritnya ada di ruang tamu tempat tinggalnya.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Kirana dengan suara sepelan mungkin, setelah menutup pintu kamar dan menguncinya.

Seketika Hyunjin menurunkan hoodie dari kepalanya, membuka topi dan maskernya, dan begitu saja meraup pipi Kirana dan mencium bibirnya.

Kirana ingin menghindar, namun sebagian besar hatinya justru menginginkan ini. Ciuman yang ia rindukan berbulan-bulan lamanya itu, kini ia rasakan kembali dan rasanya sungguh luar biasa.

Hyunjin pun menjauh dan menatap kedua manik Kirana.

"Bagaimana bisa kau serindu ini padaku, tapi kamu malah mengabaikanku berbulan-bulan lamanya?" lirih Hyunjin dengan kedua tangan masih meraup kedua pipi Kirana.

"Aku tidak rindu..." elak Kirana.

"Ciumanmu mengatakan hal yang sebaliknya. Kau rindu aku," cetusnya.

"Karena aku dan kamu sangat tidak mungkin bersama."

"Kenapa tidak mungkin?" tanya Hyunjin.

"Karena kamu adalah Hyunjin," ujar Kirana. "Terlalu banyak perbedaan di antara kita."

Kirana menjauh dari Hyunjin dan berjalan menuju salah satu sisi tempat tidurnya yang berukuran king size.

"Tidak sebanyak itu." Hyunjin melakukan hal yang sama, menuju sisi lain tempat tidur dan membaringkan tubuhnya. "Aku lelah sekali. Kamarmu sangat nyaman."

"Apa kamu tidak akan pulang?"

"Kau mau aku pergi?" Hyunjin menghadap ke arah Kirana yang duduk bersandar pada headboard. "Tak sampai tiga jam lagi kita akan berpisah lagi," cemberutnya karen Kirana malah secepat itu ingin ia pergi.

"Tidak apa-apa, aku sering melihatmu. Di youtube, tiktok, instagram."

"Curang sekali." Hyunjin menarik tangan Kirana hingga mau tak mau Kirana berbaring di dalam dekapan Hyunjin.

"Dengar," ujar Hyunjin sambil mengusap rambut Kirana. "Kau tidak boleh memblokirku lagi. Kau juga harus memberitahuku akun media sosialmu, agar aku juga bisa mengetahui kabarmu. Kau bisa melihatmu saat aku merindukanmu."

"Kau terdengar menganggapku spesial," canda Kirana bahagia.

"Tentu saja. Aku menyukaimu, Kirana. Jantungku berdebar lebih kencang karenamu. Itu yang dirasakan oleh orang-orang yang jatuh cinta, bukan?"

Kupu-kupu itu kembali beterbangan di dalam perut Kirana. "Bagaimana bisa? Kita hanya bertemu satu kali waktu itu?"

"Tak masalah jika kamu tidak percaya. Perasaan ini milikku sendiri. Jadi kau hanya perlu melakukan hal yang ku mau. Dan aku mau kau tidak pergi dariku lagi. Aku akan sangat egois karena salahmu sendiri, membiarkanku merindukanmu berbulan-bulan lamanya. Kali ini aku tidak akan kehilanganmu lagi."

"Itu tidak mungkin," ucap Kirana lebih seperti bergumam. "Aku yakin ada banyak wanita yang diam-diam menemanimu selama ini, dibelakang fansmu dan semua orang. Aku hanyalah salah satu perempuan yang mengobati rasa sepimu."

"Kau sok tahu sekali. Aku tidak akan mengatakan apapun, karena percuma kau tak akan percaya."

"Kau cepat sekali menyerah," goda Kirana.

Hyunjin berubah posisi menjadi di atas Kirana. Ditatapnya Kirana yang berbaring di bawahnya.

"Aku tak perlu alasan untuk menyukaimu. Juga tidak perlu bertemu berkali-kali, jika satu kali pertemuan saja sudah membuatku yakin tentang perasaanku. Aku tak bisa berhenti memikirkanmu sejak hari itu. Sekarang aku ingin sebuah kenangan yang akan aku ingat di saat aku tidak bisa melihatmu. Kenangan yang akan membuatku untuk mencari cara agar kita bisa bertemu lagi. Aku menginginkanmu. Bolehkah?"

Tubuh Kirana malah mematung saat Hyunjin kembali mencumbunya tanpa adanya jawaban dari Kirana apakah ia diperbolehkan atau tidak untuk 'menginginkan' Kirana.

Perlahan, secara naluriah, Kirana menyambut keinginan Hyunjin itu. Karena apa yang Hyunjin inginkan adalah sesuatu yang ia inginkan juga. Kirana tak mau memikirkan arti dari tindakan Hyunjin ini. Apakah hanya memenuhi kebutuhannya saja, atau benar-benar Hyunjin menginginkannya? Kirana tak peduli.

Sama seperti Hyunjin, ia pun hanya akan bersikap egois saat ini, dengan memeluknya erat tanpa berpikir ada jutaan wanita yang akan patah hati jika mengetahui hal ini. Kirana akan membiarkan Hyunjin menjadi satu dengannya dan memiliki Hyunjin untuk dirinya sendiri untuk beberapa saat.