Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kau bisa Percaya Padaku?
Bibir Felix menjelajah ke atas bibir Liora. Ciuman itu begitu menggebu dan penuh hasrat. Pria tampan itu menindih tubuh Liora. Tak ada yang bisa Liora lakukan selain pasrah saat Felix menciumnya dengan liar.
Tak menampik bahwa Liora memang terbuai akan ciuman itu. Ciuman yang melumpuhkan seluruh saraf dalam tubuh Liora. Tidak bisa dipungkiri, bahwa memang Liora sama sekali tidak bisa menolak sentuhan Felix.
“Ah—” Desahan lolos di bibir Liora saat tangan kokoh Felix meremas dadanya. Sialnya, pria itu menyelipkan tangan ke gaun yang dipakai Liora—dan memberikan cubitan di dada Liora. Tindakan Felix membuat tubuh Liora menggelinjang. Bahkan kewanitaannya berkedut.
Felix melepaskan ciumannya, menatap wajah Liora yang memerah. Senyuman samar di wajahnya terlukis. Pria itu tahu bahwa Liora tidak akan pernah bisa menolak sentuhannya.
Felix menundukkan kepalanya seraya melepaskan kancing depan dress Liora, lalu menarik bra Liora—dan mengisap dada Liora, sekaligus memberikan gigitan di sana.
“Ah, Felix, s-sakit.” Liora meringis saat Felix menggigit ujung dadanya.
Felix tak memedulikan ringisan Liora. Pria itu mengisap sekaligus menggigiti dada Liora. Desahan bercampur ringisan terus lolos di bibir Liora.
“S-sayang, pelan. S-sakit,” desah Liora.
Panggilan ‘Sayang’ yang lolos di bibir Liora, membuat hati Felix luluh. Pria itu tak lagi menggigit dada Liora, dia bahkan kini memberikan jilatan di dada wanita itu, agar tak lagi merasakan perih.
“Ah.” Erangan lolos di bibir Liora saat Felix menjilati dadanya. Rasa perih, telah diobati tergantikan dengan kenikmatan.
Felix membawa tangannya, melucuti celana dalam berenda Liora, dan mulai memainkan jarinya di klitoris Liora.
“Felix!” jerit Liora seraya membuka lebar pahanya. Tindakan yang dilakukan di luar kewarasannya. Felix menyentuh titik sensitif Liora, membuat Liora tak tahan.
Felix tersenyum samar. “Kau basah sekali,” bisiknya seraya memasukan dua jarinya ke dalam liang sempit Liora.
Bibir Liora terbuka, menahan erangan dahsyat. Sekujur tubuhnya seakan membeku tak mampu berkutik sama sekali. Tanpa sadar, dia bahkan membuka lebar pahanya, seakan membiarkan jari Felix semakin dalam memasukinya.
“Felix, ah,” erang Liora.
Felix mengecup bibir Liora. “Kau ingin aku memasukimu langsung?” bisiknya serak.
Liora mengangguk dengan mata yang berkilat gairah. “Please, I want you.”
Felix tersenyum puas mendengar permintaan Liora. Pria itu segera bangkit berdiri, melucuti pakaiannya. Tampak pipi Liora memerah malu melihat kejantanan Felix yang sudah berdiri tegak. Urat-urat kejantanan Felix begitu kekar dan gagah, membuat kewanitaan Liora semakin berkedut dan basah—seakan siap untuk dimasuki.
Felix menindih Liora, dan tanpa perintah—wanita itu membuka lebar kedua pahanya, seolah tak sabar agar Felix segera memasukinya. Senyuman di wajah Felix terlukis ketika Liora sudah membuka lebar pahanya, tanpa diperintah.
“Good girl.” Felix memasukan kejantanannya ke dalam liang sempit Liora, menghunjam Liora dengan tempo yang keras dan dalam.
Liora hendak menjerit saat Felix memasukinya, tapi Felix segera membungkam bibir Liora menggunakan bibirnya. Pria itu kini semakin menghentak dalam, membuat tubuh Liora bergetar. Rasa sakit, perih, dan nikmat bercampur menjadi satu.
Liora tak bisa melakukan apa pun saat Felix bermain dengan liar. Yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah. Dia memeluk punggung kekar Felix, dan melingkarkan kakinya ke pinggang Felix. Liora membiarkan Felix bermain dengan liar.
Suara ringisan bercampur desahan lolos di bibir Liora di sela-sela ciumannya dengan Felix. Wanita itu memejamkan mata, merasakan kejantanan Felix menghunjamnya dengan begitu nikmat.
Felix tersenyum melihat wajah Liora penuh dengan gairah. Pria itu suka melihat wajah memerah Liora. Setiap kali dirinya menghunjam dengan tempo sedikit keras, selalu membuat Liora mendesah dan meringis.
Dua insan itu bergelut di atas ranjang melakukan permainan panas yang kerap mereka lakukan. Erangan dan desahan memenuhi kamar. Mereka saling mendesah, menikmati permainan panas tersebut.
Liora menggeliat dari dalam pelukan Felix. Sayup-sayup mata wanita itu terbuka, menatap wajah Felix di depannya. Tampak senyuman di wajah Liora terlukis ketika terbangun dalam keadaan berada di dalam pelukan Felix.
“Tidurlah kalau kau masih mengantuk.” Felix membelai pipi Liora, dia tak tega, karena dia tahu pasti Liora sangatlah kelelahan akibat serangannya.
Liora menyembunyikan wajahnya di dada bidang Felix. “Aku sudah tidak mengantuk lagi.”
Felix mencium rambut Liora. “Sudah tidak cemburu lagi, ‘kan?”
Liora memukul dada bidang Liora pelan. “Aku tidak cemburu, Felix. Kenapa kau selalu bilang aku cemburu?!” serunya jengkel.
Felix menarik dagu Liora, melumat lembut bibir wanita itu. “Kau ingin aku kembali menyerangmu, hm?” bisiknya serak, tapi tersirat mengancam.
“Felix!” Liora menekuk bibirnya kesal.
Felix tertawa pelan melihat wajah Liora yang merajuk sangatlah menggemaskan. Pria itu kembali mengecupi bibir Liora. “Nanti aku akan mengenalkanmu pada Maggie.”
“T-tidak usah. A-aku malu,” jawab Liora cepat, tapi tak dipungkiri hatinya berbunga-bunga mendengar ucapan Felix. Itu menandakan bahwa Felix tidak pernah berniat main-main padanya.
Felix membelai pipi Liora. “Kau tidak bisa menolak. Minggu depan memang sepupuku akan mengadakan pertemuan keluarga. Aku akan membawamu sekaligus mengenalkanmu pada keluargaku.”
Mata Liora melebar terkejut mendengar apa yang Felix katakan. Jantungnya hampir saja berhenti. “A-apa?”
Bibirnya sedikit terbuka bersamaan dengan matanya.
Dia takut apa yang dia dengar ini adalah salah.
Felix mengecupi bibir Liora yang terbuka. “Aku akan membawamu di acara keluargaku. Kau dilarang menolak.”
“Felix, tapi—” Perkataan Liora terpotong saat Felix melumat bibirnya. Tentu, dia langsung terbuai setiap kali Felix menyentuhnya.
“Tidak ada kata tapi. Aku ingin kau ikut.” Felix melepaskan pagutan itu, dan membelai bibir ranum Liora.
Liora menghela napas dalam. “Aku hanya takut kalau aku membuatmu malu, Felix.”
Status sosial yang terlalu jauh membuat Liora memang merasa rendah diri. Ada rasa khawatir saat Felix ingin mengajaknya bertemu keluarga pria itu. Yang pasti, Liora khawatir kalau sampai keluarga Felix tidak menyukainya.
Felix mencubit pipi Liora yang sedikit berisi. “Kenapa kau berpikir aku malu membawamu?”
Liora menatap dalam manik mata cokelat Felix. “Aku ini hanya stafmu, Felix. Mungkin saja keluargamu tidak suka denganku. Status kita sangat jauh.”
Felix berdecak. “Aku tidak suka kau bicara seperti itu, Liora.”
“Felix—”
“Liora, bisakah kau percaya padaku? Apa mungkin aku hanya diam saja jika ada orang yang berusaha merendahkanmu?” Felix langsung memotong ucapan Liora. Pria itu tak suka mendengar apa yang Liora katakan.
Liora menggigit bibir bawahnya. “Iya, maafkan aku.”
Felix mengecup ujung hidung Liora. “Jangan bicara seperti itu lagi. Aku tidak suka. Yang aku ingin kau selalu percaya padaku. Apa kau bisa?”
Liora mengangguk tanpa ragu sama sekali. “Iya. Aku percaya padamu, Felix.”
Felix tersenyum samar saat Liora begitu patuh padanya. Detik selanjutnya, pria itu memberikan kecupan bertubi-tubi di bibir Liora—hingga membuat Liora melukiskan senyuman sambil memejamkan mata menikmati.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah